Dalam salah satu cuplikan ceramahnya ustadzah Mumpuni menyebut wong wadon ibarat sawah, tapi aja mung dipaculi. (Perempuan /istri ibarat sawah jangan hanya dicangkul). Lebih lanjut usatadzah Mumpuni menyebut ayat yang artinya istrimu adalah tempat bercocok tanam, maka datangilah tempat bercocok tanam mu itu sebagaimana engkau kehendaki.
Lugas Mumpuni memberikan pesan dengan lugas bahwa jangan salah tafsir terhadap gambaran perempuan sebagaimana sawah. Perempuan digambarkan sawah mengingat sawah adalah tempat yang menghasilkan /produktif.
Ustadzah Mumpuni memberikan motivasi kepada jamaah perempuan sekaligus memberi pesan moral kepada laki-laki bahwa sawah agar menghasilkan juga harus dirawat, diberi pupuk dan dijaga dari hama yang merusak.Â
Prinsip kesetaraan yang disampaikan Ustadzah Mumpuni dalam konsep religi begitu seimbang, tanpa menyerang da memojokkan kaum laki-laki semata. Istilah-istilah lokal dan kekinian dia sampaikan secara spontan dan mengundang gelak tawa.
Itulah kenapa saya begitu yakin Ustazah Mumpuni Handayayekti bisa dijadikan panutan sekarang maupun kedepan. Debut ceramah telah dia lakoni sedari kelas 3 SD terlahir dari keluarga seniman yang religius, nyatanya ustadzah Mumpuni hingga kini konsisten melakukan dakwah keliling daerah. Bahkan sosial media Ustadzah @mumpuni_handayayekti kini memiliki follower hingga 272.000. Saya termasuk salah satu followernya.
Simak Dakwah Ngapaknya disini
Catatan :
Cablaka : apa adanya, terus terang tanpa tedeng aling-aling
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H