Mohon tunggu...
Tamita Wibisono
Tamita Wibisono Mohon Tunggu... Freelancer - Creativepreuner

Penulis Kumpulan Cerita Separuh Purnama, Creativepreuner, Tim Humas dan Kemitraan Cendekiawan Nusantara

Selanjutnya

Tutup

Tradisi Pilihan

Seribu Makna Dibalik Bertemunya Kawan Lama Saat Hari Raya

24 April 2023   00:29 Diperbarui: 24 April 2023   00:55 1460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok.pri Mendobrak Tradisi Reuni 

Saat hari raya adalah saat dimana kita menyempatkan bertemu banyak orang banyak kalangan. Tak sekedar keluarga inti melainkan kerabat dekat yang belum tentu bisa bertemu setahun sekali akibat kesibukan kerja. Kawan-kawan lama, sebutlah kawan masa kecil saat masih duduk di bangku sekolah dasar salah satunya. 

Kita yang menjadi kaum perantauan, menjadikan mudik sebagai sarana menyambung kembali tali silaturahmi adalan semacam tradisi. Disela-sela acara masing-masing keluarga dan kesibukan hari raya, kumpul bersama kawan lama menjadi acara yang gampang-gampang susah. Sudah sejak setahun lalu rencana ngumpul-ngumpul alias reuni menjadi PR bersama. 

Pada usia yang sudah tidak lagi muda, mengenang masa kecil dengan bertemu teman SD menjadi oase kehidupan yang penuh makna. Lebih dari seperempat abad kami berpisah saat seragam merah putih berganti menjadi putih biru dan seterusnya. Masing-masing menjalani perputaran roda kehidupan. Dalam falsafah Jawa dikenal istilah cakra manggilingan, sebuah rotasi hidup yang tergambar dalam syair tembang macapat.

Tak sebatas perputaran roda kehidupan, Cakra manggilingan menyimpan tafsir sebagai proses sangkar paraning dumadi, atau proses yang akan membentuk kepribadian dan peran seseorang kedepan. Setiap kita akan mengalami fase dalam kehidupan sejak lahir (mijil), kemudian menjadi anak-anak (sinom),remaja penuh cinta (asmaradana), fase gegayuhan akan masa depan (Kinanti), berumah tangga (gambuh), mengenyam pahit manis kehidupan (dandanggula), hingga fase evaluasi diri atas masa lalu (pangkur), sebelum datang fase berpisahnya nyawa dari raga (megatruh), lantas kita pun bersiap memasuki dunia lain (pocung)

Dalam pertemuan yang sangat sederhana kami mencoba mendobrak tradisi reuni yang seolah menjadi ajang pamer gengsi atas pencapaian "kesuksesan".  Tanpa ada pembentukan panitia secara terstuktur, tanpa ada sistem iuran per kepala, tanpa ada susuan acara. Semua mengalir begitu saja.  Terlebih menjadikan tempat seperti hotel, atau resto sebagai tempat acara yang justru menjadi jarak psikologis.

Last minutes, H-3 sebelum lebaran, rencana pelaksanaan terpaksa berubah. Dari yang semula lokasi berada di salah satu teman pemilik bengkel otomotif ternama, menjadi lokasi dadakan bertempat di lokasi yang lebih strategis. Begitupun dengan waktu pelaksanaan dan sajian ala kadarnya, semua mengikuti trend tahu bulat, digoreng dadakan-gurih-gurih nyoy.

Jumlah teman SD angkatan kami tidaklah banyak, hanya berkisar 30-an. Hampir setengahnya merupakan anak-anak bapak tentara yang pindah tugas sementara di Kodim 0712 Tegal. Hingga sekarang kabarnya menetap di beberapa kota. Sebagian lagi menjadi abdi negara yang bertugas di luar wilayah Tegal dan keterbatasan waktu mudik sehingga belum bisa bergabung. 

Sungguh bukan kuantitas yang menjadi target capaian pertemuan sederhana di hari raya. Melainkan menyibak seribu makna atas jalinan silaturahmi dan saling berbagi cerita yang tentu saja jauh dari kesan drama. Satu kehormatan bagi saya selaku Sohibul bait (tuan rumah) atas dedikasi meluangkan waktu ditengah padatnya acara keluarga di hari raya. Sungguh tak mudah sejenak meninggalkan keluarga untuk bisa sekedar duduk bersama dan berbagi cerita dengan kawan lama.

dok Pri foto bersama sebagian kawan lama sewaktu duduk di bangku SD
dok Pri foto bersama sebagian kawan lama sewaktu duduk di bangku SD

Alhasil 12 orang berkenan hadir, 1 orang izin pulang lebih dahulu karena harus berbagi waktu agar agenda "nyadran" , berkunjung ke kerabat jauh saat lebaran tidak terganggu adanya. Misi mendobrak makna reuni sebagi ajang pamer gengsi tampaknya berhasil. Tidak ada cerita pamer kesuksesan, tidak ada cerita pamer kepemilikan segala yang bersifat fana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun