Mohon tunggu...
Tanah Beta
Tanah Beta Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Mahasiswa Semester Akhir pada IAIN Ambon

menulislah sebelum dunia menggenggam nafasmu

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Sari Konde dan Kematian yang akan Datang (II)

7 April 2018   01:15 Diperbarui: 7 April 2018   02:33 870
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi kematian. (botasot.info)

Percakapan itu hilang dari kepala Aku dengan sendirinya, sebab pintu ruangan autopsi terbuka dan seorang lelaki Berkaca mata keluar, bertubuh ramping, tingginya sekita 172cm, mengenakan pakaian khas seorang dokter lalu menyapa Aku,

"Nona"sapa dokter itu.

"iya Dok, Aku"sembari menyodorkan tangan.

"Ada keluarag bersamanya"

"Aku tidak mengenal keluarganya"

Sebelum percakapan berakhir, dokter tanpa permisi berlalu begitu saja tetiba dipanggil seorang perempuan---suster yang lari tergesa-gesa dari arah Ruang Gawat Darurat (UGD). Selang beberapa menit, Aku meninggalkan Rumah Sakit Kenangan. Ketika sedang melangkahkan kaki dengan perlahan, Aku kembali terbayang kematian-kematian itu, seakan kematian tak pernah lekang dari alam pikirnya; Tentang nenek tua bersari konde; pun perempuan cantik beranama Saya.

Kejadian itu mecipta trauma bagi Aku dan membuatnya sangat terpukul. Namun, kematian yang dialami, disambut dengan suka ria, tawa canda, dan kebahagian yang sunggu diluar dari kebiasaan orang berkabung.

"biasanya kematian itu disambut dengan duka yang dalam, tapi ini sungguh aneh: kematian disambut dengan pesta pora yang begitu meriah; dengan hura-hura dan minum-minum 'alcohol', dan sangat menjijikan"

Tentang sebuah konspirasi kematian nenek tua renta bersari konde itu. Berawal ketika dia bernyanyi dengan suara merdunya yang tidak disangka menjerumuskannya ke lubang kematian yang dalam. Derai air mata tak tertampak dari raut muka orang-orang yang tampak pongah dan geram dengan nyanyiannya yang dianggap sebagai bualan dan lelucon penghinaan. Hanya karena ketidaktahuan dan kebodohan yang dipeliharanya.

Lalu hal itu menjadi sebuah boomerang untuk semua orang menyerang dan membunuhnya, sampai ia pun berbaring di sebuah peti mayat dengan mengenakan pakaian yang tak ayal seorang mayat kenakan, begitu cantik gaun yang dipakaikan dan rambutnya di hiasi sari konde berlapis tusuk konde bercorak bunga-bunga. Oh.. sangat indah perempuan tua itu dalam peti kebehagiaan orang-orang atas kepergian dirinya.

Di waktu yang lain, Aku berjalan menelusuri lorong rumah sakit dengan wajah yang tampak kusut tak terurus setelah semalaman terjaga hanya untuk memberikan keterangan kematian itu. Padahal itu bukan tentang nenek tua, atau Saya yang sudah di autopsi seorang dokter yang pergi tanpa permisi kepada Aku. Tapi tentang kematian-kematian yang akan datang adalah kematian yang lebih tragis dari semua kematian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun