Mohon tunggu...
Tamita Wibisono
Tamita Wibisono Mohon Tunggu... Freelancer - Creativepreuner

Penulis Kumpulan Cerita Separuh Purnama, Creativepreuner, Tim Humas dan Kemitraan Cendekiawan Nusantara

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

#14ThKompasiana, Who Wants To Be #KompasianerPride? (1)

22 Oktober 2022   20:47 Diperbarui: 22 Oktober 2022   21:26 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kala itu saya tinggal di Kota Madiun, lingkup yang masih kecil untuk bicara ruang interaksi digital semacam blog. Istilah Blogger masih cukup asing ditelinga orang-orang daerah era tahun 2015. 

Saya yang sehari-hari menjalani hidup sebagai ibu rumah tangga sembari berjualan online aneka komoditas lokal seperti Sambal kemasan dll, memacu diri untuk kembali belajar ilmu menulis digital di kompasiana. Menimba Ilmu ke kota- kota besar seperti Surabaya. 

Masih lekat dalam ingatan saya, di tahun 2015 pula saya ikut acara Kompas Kampus di Universitas Airlangga.kebetulan dari dulu saya nge-fans sama Rosiana Silalahi.

Sempat bercita-cita jadi pembaca berita, istilah kerennya news Anchor.  Siapa sangka , di acara Kompas Kampus, ada segmen/sessi perkenalan kompasiana oleh Nurullooh yang sekarang menjadi COO K. 

Apalagi ternyata saya duduk bersebelahan dengan Kompasianers Malang MAs Selamet Hariyadi yang banyak memberi gambaran menulis di Kompasiana dan memberitahukan perihal acara Nangkring di Surabaya dalam waktu dekat.

Nangkring Perdana di Surabaya. Dok Nurulloh
Nangkring Perdana di Surabaya. Dok Nurulloh

Alhasil, setelah acara kompas kampus saya pun mendaftar Acara Kompasiana Nangkring untuk Kali pertama dan bertemu teman-teman kompasianer seperti mbak Avy, bu Siti Nurhasanah, Mbak Ay Marhening dll. 

Dan itu berlanjut sampai saya pun ikut Nangkring di Malang beberapa bulan berikutnya. Bagi saya ini sebuah kegiatan yang luar biasa. 

Toh perjalanan lintas kota Madiun-Surabaya, ataupun Madiun- Malang masih cukup terjangkau secara biaya dengan menggunakan bus antar kota antar propinsi yang 24 jam melintas kota Madiun. Sesekali saya sembari re-strok mengambil sambal kemasan di Sidoarjo tak jauh dari terminal Bungurasih.

Merasa cukup mendapat gambaran tentang kompasiana, saya pun mulai menulis secara sederhana. Waktu itu belum musim gawai  android seperti sekarang, masih BBM sehingga belum nyaman untuk menulis dari gawai.

Sementara Laptop satu-satunya menjadi modal kerja yang dibawa oleh suami. Tak patah arang saya pun mencari warung internet di sekitar kampus, tepatnya di Jl Serayu kota Madiun. Jika sedang bersemangat menulis saya menghabiskan 1-2 jam di warnet, biayanya tergolong murah 5-10 ribu saja untuk jam kerja. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun