Mohon tunggu...
Tamita Wibisono
Tamita Wibisono Mohon Tunggu... Freelancer - Creativepreuner

Penulis Kumpulan Cerita Separuh Purnama, Creativepreuner, Tim Humas dan Kemitraan Cendekiawan Nusantara

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Menimba Makna Di University Kehidupan ala Pak Tjip & Ibu Lina

14 Januari 2021   20:17 Diperbarui: 14 Januari 2021   20:37 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lewat dari lima tahun sudah saya mengenal mereka. Pak Tjip dan Ibu Lina, sejoli yang menebar kasih pada sesama. Hingga tak sedikit yang menggangap mereka sebagai orangtua, atau bagian dari keluarga dengan sebutan Opa/Oma. Tanpa bertemu  dengan Pak Tjip dan Ibu LIna di sebuah sudut kota bernama Slawi,mungkin juga saya tidak mengenal Kompasiana.  Padahal 6-7 tahun lalu saya kerap melintas Pasar Palmerah yang letaknya selemparan jarak dari lokasi kantor kompasiana. Hikmah pertemuan itu pun berbuntut panjang.

Saya yang kala itu baru saja resign dari dunia kerja formal sebagai tenaga ahli anggota DPR RI,seolah  menemukan kembali sisi lain dari kehidupan. Pak Tjip dan Ibu Lina menjadi perantara kasih yang membuat saya mencoba menulis dan menulis. Januari 2015 adalah awal saya membuat akun Kompasiana. Beberapa hari berselang setelah saya mencurahkan sebagian isi hati kepada Bu Lina. Membeli buku beranda Rasa karya pak Tjipta menjadi kamus pertama saya mengenal Kompasiana. Terngiang pak Tjip sempat memotivasi saya agar ikut serta menulis disana. 

Terima kasih pak Tjip dan Ibu lina. Banyak makna saya temukan dalam riuh redam perjalanan kehidupan yang belumlah seberapa jika dibandingkan kisah yang mengharu biru dari mereka berdua. Setahun kemudian kembali saya bertemu pak Tjip dan Bu LIna, kurang lebihnya di Bulan Januari. Dalam momentum bakti sosial kebangsaan yang menjadi momen penyembuhan waskita Reiki masih di Kota Slawi. Saya ingat persis ada acara pemotongan kue ulang tahun yang belakangan saya ketahui sebagai ulang tahun pernikahan pak Tjip dan Ibu Lina. Satu per satu yang hadir mendapat potongan kue langsung dari tangan pak Tjip dan Ibu Lina. Mereka tidak hanya membagi energi positif untuk kesehatan dan penyembuhan. Melainkan pula berbagi kebahagiaan meski pada orang yang tidak dikenal sebelumnya sekalipun.

Lantas, ada satu frasa kata yang hingga saat ini saya ingat. University of life yang dalam tulisan ini saya terjemahkan menjadi Universitas kehidupan. lantas dimana kampus universitas ala pak Tjip dan Ibu Lina itu berada? jawabnya ada pada tiap tulisan yang begitu produktif dihasilkan. Tanpa putus selalu berkelanjutan.  Setiap hari pasti ada saja tulisan pak Tjip dan Ibu LIna di Kompasiana. Bosan? tentu tidak. Nyatanya pak Tjip dan Ibu Lina buka type penulis yang narsis dengan percapaian tulisannya.

Bukan tulisan politik kekinian, bukan pula artikel blog competition. Tulisan pak Tjip dan ibu lina memiliki sesuatu yang lain. Diunggah dari seberang Benua, Australia. Ah sayang saya belum berkesempatan untuk kesana, meski pak Tjip pernah memotivasi agar bisa mampir ke hunian mereka..Semua tulisan pak Tjip menjadi universitas kehidupan bagi yang membacanya. Makna hidup yang bersumber dari cerita pengalaman masa muda, fase perjuangan awal berumah tangga dengan bu Lina, Saat menapaki usaha kemudian sukses,hingga jalinan relasi sosial yang sarat akan pesan moral. 

Di usia yang tidak lagi muda, pak Tjip dan Ibu lina tetap bisa berbagi makna melalui tulisannya.  Setahun sekali mereka mengunjungi beberap kota di Indonesia untuk menebar energi positif dan tentunya berbagi kebersamaan dan kebahagiaan. Sayang pendemi menjadi pembatas bagi mereka berdua untuk menjalankan rutinitas kunjungan  tahunan ke Indonesia. Padahal tahun lalu,saya bersama beberapa rekan kompasianer sempat mendapat traktiran makan siang dengan menu nasi padang yang terhidang aneka lauk yang menggugah selera di kawasan Juanda - Jakarta Pusat.

Pak Tjip dan Ibu Lina, begitu sering mereka berbagi. Pada momen-momen istimewa hampir di tiap perpanjangan usia. 2 Januari 2021, Setengah abad lebih 6 tahun mereka mengaruhi bahtera keluarga. Bukan saja asam garam kehidupan, pastinya mereka kini menjadi orang yang dilingkungpi kebijaksanaan menyoal hidup dan kehidupan.  Itulah kenapa yang menulis betapa saya telah menimba makna atas tiap kisah inspiratif mereka berdua sebagfai univesitas kehidupan. Bukan sekedar untuk mendapatkan predikat nilai atau kelulusan semata. Sebab di universitas kehidupan ala pak Tjip dan Ibu Lina tentu standarnya berbeda. Berbagi kebahagiaan mungkin menjadi salah satu parameternya.

Masa pendemi seperti ini, berbagi kebahagiaan menjadi salah satu kunci. Bahagia merupakan energi positif yang menjadi tanda kita terhindari dari depresi, kecemasan yang menjadi celah masuknya virus ke dalam hati, fikiran dan tubuh kita. Lihatlah betapa usia pak Tjip dan Bu Lina yang tak lagi muda tetap sehat. Itu yang menjadi makna setelah saya mengenal pak Tjip dan Ibu Lina. Perlahan tapi pasti saya temukan keceriaan hidup yang sempat meredup. Saya tetap ceria dalam berbagai masalah yang sempat datang mendera.

Selamat berbahagia bersama keluarga pak Tjip dan Ibu Lina. Teruslah membuka universitas kehidupan dengan berbagai inspirasi yang ada melalui tulisan ataupun bentuk berbagi lain yang tetap dinantikan. Berkat pak Tjip dan Ibu Lina, saya belajar makna penyembuhan bagi diri sendiri dan orang terdekat yang membutuhkan. Sungguh, itu teramat bermanfaat. Hanya ucap selamat dan doa yang terpanjat, semoga Pak Tjip dan Ibu Lina sehat senantiasa, limpahan bahagia dan kasih tanpa jeda.

Dalam tulisan ini saya sertakan foto karya alm. Kang Thamrin Sonata pada moment kebersamaan pak Tjip dan Ibu Lina di lantai 6 kantor Kompasiana, mengenalkan Reiki pada beberapa Kompasianer dan admin tahun 2016/2017

dok. alm. Thamrin Sonata
dok. alm. Thamrin Sonata
Pondok Pinang, Januari 2021

salam Damai Penuh Kasih

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun