Satu sisi sempat merasa kecewa pastinya koleksi Sabun/sampo hotel saya akan sulit untuk bertambah. Sisi lain, saya sadar bahwa itu semua demi kebaikan dan masa depan bumi, planet yang kita tinggali agar lebih baik segala sesuatunya.Â
Dengan meniadakan botol-botol berisi sabun/sampo itu berarti mengurangi sampah plastik yang akan membantu lingkungan hidup jauh lebih baik bagi sekian generasi ke depan. Kita pun harus mendukung sebagai upaya bersama menumpuknya sampah plastik yang beresiko terhadap bumi dan perubahan iklim.
 Jika saja boleh memberi masukan pada manajemen hotel, tidak ada salahnya agar tetap menyediakan toileteries berbayar alias bisa didapat tapi tidak cuma-cuma. Para tamu hotel yang menginginkan sampo/sabun dalam botol mungil bisa menghubungi receptions dan membayar deposit seharga sabun/sampo sebagai cendera mata yang bisa dibawa pulang.
Bagi kalangan Traveller, cenderamata sabun/sampo hotel terlebih dari beberapa negara pastinya menjadi kenangan tersendiri. Begitu juga bagi para blogger lifestyle yang kerap mendapat kerjasama untuk review melalui aktifitas staycation.
Tanpa sengaja saat saya mengunggah foto koleksi saya ini direspon oleh beberapa kompasianer diantaranya Mbak Gaganawati Stegman yang bermukim di Jerman, mbak Tity kompasianer lawas yang juga seorang Traveller. Maka  bertandang ke kediaman mbak Tity sembari barter toileteries pun saya lakukan. Ahahahha padahal mbak Tity mempersilahkan saya untuk mengambilnya saja.
Begitulah, cerita saya tentang koleksi barang. Mungkin tak memiliki nilai ekonomis sama sekali, namun menyimpan kenangan perjalanan tersendiri. Ssssttt adakah yang punya koleksi sama dengan saya? Barter yukkk.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H