Marhaban ya Ramadan. Tiada kata yang menjadi tanda hadirnya bulan penuh berkah bagi umat muslim di penjuru dunia yang disambut dengan suka cita. Namun siapa sangka, sudah dua tahun Ramadan berlangsung di tengah wabah Covid-19 yang dalam upaya penanganan maksimal.
Hampir semua sektor kehidupan masyarakat memang belum sepenuhnya pulih, normal seperti sedia kala. Dua tahun terhitung sejak ditetapkannya masa tanggap pendemi, semua upaya memberlakukan protokol kesehatan, pun menerapkan berlakunya tatanan menuju new normal sungguh telah maksimal.Â
Terlebih tahun 2021 vaksin Anti Covid-19 mulai diberikan. Beberapa segmen masyarakat secara bertahap telah mendapatkan 2 x suntik vaksin sebagai upaya pengendalian angka penyebaran virus yang cukup serius menyita perhatian dunia.
Pondok pinang, satu dari sekian kelurahan di Kecamatan Kebayoran Lama yang sempat mendapatkan predikat zona merah. Itu tahun lalu, saat wabah begitu cepat menyebar. Beberapa kawasan perumahan yang berada di sekitar wilayah tersebut bahkan memberlakukan penutupan portal/akses jalan selain bagi penghuni. Suasana begitu sepi. Tidak ada aktivitas ibadah salat taraweh berjamaah di masjid/mushola sekitar.
Selaku bagian dari warga Pondok Pinang saya patut merasa lega. Perlahan tapi pasti, semua menuju ke arah pemulihan tanpa meninggalkan aturan protokol kesehatan. Tahun lalu, masker dan hand sanitizer  menjadi barang yang langka, sulit dicari dengan harga yang melambung tinggi.Â
Ramadan tahun lalu, Beberapa kalangan melakukan aksi borong bahan makanan akibat kekhawatiran. Di tengah ketidakpastian itu, Bersyukur, saya mendapat kesempatan menjadi relawan dapur umur berkat informasi dari komunitas kompasianer Tangerang Selatan. Pengalaman yang begitu membekas dan meninggalkan jejak makna mendalam di tengah pandemi.
Tahun kedua Ramadan di tengah pandemi. Patut kiranya kita bersyukur penuh bahwa tahun ini ibadah shalat taraweh berjamaah bisa dilangsungkan di beberapa masjid/Mushola. Tentu dengan pembatasan jumlah jamaah demi tetap diberlakukannya aturan protokol kesehatan yang maksimal.
Satu hal kita tidak boleh menutup mata akan makna berbagi. Apapun itu bentuknya. Berapapun nilainya. Meski kadang hanya sebatas berbagi ucapan positif yang sifatnya hanya saling menyemangati. Seperti saat saya singgah di warung tenda kaki lima yang menjual pecel lele.
"Sepi mbak, beda jauh dengan pas puasa sebelum musim korona" ,begitu kilah penjual pecel lele di Pondok Pinang sewaktu saya sempatkan membeli untuk makan sahur semalam.
"Tetap semangat mas, selalu bersyukur dan jangan lupa jaga kesehatan" hanya itu komentar yang bisa saya berikan sesaat setelah saya membayar dan menerima bungkusan.
Masker yang tetap saya kenakan menutup senyum yang saya berikan pada si penjual. Yakin saya berkata, tak hanya penjual pecel lele yang akan berkata demikian. Ada banyak saudara sebangsa dan setanah air kita yang kini tengah berjuang untuk pulih dan bangkit akibat keterpurukan pasca terkena dampak pandemi. Sungguh mengeluh bukan sebuah solusi menghadapi sessi akhir dari sebuah pandemi.