Mohon tunggu...
Tamita Wibisono
Tamita Wibisono Mohon Tunggu... Freelancer - Creativepreuner

Penulis Kumpulan Cerita Separuh Purnama, Creativepreuner, Tim Humas dan Kemitraan Cendekiawan Nusantara

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Ancaman Resesi Global dan Kesiapan Politik Anggaran Indonesia

17 November 2019   08:41 Diperbarui: 17 November 2019   08:43 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tahukah kita bahwa di beberapa negara di belahan dunia sana, saat ini tengah terancam terjadinya resesi Global? Membaca tema Forum Merdeka Barat 9 Jumat 15 November 2019 lalu cukup mengusik naluri  saya sebagai perempuan alias emak-emak. Maklum, pada umumnya kaum hawa memiliki sensitifitas lebih terhadap hal-hal yang berbau ekonomi. Duh, jangan sampai dampak ancaman resesi tersebut mengganggu stabilitas keuangan nasional negara kita yang tentu saja akan dirasakan secara langsung pada ekonomi rumah tangga masyarakatnya. 

Hadir sebagai narasumber Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kemenko Perekonomian, Bapak Iskandar Simorangkir ; Kepala Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro (PKEM) Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu - Bapak  Hidayat Amir dan pengamat ekonomi  Josua Pardede. apa yang disampaikan oleh masing-masing narasumber tidak saja membuka pengetahuan dan informasi, melainkan beberapa data posisi keuangan negara yang membuat saya tidak lagi was-was mendengar kata resesi Global.

Resesi ekonomi sendiri merupakan kondisi dimana pertumbuhan ekonomi sebuah negara dalam kurun waktu 2 tri wulan berturut-turut mengalami pertumbuhan negatif. Beberapa diantaranya Turkey dan Argentina hingga Jerman. Bahkan negara adikuasa sekelas Amerika saja tak bisa mengelak dari pertumbuhan ekonomi yang melambat. Salah satu penyebab awal terjadinya ancaman resesi global ini adalah perang dagang atau  persaingan dagang yang sedemikian sengit antara dua kutub kekuatan ekonomi yang selama ini menjadi poros perdagangan dunia, sebut saja China- USA.  

Iskandar Simorangkir  menyebut 72 negara dari 110 negara dengan data lengkap hasil riset dari kemenko perekonomian mengalami pertumbuhan ekonomi negatif dilihat dari aktifitas eksport dunia. Lantas bagimana dengan Indonesia? Ternyata  dengan postur APBN saat ini bisa dibilang Indonesia mampu menangkal dampak perdagangan eksport-import  tersebut. Dengan kata lain Inflasi yang terjadi dapat dikendalikan sedemikian rupa. Faktor harga-harga barang yang sempat naik tidak cukup mempengaruhi tingkat konsumsi masyarakatnya.Faktor konsumsi domestik inilah yang menjadi salah satu kunci menangkis hadirnya resesi.

dok. FMB 9
dok. FMB 9
Pemerintah terus bersaha melakukan langkah-langkah tepat dalam situasi pelemahan ekonomi global. Dari sisi moneter, Bank Indonesia sebagai pemangku kebijakan sudah 4 kali menurunkan suku bunga, termasuk bunga KUR, Postur APBN pun telah disiapkan melalui penjabaran berdasarkan  target waktu jangka pendek, menengah dan jangka panjang di bidang yang telah di prioritaskan. Antara lain pembangunan SDM, pembangunan Insfrastruktur, penyederhanaan regulasi dan birokrasi serta transformasi ekonomi.

Stimulus ekonomi domestik dengan pemberdayaaan ekonomi masyarakat juga menjadi salah satu hal yang mempertahankan daya beli masyarakat.Penyederhanaan regulasi dibidang perekonomian yang menjadi bagian dari agenda OMNI  BUS LAW pemerintahan lima tahun kedepan akan membuka iklim investasi baik dari dalam maupun luar negeri.

Dari sisi Kebijakan Fiskal, narasumber Hidayat Amir menyebut bahwa kita tidak perlu ragu jika Indonesia masih mampu memiliki pertumbuhan ekonomi sekitar 5 % ditengah perlambatan ekonomi dunia. Inilah yang kemudian menjadikan APBN kita kredibel dan sangat siap dalam menghadapi dampak resesi. Disebutkan pula bahwa aktifitas ekport -Import dipengaruhi oleh aktifitas politik. Tahun 2019 Indonesia berhasil melalui rentang waktu aktifitas politik dengan dampak ekonomi yang justru cenderung positif.

Bisnis yang sedikit lesu, penerimaan pajak yang menurun memang riil terjadi. Namun itu hanya menimpa beberapa sektor bisnis di beberapa wilayah saja, Antara lain Aktifitas bisnis tambang di Papua. Sehingga post belanja yang bisa mensupport produktifitas ekonomi tidak terganggu dan cenderung stabil. Lagi-lagi hal tesebut dapat dilihat dari daya beli masyarakat/daya konsumsi yang relatif tetap. kedepan dengan adanya penyederhanaan birokrasi dan regulasi , iklim investasi Indonesia semakin menjadikan perekonomian Indonesia kian bersaing di tingkat global.

Hodayat Amir juga menyebut bahwa fokus orientasi pembangunan Sumber daya manusia memang menambah beberapa post belanja pada bidang penelitian/riset, dana kebudayaan hingga dana abadi pendidikan tinggi. Strategi APBN lebih pada mengkonservasi, memperbaiki dampak ekonominya, bukan dengan cara mengguyur uang untuk program-program tak terukur. melainkan lebih pada memperbaiki program dari sisi manageman perencanaan, pelaksanaan hingga evaluasi.

Tak kalah menarik, pengalamat ekonomi Joshua Pardede menyebut ke depan perlambatan ekonomi global akan tereliminir dengan deal dua negara pelaku trade war antara China- USA. Hal ini tentu saja menjadi angin segar bagi perekonomian negara-negara di dunia yang terkena resesi. Sentimen politik menjelang Pemilu USA tidak cukup siginifikan di Indonesia sebab langkah ekonomi Indonesia khususnya ekport Import tidak bergantung sepenuhnya pada jalur perdagangan Amerika, melainkan juga telah membuka jalur eksport-import ke China.

Faktor kebijakan dalam negeri yang perlu digarisbawahi yang kemungkinan berpengaruh pada tingkan konsumsi rumah tangga justru berasal dari kebijakan kenaikan tarif BPJS.  Daya beli masyarakat harus dijaga dengan kebijakan sosial pemerintah. Pemerintah harus mampu mendisiplinkan keuangan lembaga negara yang selama ini mensuport kesejahteraan masyarakat. Sehingga resesi global sebagai faktor esternal perekonomian Indonesia tidak cukup siginifikan mengganggu kondisi perekonomian dalam negeri.

Syukurlah, Pemerintah telah membuat tameng resesi global dengan strategi APBN dimana Harmonisasi dan Sinergisitas lintas stakeholder terkontrol tidak hanya diranah perekonomian semata. Yakin stabilitas perekonomian Indonesia tetap terjaga

dok. FMB 9
dok. FMB 9
dok. FMB 9
dok. FMB 9

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun