Belum terlambat saya mengetahui bahwa ini hari genap 12 tahun usia Kompasiana. Jika saja kompasiana berjenis kelamin laki-laki maka usia 12 tahun sudah masuk akil baligh. Begitupun jika Kompasiana adalah sosok perempuan, tanda-tanda kematangan secara fisik mulai terlihat.Â
Sayangnya Kompasiana itu hanyalah sebuah ruang. Tak memiliki jenis kelamin khusus, namun ia terus bertumbuh menjadi anak zaman yang banyak memikat dan menarik minat ratusan bahkan ribuan pasang mata.
Sekedar melirik, berkenalan, akrab hingga dekat. Kompasiana jelas bukanlah ruang kosong melompong. Mereka yang telah membidani dan merawat kompasiana hingga mampu bertumbuh hingga sekarang telah membangun nilai dan tata letak yang begitu  dinamis.
Beberapa Crew Kompasiana bahkan hadir secara virtual. Kue ulang tahun special kiriman dari Pak Tjiptadinata Effendi dan Ibu Roselina melengkapi kebahagiaan di masa pendemi.Â
Hanya  Mas Dimas, Koh Nurulloh selaku COO, Mbak Kiki dan mas Derry yang bergantian menyapa 78 Kompasianer yang meluangkan waktu di layar live youtube channel Kompasiana.Â
Tema Rasa Syukur bersama itulah yang membuat rasa empathy di tengah wabah Korona kian terasa. Sementara live chat digunakan para peserta untuk saling menyapa dan meramaikan suasana meski tanpa suara
Lima tahun lalu awal saya mengenal Kompasiana, jelas berbeda kondisinya dengan yang sekarang. Lima tahun itu pula saya bergaul dengan zona literasi digital yang tidak saklek dengan sekedar ejaan.Â
Tahun 2015 saya membuat lompatan besar dalam hidup. Belajar menulis di Kompasiana, meski saya bingung harus menulis apa dan dimulai dari mana. Kebersamaan saya bersama teman-teman kompasianers menimbulkan semangat untuk menulis lagi dan lagi.Â
Slogan sharing dan connecting waktu itu benar-benar memecut spirit untuk mengenal Kompasiana lebih jauh lagi. Kegiatan offline rutin saya ikuti. Dari Mulai Nangkring, On Loc, Blog Trip, Copy Writing, Kompasianival, Â dan banyak lagi.
Kompasiana ibarat rumah yang menjadikan kompasianers dimanapun berada serasa menjadi satu keluarga."Torang Samua Basudara,Baku-baku baek, Baku-baku sayang. Jangan Baku-baku hantam. Begitu Jo". Kira-kira begitu bahasa orang Minahasa sana berharap pada kita.
Kembali pada niat, Kita menulis di Kompasiana untuk apa?!. Ya, Kompasiana tak sekedar menjadi tempat untuk menuliskan kata-kata. Siapalah kita, yang belum menjadi penulis ternama. Tekun menulis secara berkesinambungan cukupkah?. Sebab kita tidak pernah tahu kelak siapa diantara kompasianers menjadi apa dengan predikat yang disandangnya.
Itulah kenapa saya memberi judul tulisan ini, 12 tahun Kompasiana, lebih dari sekedar menuliskan kata-kata. Foto-foto berikut ini menjadi bukti dan jejak tersendiri. Cerita dalam rangkaian foto ini. Asyiknya menjadi Kompasianers dengan passion dan gaya menulis berbeda yang menjadi ciri khas. masing-masing. Hilang satu bertumbuh seribu, begitulah hilir mudik kompasianer selama ini dalam aktifitasnya menulis.Â
Nikmat mana lagi yang hendak saya dustakan ketika selama menjadi kompasianers saya tidak hanya menuliskan kata-kata semata? foto-foto ini menjadi salah satu parameternya. Â Mari, mengukir jejak kebersamaan di rumah terkasih kita, Kompasiana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H