Mohon tunggu...
Tanah Beta
Tanah Beta Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Mahasiswa Semester Akhir pada IAIN Ambon

menulislah sebelum dunia menggenggam nafasmu

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menulis Tidak Hanya Membaca Sinopsis

22 April 2018   00:03 Diperbarui: 22 April 2018   01:25 751
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(coralfrontinn.com)

Oleh: Adam Makatita

"Penulis adalah mereka yang aktif membaca karya orang lain" Ishak R. Boufakar (pegiat literasi dan penulis di kala literasi)

Seperti kata orang-orang, tiadak semua bisa dilakukan tanpa memahami apa dan bagaimana dari setiap temuan.

Adakalanya pemaknaan hilang dari apa yang didapat---semisal membaca hanya sebuah buku ataupun karya seseorang hanyalah sebatas sinopsis lalu cara menjelaskan (presentasi) tanpa memiliki metode---yang pada akhirnya hasil bacaan itu dijelaskan seperti membaca beberapa isi yang jauh dari isi sebenarnya---setelah membaca kulit. Ini adalah titik rumit yang tidak mampu untuk dijelaskan secara baik.

Banyak tokoh-tokoh terkenal dengan berbagai macam genre karya yang diterbitkan---filsafat,  sastra dan lainnya. itu bukanlah sebuah karya yang dicipta tanpa membaca dengan sungguh-sungguh; bukan sebatas membaca kulit setiap buku ataupun pemikiran yang ditemukan.

Proudhon, protopkin, Edwin, Mikhail Bakunin, dan beberapa tokoh anarkisme lainnya,  tidak menciptakan karya dengan hanya membaca sebatas kulit dari setiap tulisan (karya) orang lain.

Begitu pun tokoh dan para cendikiawan  Indonesia: Soekarno dengan Islam Sontoloyo, Hatta dengan pemikiran ekonomi, Norcholis Madjid dengan pemikiran islamnya serta Tan Malaka juga beberapa tokoh dan fanding father lainnya,  mereka membaca tidak sekadarnya tanpa mamahami pun memaknai setiap kata, kalimat, bab-bab dalam sebuah buku yang ditemui.

Seperti kata Dwi Pudji Astuti "menulis adalah hasil dari membaca dan memahami karya orang lain secara radikal", artinya: untuk menciptakan sebuah karya yang original, setiap orang harus mampu membaca dan bukan hanya sebatas "baca" namun labih dari itu, mampu memaknai dan memahami setiap dari apa yang dibaca---tulisan orang lain.

Dengan begitu akan mudah  menuangkan ide dan gagasan dari hasil bacaan---tentang apa yang dipikirkan setiap pencipta karya.  Maka harus dipahami secara baik dan bukan sebatas biodata ataupun synopsis sebuah karya.

Membaca adalah menjelajahi huruf-huruf, kata-kata, klimat, dan semua paragraph---yang termuat dalam setiap karya (Buku); dari setiap karya-karya orang lain itu, akan sebagai sebuah tesis (penemuan baru) yang nantinya dijadikan pegangan dan/untuk bandingan dengan bacaan lain yang ditemukan (anti tesis) untuk kemudian menarik sebuah kesimpulan baku dari kedua dikotomi tersebut menjadi sebuah karya tulis milik pribadi: pendekatannya adalah pemberlakuan "hukumdialektika".

Apa lagi jika kita memiliki keinginan menjadi pegiat literasi,  maka sangat diperlukan semangat membaca dan menulis untuk menjadi kenangan hidup dalam beberapa abad kedepannya---tahun.  Semua pemikir yang telah disebutkan, adalah orang-orang yang tak akan pernah mati walau tiada lagi jasad mereka. "menulis adalah menciptakan sejarah untuk anak-cucu kita" Pramoedya Ananta Toer. Dan "tidak ada satu pun keabadian melainkan hanyalah cerita. Maka menulislah!"

Sebagai langkah menciptakan gagasan-gagasan, dan ide-ide cemerlang, semua orang dituntut untuk bergerilya dalam dunia pengetahuan; sebagai langkah untuk melepaskan diri dari sifat kehedonan.

Tan Malaka merumuskan tiga tahap untuk setiap orang melepaskan diri dari kebodohan (ketidaktahuan):  pertama, pelajari "logika mistik": yang merupakan sebuah pahaman para pendahulu (leluhur) tentang pemujaan dan peribadatan-peribadatan dengan menyembah dan memohon kepada benda-benda  yang dianggap sakti---lebih-lebih lagi, dianggap sebagai Tuhan---biasanya dikenal dengan keyakinan animism

Kedua, filsafat: sebuah pemahaman yang harus dijelajahi dengan nalar kritis untuk dapat memahami dan mendalami setiap pemikiran-pemikiran pencetus filsafat (filsuf) untuk mendudukan kerangka pemahaman dari setiap literature yang ditemukan

Ketiga, adalah Ilmu Pengetahuan: ini adalah langkah terkahir untuk menciptakan sebuah gagasan baru dengan memahami dua tahap sebelumnya, dikarenakan "ilmu pengetahuan adalah kunci untuk menguasai dunia". Akan tetapi itu tidak hanya dipahami seadanya, namun bagaimana sebagai manusia dengan kesempurnaan akal difungsikan untuk dapat memahami dan memaknai setiap pengetahuan itu sendiri.

Membaca pun tidak hanya sebatas membaca segala literatur, referensi---atau samua yang berkaitan dengan skriptualis. Akan tetapi bagaimana dengan nalar kritis, kitamembaca segala kondisi yang  ada di sekitar kita secara radikal---kondisi ekonomi, politik, soisal budaya, dan lainnya. maka kata "membaca" memiliki berbagai macam makna baik tersurat maupun tersirat.

Di belahan dunia barat, orang-orang berlomba-lomba untuk menguasai dunia, sementara kita hanya berlomba menghabiskan waktu berjam-jam dengan main game, dan bermedia social (yang dimanfaatkan hanya untuk ngepost hal-hal tidak bermanfaat) yang saat ini marak menginformasikan segala pemberitaan hoax.

Bahkan dari angka statistik, Indonesia dengan jumlah populasi penduduk 253,6 juta jiwa, berada di urutan ke-4 pengguna facebook terbanyak dengan angka pengguna sebesar 60,3 juta setelah Brasil yang berada pada urutan ke-3 dengan jumlah pengguna facebook sebesar 70,5 juta dari jumlah populasi 202,6 juta jiwa---dan semua pengguna facebook, bukan bermedia social untuk mencerdaskan, namun hanya untuk mempost hal-hal yang tidak bermakna dan berguna serta tidak memiliki asas kemanfaatan.

Telah saya uraikan diatas bagaimana kita dapat menciptakan sebuah perubahan dalam pandangan  universal, apa yang menjadi langkah kita dan bahkan telah memperkenalkan para tokoh dan fanding father bangsa ini yang dapat menciptakan pergolakan dan perubahan terhadap bangsa Indonesia.

Bahwa semuanya dilakukan bukan tanpa dasar (fondasi) yang lebih dulu didirikan. Semuanya berakar dari belajar: baik membaca dan mempelajari segala hal yang ada di sektiar kita untuk menjadi sebuah entitas perubahan ril terhadap kehidupan bangsa yang mapan.

Maka lakukanlah apa yang harus dilakukan dan jangan pernah melakukan sesuatu yang tidak memiliki makna (Absurd), agar semua keinginan yang ingin dicapai dapat terwujud dengan baik.

 Langkahnya adalah membaca, membaca, dan membaca!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun