Sedari kecil hingga usia sudah lebih dari 40 tahun, keberadaan kios sederhana bakso yang berada persis di samping kanan balai desa Tegalwangi Kecamatan Talang Kabupaten Tegal, layak disebut legendaris. Betapa tidak? Sejak saya SD hingga sekarang, keberadaannya masih eksis melayani pelanggan lebih dari 2 generasi.
Tersebutlah bakso Mulur. Terkenal enak berkuah segar, porsinya pas dan harga terjangkau. Sejak harga semangkok bakso masih hitungan ribuan perak, hingga siang tadi saya mengantri untuk membeli. Seporsi bakso komplit dengan mie dan irisan sawi hijau ataupun bakso kosongan (bakso tanpa mie) dibandrol dengan harga 14.000 rupiah saja per porsi.
Seporsi bakso kosongan terdiri dari 1 bakso urat ukuran besar dan 8 bakso halus ukuran kecil. Kuahnya segar saat diseruput sebelum bakso bertekstur lembut satu per satu siap dikunyah dalam mulut.
Selain bakso tersedia juga pelengkap berupa lontong, aneka kerupuk dan pilus yang membuat cita rasa bakso makin mantap untuk disantap langsung di tempat ataupun dibungkus untuk dinikmati di rumah bersama keluarga.
Tahun 90-an warung bakso Mulur terbuat dari papan kayu. Dengan gerobak sederhana selalu saja ramai diserbu pembeli. Meski berjualan di wilayah Tegal, namun sejatinya sang penjual beserta keluarga berasal dari karasidenan Solo, tepatnya di Kota jamu Sukoharjo Makmur.
Wajar jika ada perbedaan logat alias dialek antara penjual dan pembeli bakso mulur. Pembeli berbahasa ngapak, sementara penjual bakso melayani dengan dialeg mbandek khas Solo. Seperti kebanyakan penjual bakso keliling di wilayah Tegal yang rata-rata berasal dari wilayah eks karasidenan Surakarta, nyatanya nama Mulur diambil dari nama waduk di Kabupaten Sukoharjo.
Namun bagi pelanggan di sekitar desa Tegalwangi mengira bahwa Mulur merupakan nama penjual, sehingga tak jarang penjual dipanggil dengan Pak Mul. Namun semua itu tidak menjadi penghalang usaha bakso Mulur terus berkembang dan menjadi kondangÂ
Diantara beberapa Bakso ternama di sekitaran Tegal, bakso Mulur masuk dalam peringkat 5 besar favorit. Khususnya dari segi harga. Jika pada umumnya bakso favorit per porsi dijual dengan harga mencapai lebih dari 20.000, citarasa bakso mulur yang tak kalah enak masih cukup terjangkau.
Lokasinya pun mudah dijangkau. Dari jalan raya Talang, cukup belok ke pertigaan butak. Setelah melewati rel kereta dan balai desa, akan terlihat kedai bakso yang ramai pembeli. Sayang, tulisan nama Bakso Mulur cukup tersembunyi.
Meski cukup ramai diserbu pembeli, namun pelayanan bakso mulur terbilang prima. Mereka telah menyiapkan 2 dandang berisi bakso di kanan dan kiri gerobak. Jadi dalam 1 gerobak bakso terdapat 2 dandang sekaligus. Kru bakso mulur juga cukup cekatan. Pak Mul didampingi istri dan anaknya masih dibantu sekitar 3-4 orang yang berada di titik gerobak bakso. Sementara beberapa kru bertugas merapikan meja dan membantu menyiapkan pesanan minuman bagi pelanggan yang makan di tempat.
Ya siang tadi saya menikmati bakso Mulur untuk yang kesekian kalinya sepanjang usia. Sembari mengingat satu lagu anak-anak pada masa dulu dari Mellisa:
Abang tukang baksoÂ
Mari-mari sini saya mau beliÂ
Tidak pake saus tidak pake sambaljuga tidak pake kol.Â
Bakso bulat seperti bola pingpongÂ
Kalo lewat membikin perut kosong.
Bagi yang melintas Tegal-Slawi boleh coba semangkok bakso Mulur dari Sukoharjo Makmur, dijamin nikmatnya membuat kita penuh syukurÂ
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H