Sudah 10 hari berpuasa kenapa berat badan tidak kunjung berkurang? Atau jangan-jangan malah bertambah naik. Bukan tidak mungkin, selama menjalankan puasa ramadan berat badan terpengaruh secara signifikan.
Meski sejatinya, puasa ramadan bukan semata sarana untuk diet/ mengurangi barat badan. Apalagi jika pola konsumsi menu makna selama berbuka bebas merdeka tanpa dipilih dan dipilah berdasarkan keseimbangan asupan gizi.
Berbukalah dengan yang manis. Konon bergitu sunah menu makanan berbuka. Namun sejatinya yang manis itu berasal dari bahan alami kurma. Itupun dalam jumlah bilangan tertentu, yakni 3 butir kurma. Namun apa yang terjadi sekarang ini?. Hampir semua menu makanan berbuka bercita rasa manis. Bahkan manis sekali.
Rasa manis untuk berbuka boleh, berlebihan jangan. Baik dalam jumlah ataupun dalam rutinitas harian/setiap hari. Sudah ada kurma, masih semangkuk kolak, ditambah teh manis hangat. Pun masih mengkonsumsi nasi yang merupakan sumber karbohidrat dengan unsur kandungan gula yang lumayan tinggi.
Tanpa sadar, pasokan gula menumpuk mengakibatkan gampang mengantuk. Celakanya jika kemudian dituruti untuk memperbanyak tidur selama puasa. Meski konon tidurnya orang puasa itu mendapat pahala, ah tapi yang benar saja. Justru itulah yang menjadikan berat badan selama puasa menjadi tak terkontrol.
Wasdapa rasa ngantuk yang muncul selepas makan sahur. Sudah bukan rahasia umum jika waktu subuh adalah waktu dimana sebagian besar masih ingin menambah waktu tidur. Begitupun saat pagi menjelang, biasanya rasa malas menyerang.
Gejala letih ,lemah lesu pun dapat dengan mudah menghampiri. Alih-alih puasa, aktifitas gerak tubuh kian tidak maksimal. Padahal timbunan karbohidrat yang menjadi gula perlu ada pembakaran dengan gerak badan yang dilakukan.
Belum lagi menu makanan yang disediakan kurang serat alami dari sayur, buah dan protein. Menyantap hidangan berbuka puasa dengan citarasa manis adakalanya menimbulkan efek kurang bagus bagi pencernaan.Â
Puasa bukan untuk melupakan piring gizi berimbang dimana konsumsi buah, sayur dan sumber protein nabati harus lebih banyak dibanding dengan karbohidrat, lemak dan protein hewani.
Jalan Pagi, Bersih-Bersih Rumah, Ngabuburit Hingga Taraweh, Menjaga Gerak Badan Maksimal.
Meski Ramadan kali ini kita masih diliputi suasana pandemi, bukan berarti pula puasa sepenuhnya menjadikan kita sebagai kaum rebahan selama 24 jam. Aktifitas fisik ringan hingga sedang wajib untuk tetap dilakukan.
Jalan pagi adalah hal yang menyenangkan untuk dilakukan. Pulang -pergi ke masjid untuk shalat subuh misalnya. Sembari beribadah sekaligus olahraga.
Bagi kalangan perempuan khususnya ibu-ibu,tetap menjaga kebersihan baik itu menyapu, ngepel dan kegiatan lain dalam rumah pun tetap berjalan seperti biasa. Jangan ada alasan malas bersih-bersih rumah karena puasa. Rasanya itu sebuah dosa.
Sore hari, sebelum tiba waktu berbuka, tidak ada salahnya juga untuk ngabuburit dengab tetap menjaga protokol kesehatan. Selain menjadi pengalihan rasa lapar yang kian terasa, ngabuburit juga menjadi momentum untuk menggerakkan badan/aktifitas fisik yang ringan lagi menyenangkan.
Sungguh, Ramadan menjadi bulan maha lengkap bagi para pencari kebaikan. Termasuk diantaranya ketika malam hari saat Ramadan, ada ibadah istimewa berupa shalat taraweh+ witir. Minimal 8 + 3 rakaat, hingga 20+ 3 rakaat menjadi ibadah dengan gerak fisik yang lumayan. Maka janganlah untuk disia-siakan. Agar timbangan badan terkontrol tanpa gangguan kesehatan selama puasa ramadan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H