Mohon tunggu...
Tamita Wibisono
Tamita Wibisono Mohon Tunggu... Freelancer - Creativepreuner

Penulis Kumpulan Cerita Separuh Purnama, Creativepreuner, Tim Humas dan Kemitraan Cendekiawan Nusantara

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Pak Ci dalam Damai di Pusara Terakhir

6 Desember 2019   08:45 Diperbarui: 7 Desember 2019   13:41 615
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sepekan sudah kabar berpulangnya Dr (Hc.) Ir. Ciputra  di usia 88 tahun meninggalkan jejak cerita di berbagai kalangan, khususnya mereka yang bergerak di bidang bisnis. Kamis, 5 Desember 2019 tak sedikit dari mereka yang tergerak hatinya untuk melihat lebih dekat prosesi pemakamannya.

Perjalanan dari Ciputra Artpreuner menuju kawasan Jonggol begitu penuh makna. Iring-iringan kendaraan yang telah disiapkan menempuh perjalanan kurang lebih 2 jam 30 menit. Begitu memasuki kawasan Cibubur, di samping kanan-kiri bahu jalan tampak terpasang baliho ucapan selamat jalan bagi sosok wirausahawan ini.

Hingga banner dengan desain sederhana berwarna hitam dengan tulisan selamat jalan berwarna emas disusul nama beserta gelar pak Ci berwarna putih terpasang semarak. Tepian banner tersebut dibingkai dalam garis berwarna kuning emas dan terbentang di tengah jalan menuju kawasan Cileungsi selangkah menuju Jonggol.

dok.pri
dok.pri
Tak berselang lama, gerbang yang tampak kokoh dengan desain arsitektur bertuliskan Citra Indah City menjadi penanda kami memasuki salah satu kawasan pengembangan properti yang dikelola Ciputra Grup. Bendera putih dengan logo dan tulisan Ciputra dipasang setengah tiang pada beberapa sisi, menjadi pertanda duka cita mendalam.

Begitu turun dari bus, panitia prosesi pemakaman mengarahkan kami menuju kompleks pemakaman keluarga Ciputra yang luasnya mencapai kurang lebih 2 Ha. Suasana teduh begitu terasa saat melihat rimbun pepohonan dan tatanan apik desain arsitektur bernilai seni tinggi.

Tenda berukuran besar dengan nuansa putih terpasang lengkap dengan kursi bagi mereka yang hadir memberi penghormatan terakhir. Sepanjang jalan menuju pusara yang disiapkan untuk memakamkan jenazah, di kanan dan kirinya terdapat rangkaian bunga.

Hampir seribu orang hadir di pemakaman sang maestro bisnis ini. Lebih dari 700 orang merupakan jajaran direksi dan karyawan Jaya Pembangunan, Metropolitan Group dan Ciputra Grup.

Selebihnya tentu saja mereka yang teramat mengasihi Pak Ci yakni keluarga yang terdiri dari seorang Istri, 4 anak, 4 menantu, 10 cucu, dan 7 cicit beserta keluarga besar lainnya. Turut hadir jajaran pemerintahan Desa Suka Maju, Jonggol.

dok.pri
dok.pri
dok.pri proses tabur bunga oleh Isti pak Ci didampingi anak-anak
dok.pri proses tabur bunga oleh Isti pak Ci didampingi anak-anak
dok.pri
dok.pri
Pukul 10.30 proses pemakaman dimulai. Rombongan keluarga yang menyertai jenazah Pak Ci tiba. Iring-iringan Istri Pak Ci (Ibu Dian Sumeler) didampingi anak-anak Pak Ci memasuki tenda utama yang di dalamnya terdapat pusara yang telah disiapkan. Warna hijau yang menghampar menambah damai suasana menjelang siang.

Petugas menempatkan peti jenazah pada tempat yang telah disediakan menyanding altar lengkap dengan foto yang dibalut rangkaian bunga. Awak media mulai memasang mata kamera begitu Master of Ceremony membacakan rangkaian acara pembuka di mana peti jenazah Pak Ci ditutup oleh kain penutup berwarna coklat muda yang  di atasnya terdapat logo Ciputra.

Nyayian Hymne Pembangunan Jaya disusul Hymne Metropolitan Grup dan Hymne Ciputra mengantarkan suasana khidmat atas penghomatan terhadap Pak Ci. Ya, pada 3 unit nama bisnis itulah Pak Ci sedemikian dinamis menjalani tiap capaian usaha sebagai pengusaha.

Latar belakangnya sebagai arsitek jebolan ITB mengukir sejarah tersendiri saat memulai debut karier awalnya di PT Pembangunan Jaya Jakarta (gabungan antara pemda DKI dengan investor swasta).

Pertemuanya dengan Gubernur DKI Jakarta yang waktu itu dijabat oleh Gubernur Ali Sadikin membawa jejak kepiawaian idenya melempar konsep meremajakan pembangunan Jakarta. Proyek kawasan Pasar Senen menjadi titik tolak Pak Ci. Hingga kemudian mendapat kesempatan untuk bertemu Ir. Soekarno, presiden RI saat itu.

dok.pri Susi Susanti hadiri pemakaman pak Ci
dok.pri Susi Susanti hadiri pemakaman pak Ci
dok.pri The next legenda Pebulu tangkis Indonesia
dok.pri The next legenda Pebulu tangkis Indonesia
Pak Ci, bagian dari pelaku sejarah pembangunan Jakarta tempo dulu hingga kini. Itu pula yang kemudian membawa Pak Ci menjadi pribadi yang penuh kasih terhadap sesama.

Tak hanya core bisnis yang dikembangkan, tapi juga sisi pengembangan sumber daya manusia dan talenta olahraga. Di antara sekian banyak anak perusahaan dan pengembangan usaha yang menginduk di 3 nama tersebut di atas, terdapat pula sisi tanggung jawab sosial berupa yayasan pendidikan. Sebut saja sekolah pembangunan Jaya hingga Universitas Ciputra. 

Upaya men-support olahraga pun kongkrit dilakukan dengan melalui support terhadap dunia bulu tangkis Indonesia. Di antara ratusan tamu yang hadir, terlihat atlet bulu tangkis legendaris yakni Susi Susanti. Klub Bulu tangkis Jaya Raya sendiri saat ini diketuai oleh Susi Susanti.

Namun di balik itu, ada cerita bahwa debut bulu tangkis Susi tak bisa lepas dari support Pak Ci hingga mencapai prestasi gemilang di SEA Games tahun 1987. Dedikasi seorang Ciputra memperoleh lebih dari 80 penghargaan nasional hingga internasional.

dok.pri pusara Orang tua Pak Ci
dok.pri pusara Orang tua Pak Ci
Pusara pak Ci dihias sempurna dangan taburan bunga nuansa putih dan mawar merah yang menghias di atasnya. Tak jauh dari pusara tersebut terdapat pula prasasti yang mengukir nama dan kisah dari kedua orang tua Pak Ci, Pusara Sang Ayah yakni Tjie Siem Po bersanding dengan pusara Sang Ibu Lie Eng Nio.

Menurut informasi, di areal makam keluarga ini terdapat 8 makam termasuk makam Pak Ci.

dok.pri
dok.pri
Selamat jalan Pak Ci...

Sungguh inspiratif jejak bisnismu selama ini. Lamat-lamat saya mengingat lirik Hymne Pembangunan Jaya yang tadi menjadi pembuka pengantar Peti Jenazah Pak Ci diletakkan di atas pusara.

Sepenggal kalimat itu berhasil saya ingat meski saat saya menuliskan ini, saya cukup sibuk menyimak tayangan ulang video dan membandingkannya dengan video hasil googling untuk  memastikannya agar tak salah menulis ulang lirik yang saya dengar.

"Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa"

"Manusia Jaya Membangun Negara"

Pak Ci telah khatam menjadi manusia jaya hingga melakhirkan 2 grup bisnis lainnya. Inilah sebentuk penghormatan dari mereka yang  hadir penuh kasih mengantar Pak Ci di pusara terakhirnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun