Latar belakangnya sebagai arsitek jebolan ITB mengukir sejarah tersendiri saat memulai debut karier awalnya di PT Pembangunan Jaya Jakarta (gabungan antara pemda DKI dengan investor swasta).
Pertemuanya dengan Gubernur DKI Jakarta yang waktu itu dijabat oleh Gubernur Ali Sadikin membawa jejak kepiawaian idenya melempar konsep meremajakan pembangunan Jakarta. Proyek kawasan Pasar Senen menjadi titik tolak Pak Ci. Hingga kemudian mendapat kesempatan untuk bertemu Ir. Soekarno, presiden RI saat itu.
Tak hanya core bisnis yang dikembangkan, tapi juga sisi pengembangan sumber daya manusia dan talenta olahraga. Di antara sekian banyak anak perusahaan dan pengembangan usaha yang menginduk di 3 nama tersebut di atas, terdapat pula sisi tanggung jawab sosial berupa yayasan pendidikan. Sebut saja sekolah pembangunan Jaya hingga Universitas Ciputra.Â
Upaya men-support olahraga pun kongkrit dilakukan dengan melalui support terhadap dunia bulu tangkis Indonesia. Di antara ratusan tamu yang hadir, terlihat atlet bulu tangkis legendaris yakni Susi Susanti. Klub Bulu tangkis Jaya Raya sendiri saat ini diketuai oleh Susi Susanti.
Namun di balik itu, ada cerita bahwa debut bulu tangkis Susi tak bisa lepas dari support Pak Ci hingga mencapai prestasi gemilang di SEA Games tahun 1987. Dedikasi seorang Ciputra memperoleh lebih dari 80 penghargaan nasional hingga internasional.
Menurut informasi, di areal makam keluarga ini terdapat 8 makam termasuk makam Pak Ci.
Sungguh inspiratif jejak bisnismu selama ini. Lamat-lamat saya mengingat lirik Hymne Pembangunan Jaya yang tadi menjadi pembuka pengantar Peti Jenazah Pak Ci diletakkan di atas pusara.
Sepenggal kalimat itu berhasil saya ingat meski saat saya menuliskan ini, saya cukup sibuk menyimak tayangan ulang video dan membandingkannya dengan video hasil googling untuk  memastikannya agar tak salah menulis ulang lirik yang saya dengar.