.....
Alangkah indahnya hidup ini
Andai dapat ku tatap wajahmu
Kan pasti mengalir air mataku
Kerana pancaran ketenanganmu...
Sebait syair Nasyid berjudul ya Rasullah yang dinyanyikan oleh Raihan diatas menjadi sebuah harapan yang sepertinya tak mungkin terwujud saat ini.
Namun keindahan Rosullallah tak semata dimaknai bisa bertemu fisik dan melihat dengan mata kepala kita. Suri tauladan nabi akhir zaman telah menjadi sunah yang tak hanya diikuti oleh para sahabat pada zamannya.
Pun sekitar ribu tahun menjadi umat nabi sekaligus Rosullallah SAW tak hanya mendapat syafaat dari shalawat namun empat sifat mulia yang menjadi legacy abadi.
 Siddig (jujur), amanah (dapat dipercaya), tabligh (menyampaikan kebaikan) dan Fatonah (memiliki kecerdasan yang tinggi). Tak mudah menjaga karakter dan sifat layaknya Rosul.Namun bukan berarti tak bisa.
Segala sesuatunya harus dimulai dari yang paling sederhana. Bicara kejujuran, sebelum jujur terhadap orang lain maka jujur kepada diri sendiri jelas menjadi keharusan. Sebab sekali kita tidak jujur pada diri sendiri maka akan mudah pula tidak jujur pada orang lain.Â
Pada zaman sekarang beberapa lingkungan sudah membuka ruang untuk menjadi lahan subur memupuk kejujuran dengan adanya warung/kantin kejujuran. Itu satu hal sederhana yang bisa kita lakukan.
Begitu pula dengan amanah. Tak jarang sekali dipercaya maka yang ada mencari celah kepercayaan tersebut untuk kepentingan pribadi. Amanah ini berkaitan pula dengan beberapa jabatan, atau pelaksanaan pekerjaan. Berkaitan erat dengan tanggung jawab besar yang tidak merugikan orang lain demi keuntungan pribadi.
Sifat ketiga adalah tabligh. Banyak ruang tabligh disekitar kita. Hal sepele misalnya Medsos hingga blog. Sejauh mana kita sebagai pegiat blog dan medsos menjadikannya sebagai saluran penyampaian kebaikan. Tidak memprovokasi.
Sementara sifat Fathonah adalah hal istimewa dimana kecerdasan tingkat tinggi yang dimiliki tentu tidak disalahgunakan, misalna untuk menipu atau merugikan orang lain. Banyak orang cerdas namun karena tidak menjadikan Rosul sebagai suri tauladan maka kecerdasasannya menjadi jalan kejahatan yang merugikan orang lain hingga dirinya sendiri.
Maka tidak ada hal-hal besar yang bisa kita jadikan suri tauladan melainkan memulai menerapkan dalam sikap dan sifat yang paling sederhana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H