"Setiap tanggal 9 Maret kita merayakan Hari Musik Nasional." Anak perempuan  berusia 17 tahun itu menuliskan susunan kata menjadi satu kalimat yang berulang kali dibacanya. Nerulang kali tangganya mengetuk-ngetukkan gagang pulpen di lembar buku yang bersampul cokelat. Hanya buku tulis biasa. Namun di buku itu pula, banyak catatan yang dia buat untuk mereka para musisi yang masa kini yang dikenalnya lewat layar kaca.
"Put, kok belum tidur?" suara perempuan terdengar mengetuk pintu kamar yang menjadi ruang ternyaman bocah tersebut.
"belum Bu Tiwi, masih menunggu pengumuman siapa yang masuk babak Final ini" jawab bocah yang memiliki nama lengkap Putri Meirani.
Begitulah, putri begitu setia berada di depan layar kaca hingga larut tiba. Ajang pencarian yang ditayangkan salah satu stasiun swasta nasional  bakat telah mencuri perhatiannya. Terlebih sejak kemunculan sosok yang memiliki talenta musik yang bernama Fildan. Kadang terdengar lamat-lamat suara Putri ikut menyanyi. Kadang riuh tepuk tangan hingga teriakan dukungan pada sosok yang dia gemari.
Sejatinya Putri tumbuh menjadi pribadi yang tertutup. Jarang dia bisa mengungkapkan banyak hal pada orang lain. Satu dua orang saja yang bisa menjadi teman ngobrolnya. Beruntung, Bu Tiwi yang menyewa pavilliun kecil dalam rumahnya bisa menjadi salah satu orang yang selama ini menaruh perhatian terhadap Putri yang selama ini menyimpan rindu pada sosok yang dipanggilnya dengan sebutan Mama.
"Bu Tiwi, kapan ya aku bisa ketemu Fildan?" demikian ucapan Putri pada suatu sore. Ucapan itu terdengar sangat mendalam. Penuh harap dan bersungguh-sungguh.
"Suatu saat, mudah-mudahan kamu bisa ketemu Fildan ya Put" demikian jawab singkat perempuan yang berupaya menjadi teman bagi seorang Putri sembari menarik nafas dalam-dalam.
Diam-diam, Tiwi penasaran dengan sosok Fildan. Penyanyi sekaligus musisi pendatang baru di ajang pencarian bakat itu konon multi talenta. Suaranya khas bisa menyanyikan beberapa genre musik. Dangdut, Pop, Rock bahkan nyanyian dari India- tanah Hindustan sangat fasih dia nyanyikan. Sosoknya kalem. Bau-bau menjadi tempat asalnya. Â Fildan tidak sekedar bisa menyanyi, melainkan bermain aneka alat musik, baik itu Gitar , Seruling dan lainnya.
Sosok Fildan menjadi penyemangat bagi seorang Putri, anak semata wayang Pak  Slamet yang begitu setia menunggu Istrinya kembali dari bekerja di negeri sebrang. Setiap bercerita tentang Fildan dan kemampuannya menyanyi dan bermain musik, mata putri selalu penuh binar bangga sekaligus bahagia. Senyum tersungging dan wajahnya ceria. Hingga mendatangkan semangat belajar di tengah segala keterbatasan yang ada. Energi positif berhasil diserap seorang penggemar dari calon bintang yang tengah digadang-gadang di panggung yang sedang di gelar.
Hingga sampai suatu ketika, Bu Tiwi bernadzar mengajak Putri ke Ibu kota dan menyaksikan secara langsung pertunjukan musik ajak pencarian bakat yang selama ini dia tonton hanya dari layar kaca.Â
"Bu Tiwi, aku kok seperti mimpi.." begitu celoteh Putri berulang kali