Setelah berpuasa satu bulan lamanya,Â
Berzakat fitrah menurut perintah agamaÂ
Kini kita beridulfitri berbahagia
Mari kita berlebaran bersuka gembiraÂ
Berjabatan tangan sambil bermaaf-maafanÂ
Hilang dendam habis marah di hari lebaran.
Syair lagu bernada riang ciptaan Ismail Marzuki yang dipopulerkan oleh Bimbo diatas, menjadi back song dalam menuliskan artikel di hari lebaran ini. Lebih baik terlambat dari pada tidak sama sekali, toh lebaran masih berlanjut hingga esok hari.
Meski sejatinya meminta maaf dan memaafkan tak harus menunggu lebaran. Namun berbahagialah kita karena momentum lebaran juga menjadi waktu yang tepat bagi maaf yang belum terucap akibat masih menyimpan kesumat.
Manusia memang tempatnya khilaf dan salah. Tapi manusia pula dicipta sebagai makhluk sempurna. Seperti saat meminta maaf dan memaafkan sebagai sempurnanya kita merayakan lebaran. Apalag arti berhati raya tanpa kita saling memaafkan.
Dalam lingkup kehidupan apapun, kita pasti pernah berselisih paham. Berseteru hingga rindu dendam terhadap seseorang pastinya pernah saya lakukan. Tak perlu jauh-jauh mencari siapa yang hendak kita mintai maaf serta memohon agar dimaafkan. Selain dalam keluarga, dalam lingkup kerja, bahkan dalam lingkup kita berkompasiana-ria.
Sungguh melalui hari bahagia ini dengan setulus hati saya ingin meminta maaf. Meski jauh sebelumnya proses permaaafan itu baik sengaja atau tidak pernah tercipta. Namun kurang afdol rasanya, bila sisa-sisa seteru itu masih ada. Yakinlah meski saya butuh waktu untuk melupakan namun tidak berarti saya menyimpan dendam.
Kepada rekan kompaianers yang tidak bisa saya sebut satu persatu, dengan segenap kerendahan hati saya memohon maaf lahir batin. Saya terlahir sebagai orang yang ekspresif, sehingga saya kerap memgekresikan kegalaulan, hingga unek-unek saya di media sosial. Mohon kiranya dimaafkan ya.
Pun terkait seteru-seteru di masa nan lalu. Ketika kita aktif di komunitas ataupun kegiatan Kompasiana, kiranya segala hal yang kurang berkenan baik sikap, sifat , tindakan hingga ucapan mohon dengan sangat untuk dimaafkan. Yakinlah, saya pun menyadari bahwa kita bukan makhluk Tuhan paling seksi yang tanpa salah dan khilaf perbuatan.
Siang tadi, saya merasakan lega yang amat sangat. Ketika melalui Facebook sebagai salah satu kanal media sosial yang ramai dengan aneka foto lebaran, saya secara langsung menuliskan kalimat permohonan maaf kepada Kompasianers yang dulu kerap mentraktir saya makan.
Tak bermaksud menjadikan tulisan ini sebagai surat terbuka, tapi jujur saya sempat sedih sebab dulu tanpa tau salah saya apa saya merasa didiamkan oleh orang yang baik seperti kalian. Duhh, kalo pun saya salah mbok ya tolong dibilangin apa salah saya, biar saya tau gitu lhoo. Sebab kadang saking kompaknya, seteru itu berimbas pada mereka yang tidak secara langsung berseteru dengan sayaÂ
Bukankan kita terlahir dengan segala beda yang ada? Mungkin kadar ekpresifnya saya selama ini dinilai berlebihan sehingga memunculka. Ketidaknyaman, tolong maafkanlah.Â
Dan setelah permohonan maaf ini, semoga seteru itu tidak akan pernah lagi memicu harmonisnya jalinanÂ
Happy Ied Mubarak, mohon maaf lahir batin kepada segenap rekan kompasianer yang merayakan idul Fitri. Tahun ini lebaran di tengah  pandemi yang patut kita catat dalam sejarah, bahwa pada hari yang sama pula saudara-saudara kristiani pun mengenang kenaikan Isa Al Masih.Â
Mari kita jadikan momentum lebaran bagi umat muslim dan momentum kenaikan Isa Al Masih bagi umat Kristiani untuk mempererat semangat bersaudara meski dalam beda iman. Jangan ada seteru diantara kita, langkah awal mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsaÂ
Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H