Ruwat Sikopyah, sejatinya bukanlah mantra melainkan kearifan lokal sumber inspirasi luar biasa bagi siapa saja yang menyelami falsafah  hidup yang terkandung di dalamnya. Ingatan Mitha melesat ke zaman dimana ia kali pertama merasakan sejuknya air pegunungan di Kaki Gunung Slamet. Momentum KKN di desa yang terkenal sebagai lumbung strawbery di kecamatan Karangreja Kabupaten Purbalingga membuatnya enggan kembali ke lingkungan kampus.Â
Betah dan tak ingin beranjak meninggalkan desa Lembah Asri. Sayangnya ia tak berjodoh dengan jejaka asli sana. Siapa yang tidak betah berada di tengah hamparan luas pemandangan alam nan indah ?. Lembah dengan udara sejuk dikelilingi bukit hijau  menjulang. Warga desa begitu ramah menerima mereka yang datang dari luar. Meski dengan logat yang medok lagi ngapak, namun justru itulah yang menambah suasana hangat saat bisa berada di tengah warga desa Lembah Asri.
Terkenang saat pagi datang di desa yang berselimut kabut. Kami, mahasiswa KKN menutup rapat kepala hingga bagian telinga dengan topi kupluk. Tak lupa mengenakan kaos kaki. Kaos berlapis dan jaket tebal menjadi out fit nyaman. Semua jalan berbaris menuju  pawon dengan tungku tradisional yang terbuat dari tanah liat.Â
Kami berebut dingklik agar bisa duduk, yang tidak kebagian harus rela berjongkok mengelilingi tungku dengan bara api dari ranting pohon dan batang bambu yang sudah dibelah. Jika bara api dalam luweng meredup, kami meniup semprong bambu berluang kali sehingga bara api kembali menyala. Sungguh terasa hangat sembari menunggu air mendidih untuk membuah teh tubruk atau kopi gula nira.Â
Saat itu salah satu program kerja KKN kelompok kami adalah pipanisasi sebagai upaya mengalirkan air dari salah satu sumber mata air ke tempat penampungan air desa. Meski sudah terpasang pipa,namun  berukuran kecil dan termakan usia, sehingga aliran air teramat kecil. Maka menambah jalur aliran air dengan sambungan pipa baru yang berukuran lebih besar tentunya akan membantu tempat penampungan air di desa bisa lebih cepat terisi.
Apa kabar pak Lurah dan Bu Lurah beserta mas Seno, anaknya yang kerap kami sebut gondes akibat rambut panjangnya? Aahh, kangen mencecap cimplung buatan Yu Tuniroh eh Tumiroh. Duh kebun strawbery apa berbuah sepanjang tahun ya?. Rasanya ingin lekas kembali kesana.  Satu persatu kenangan akan desa lokasi KKN dulu menjelma menjadi lamunan.
Getar ponsel kembali terdengar membuyarkan lamunan Mitha. Buru-buru ia menerima panggilan itu dan langsung berbincang penuh rasa penasaran.
"Oke dik, saya pastikan akan datang"
"Eh, kalo bisa diatur tanggalnya agar berbarengan dengan acara ruwat sikopyah ya dik" begitu pemintaan khusus disebut.
"Sudah kami sesuaikan jadwalnya kok Mbak"
"penyuluhan dilakukan Sabtu sore, malamnya mbak bisa sharing pengalaman dengan peserta KKN"