Mohon tunggu...
Tammy Siarif
Tammy Siarif Mohon Tunggu... Dosen - Dosen dan Pengamat Kesehatan

Saya adalah seorang dokter, dan Manager di Rumah Sakit Swasta di Bandung, juga sebagai dosen di Perguruan Tinggi Kota Bandung. dan sekaligus sebagai pemerhati kesehatan,

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Physical Examination - Pemeriksaan Fisik

24 September 2021   13:50 Diperbarui: 24 September 2021   13:56 2693
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Dr Mimi Guarneri dalam bukunya "The Heart Speaks" menyebutkan bahwa: pasien berharap dokter menggunakan seluruh kemampuannya, serta rasa kemanusiaannya untuk membantu mengatasi masalah yang dihadapi pasien, lalu menyimpulkannya menjadi sebuah diagnosa.

Diagnosa adalah penentuan jenis penyakit berdasarkan tanda dan gejala dengan menggunakan cara dan alat seperti laboratorium, foto, dan klinik;

Diagnosa penyakit merupakan hasil dari suatu upaya atau proses menemukan kelemahan atau penyakit (weakness, disease) apa yang dialami seseorang dengan melalui pengujian dan studi yang seksama mengenai gejala-gejalanya/symptons. (Thorndike dan Hagen dalam Suherman (2011),

Untuk menegakkan diagnosa, ada pekem dalam ilmu kedokteran yang sudah turun menurun entah beberapa abad yang lalu, yang diurutkan mulai dari :

  • Anamnesa
  • Pemeriksaan fisik
  • Pemeriksaan penunjang
  • Penentuan dignosa / diferensial diagnose
  • Terapi

Untuk anamnesa bisa dilihat pada laman berikut.

Pemeriksaan Fisik - Physical Examination

Adalah proses pemeriksaan tubuh pasien dengan atau tanpa alat,  untuk tujuan mendapatkan informasi/data yang menggambarkan kondisi pasien sesungguhnya, untuk menentukan ada atau tidaknya masalah fisik meliputi empat prinsip kardinal yaitu :

  • Inspeksi: melihat, mengamati keadaan pasien secara garis besar yang dilakukan secara sistemik. Misalnya cara jalan, dll.
  • Palpasi/perabaan, dengan cara meraba panas badan, meraba adanya rasa nyeri, meraba adanya pembengkakan, dll.
  • Perkusi (ketukan), dengan cara mengetuk pada bagian tubuh yang sedang diperiksa untuk membandingkan kiri dan kanan pada setiap daerah permukaan tubuh dengan tujuan menghasilkan suara.
  • Auskultasi (mendengarkan suara yang dihasilkan oleh bagian tubuh :rongga dada dan rongga perut, dengan menggunakan alat stetoskop.

Kadang ada tambahan dengan pemeriksaan kelima yaitu smelling (membaui).

Pemeriksaan fisik dilakukan secara berurutan mulai dari kepala sampai dengan kaki. (head to toe)

Namun untuk menjaga privasi pasien, maka pemeriksaan fisik bisa dilakukan secara proper expose, yaitu hanya memeriksa bagian yang tertentu saja yang akan diperiksa, tanpa memeriksa bagian lainnya. terutama bagian tubuh yang sangat sensitive.

Pemeriksaan fisik dilakukan sejak manusia dilahirkan, sampai manusia dinyatakan meninggal.

Pada bayi sesaat baru lahir dikenal pemeriksaan APGAR score,  untuk menilai keadaan umum bayi yaitu.

  • Appearance (skin color)
  • Pulse (heart rate)
  • Grimace response (reflexes)
  • Activity (muscle tone)
  • Respiration (breathing rate and effort)

Pada ahir kehidupan untuk meyakinkan, melalui pemeriksaan elektrokardiogram (EKG), yang didapat gambaran flat atau garis lurus dari gelombang/irama jantung.

Dari pemeriksaan fisik, dokter akan mendapatkan informasi yang utuh bagaimana keadaan fisik/kesehatan pasien. Selanjutnya informasi tersebut dilakukan identifikasi, analisis dan hasilnya merupakan suatu penilaian yang komprehensif, yang jika dikompilasi dengan anamnesa dan pemeriksaan penunjang akan menghasilkan suatu penetapan status kesehatan pasien

Seorang dokter yang baik dan berpengalaman tentunya sudah bisa memperkirakan berapa derajat suhu pasien, saat meraba tubuh atau memperkirakan  berapa kadar haemoglobin (Hb) saat memelihat conjunctivanya.

Dari hasil kompilasi anamnesa dan pemerikssan fisik seorang dokter bisa memperkirakan apa penyebab sesak napas, apakah karena  cairan yang terkumpul pada lapisan pleura (selaput paru) atau karena perbesaran ukuran jantung.

Jika karena koleksi cairan pada selaput paru, bisa ditentukan pula koleksi cairan ada disebelah mana, paru kanan atau kiri, dan setinggi sela iga keberapa.

Pemeriksaan fisik juga akan membantu dokter untuk menentukan pemeriksaan penunjang apa yang diperlukan untuk memperkuat temuan tersebut, sehingga pemeriksaan penunjang akan makin terarah dan tidak menghamburkan biaya pemeriksaan untuk hal-hal yang kurang diperlukan.

Pemeriksaan fisik menurut hukum.

Permenkes no 2052 tahun 2011 tentang Izin Praktik dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran.

Pasal 20 ayat (1) disebutkan bahwa dokter dan dokter gigi yang telah memiliki SIP berwenang untuk menyelenggarakan praktik kedokteran, yang meliputi antara lain:
a. mewawancarai pasien;
b. memeriksa fisik dan mental pasien;
c. menentukan pemeriksaan penunjang;
d. menegakkan diagnosis;
e. menentukan penatalaksanaan dan pengobatan pasien;
f. melakukan tindakan kedokteran atau kedokteran gigi;
g. menulis resep obat dan alat kesehatan;
h. menerbitkan surat keterangan dokter atau dokter gigi;
i. menyimpan dan memberikan obat dalam jumlah dan jenis yang sesuai dengan standar; dan
j. meracik dan menyerahkan obat kepada pasien, bagi yang praktik di daerah terpencil yang tidak ada apotek.

Kalau dilihat dari Peraturan hukum tersebut, maka dokter mempunyai kewenangan untuk melakukan serangkaian pemeriksaan dalam rangka melakukan penyenggaraan pelayanan kesehatan kepada pasien, dan salah satunya adalah pemeriksaan fisik.

Pemeriksaan Fisik  dan Telemedicine

Pada era digitalisasi dan kemajuan teknologi informasi saat ini, terlebih pada masa pandemi, maka telemedicine menjadi salah satu alternatif pilihan dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Tetapi jika dilihat dari esensi pemeriksaan fisik, maka penatalaksanaan kesehatan pada pasien sangat sulit untuk dilakukan secara telemedicine,  terutama yang berhubungan dengan pemeriksaan fisik.

Karena dengan telemedicine dokter tidak bisa melakukan palpasi seberapa besar pergeseran letak jantung, atau menentukan dimana terjadi peradangan paru, atau mendengar bagaimana suara motilatas usus apakah menaik atau menurun.

Alhasil telemedicine sampai saat ini masih sulit untuk menggantikan perabaan dan perkusi, telemedicine sebagai alat bantu hanya  sebatas inspeksi pada pemeriksaan fisik.

Entah pada masa mendatang, kemajuan teknologi juga bisa mneggantikan stetoskope dan bukan tidak mungkin hal ini bisa terjadi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun