Satu Ramadan Bercerita, Menantang Diri Meningkatkan Skill Menulis  Â
Pun tahun ini saya punya target, bisa mewujudkan cita-cita membukukan sepenggal kisah perjalanan menjadi sebuah buku. Sungguh ajang samber THR ini menjadi sebuah warming up tersendiri sebelum masuk fase dan proses menulis secara paripurna.
Apapun nanti hasilnya, yang pasti saya telah mencoba dan berusaha. Toh ada juri terbaik dari para pembaca. Kita ikhlaskan saja sebentuk target menambah skill menulis bukan semata pada hadiah apa yang bisa diraih, melainkan konsistensi menulis dan menulis.
Tak lupa saya sempatkan untuk membaca setiap harinya. Baik membaca tulisan dalam bentuk digital, ataupun karya-karya penulis ternama yang mewujud dalam karya buku yang saya miliki. Ya, menulis tanpa membaca apalah artinya.
Memasak tak Sekedar Mengolah Bahan Makanan menjadi Masakan
Siapa bilang dunia masak memasak hanya menjadi ranah kalangan perempuan?. Zaman now, memasak kerap dilakukan mereka yang berjenis kelamin laki-laki. Sebut saja cheft Juna, Nicky Tirta, Norman Ismail, Rudy Khoirudin hingga sang Maestro Om William Wongso.
Bagi saya belajar memasak itu penuh seni mengelola emosi. Tidak sekedar seni mengolah bahan makanan menjadi masakan. Jika dulu saya belajar memasak dari aneka buku resep masakan atau tayangan di televisi. Maka era digital menjadikan aktifitas belajar memasak menjadi begitu menyenangkan.
Aneka channel YouTube hingga aplikais dan platform kuliner bisa menjadi referensi cara membuat aneka masakan. Bahkan begitu banyak acara zoom yang menjadi ruang belajar memasak. Bergabung dalam WAgrup sebuah kelompok cooking club' menjadi salah satu cara saya untuk meng-up date kemampuan memasak.Â
Tak jarang saya menerima tantangan lomba memasak, atau re-cook sebuah resep masakan melalui Instagram agar kemampuan emamsak saya berkembang. Ah ya, lagi-lagi challange menjadi kata kunci agar skill kita bisa ter up grade secara terus menerus mengikuti tantangan zaman.