Hobby bagi saya adalah aktifitas menyenangkan yang sesekali dilakukan pada saat waktu senggang disela kesibukan. Memasak salah satunya. Jika ditanya memangnya ada hobby lain? jawabnya banyak. Antara lain membaca, menulis , menyanyi, jajan + makan, dan jalan-jalan. Bagi sebagian orang hobby menjadi hal yang konon akan membutuhkan effort lebih. Namun sebagian lainya justru menjadikan hobby sebagai batu lompatan untuk memperoleh peluang lebih baik yang bersifat penghasilan atau pekerjaan.Â
Sebut saja menulis, yang jika dijalani dengan sungguh- sungguh maka ungkapan berbahasa arab " Man Jadda Wajada" akan mewujud keberhasilan. Lantas bagaimana dengan memasak?, tentu tak jauh berbeda. Toh baik menulis ataupun memasak harus terus diasah sehingga dari hobby meningkat menjadi passion.
Begitulah saya memaknai hobby yang saya jalani selama ini. Nah saat puasa begini, saya tidak lagi gass poll menjalani semua hobby. Mengurangi jajan+makan serta jalan oleh sebab energi selama puasa teralihkan ke aktifitas ibadah di malam ramadan. Adalah memasak satu hobby yang tetap bisa saya jalankan sebagai sebentuk kreatifitas menyiapkan menu istimewa untuk makan sahur dan sesekali berbuka.
Zaman dahulu memasak dianggap aktifitas domestik yang dikaitkan dengan paradigma gender  3Ur :dapur-sumur-kasur. Namun seiring dengan berjalannya waktu, memasak menjadi ranah yang mengalami peningkatan segmen sosial. Memasak banyak pula dilakoni oleh para kaum laki-laki. Aktifitas memasak kekinian jauh lebih menyenangkan.Â
Kreasi aneka menu menjadikan perempuan dipacu lebih kreatif dalam mengolah aneka bahan masakan menjadi menu yang variatif. Keseimbangan antara logika dan rasa juga akan terlatih dalam memasak.Itulah kenapa, konon saat hati dan fikiran kita sedang tidak tenang, akan berpengaruh pada cita rasa masakan yang dihasilkan. Itu sih semacam mitos, entah faktanya bagaimana.Â
Memasak zaman now mengalami banyak transformasi sosial. Perempuan bisa tetap tampil cantik saat memasak. Â Tak harus berada di dapur pengap berasap, melainkan bisa dilakukan di tempat umum dengan lebih santai lagi menyenangkan. Sekaligus menjadi sarana bersosialisasi antar sesama perempuan di pusat perbelanjaan. Seperti yang saya lakukan akhir pekan lalu. Â
Dari hobby memasak yang sifatnya masih angin-anginan, saya justru termotivasi untuk terus belajar kepada mereka yang memang sudah ahli atau berprofesi sebagai chef.Â
Bagi saya menjalani hobby memasak dan terus belajar mengembangkannya adalah sebentuk investasi jangka panjang. Manfaatnya tetap bisa saya rasakan meski perlahan tapi pasti.Â
Setidaknya saya bisa menghidangkan sajian menu makanan yang jauh lebih bervariatif baik bagi diri sendiri ataupun bagi keluarga. Tak harus otomatis menjadi chef, saat saya bisa menimba ilmu , melihat langsung teknik dan proses memasak plus mencicipi masakan seorang chef akan menjadi rekam jejak yang berguna.Setidaknya bisa menjadi bahan cerita.
Sebenarnya Ini bukan kali pertama saya bertemu sosok Chef ternama. Saya yang juga tergabung di grup kelas memasak online secara rutin kerap belajar memasak dengan menghadirkan chef ternama. lainnya. Â Namanya juga perempuan sudah berkeluarga, keahlian memasak konon akan menjadi nilai tambah tersendiri. Hanya saja, pertemuan dengan chef kali ini bisa dibilang istimewa. Pertama , karena momentumnya disaat bulan puasa. Kedua karena lokasinya di Pulau Dewata.
Siang itu dengan penuh semangat 45 saya mendatangi lokasi cooking class di salah satu pusat perbelanjaan modern di kota Denpasar. Begitulah nyatanya hobby bisa menjadi semacam relaksasi dan selingan aktititas yang menyenangkan. Sejenak melepas penat dari rutinitas dengan berkumpul bersama ibu-ibu yang juga antusias mengikuti cooking class bersama chef Una.
Putu Adinda Sri Fortuna Dewi atau yang dikenal dengan Chef Una, merupakan salah satu jebolan ajang pencarian bakat memasak televisi yang sudah tidak asing lagi. Perempuan berusia 21 tahun asli Bali ini berwajah cantik, ramah dan sederhana. Sepintas roman wajahnya tidak jauh berbeda dengan chef Renata. Sungguh menginspirasi sosok perempuan muda masa kini.
Dalam kesempatan cooking class pekan lalu, saya menyimak 3 resep menu kekinian yang sehat lagi menggoda. Meski dilakukan saat puasa, namun tak mengurangi esensi rasa yang terlihat tetap istimewa saat sajian selesai dimasak. Bahkan ada 1 menu khusus yang sengaja dipersiapkan agar peserta yang berpuasa bisa tetap menikmati sebagi menu berbuka. Sajian sehat kaya serat yang diolah dari aneka potongan buah begitu menggoda. Terlebih wadahnya mungil dan bisa dibawa pulang sebagai semacam cendera mata. Jiwa emak-emak saya seketika merasa luar biasa.
Dari hobby memasak bisa bertemu chef ternama. Bahkan mendapat resep baru, teknik memasak dan mengolah masakan. Eh masih juga berkesempatan mencicip menu buatan chef untuk dibawa pulang. Nikmat mana lagi yang mampu saya dustakan?.Berkah puasa di pulau dewata selalu saja ada yang istimewa.
salam
 Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H