"dirumah sakit" Â jawabnya
aku bingung, lidahku kelu harus berkata apa lagi saat mendengar kabar duka yang begitu mendadak ini
"rumah sakit mana mbak?"
"Mbak ke rumah saja ya" begitu pintanya sembari tetap dalam isak kepedihan.
Dada ini bergemuruh, betapa aku pun ingin meluapkan tangisan sejadi-jadinya
Aku mencoba menghubungi Bang Isson Khairul, Â kompasianer yang selama ini menjadi partner kemana pun Kang Thamrin pergi. Nihil, panggilan WA tak terjawab. Begitupun saat aku mencoba menghubungi Mas Yon Bayu. Mereka bak Tiga sekawan dalam gurat kepenulisan dengan gaya dan talenta masing-masing. Zonk, tetap tak terangkat.
Akhirnya aku memutuskan menulis kabar duka itu di beranda Facebook dengan mentag beberapa nama diantaranya Pak Tjiptadinata Effendi, dan Koh NUrul Uyuy sembari bergegas. Belum lama berselang, bermunculanlah pesan melalui WA untuk memastikan kabar yang aku unggah di laman Facebook. Sempat pula menuliskan pesan WA ke bang isson , mas Yon dan Grup Admin Kompasiana serta grup K250+.
Begitu aku melihat centang biru di WA bang Isson, lekas aku telpon dia. Dan tangisku pecah sembari memintanya untuk bersama-sama kerumah duka. Tak berapa lama, muncul pesan dari Syifa Annisa, Mas Yon, Mas Rahab Ganendra, Pak Sutiono Gunadi, Mas Zulfikar Alala dan banyak lagi.Tak anyal kami bersama menuju ke kediaman duka di kawasan Jati Asih, Komplek Angkasa Puri.
Setibanya di rumah duka, Mas Rahab dan Rifki Kompasianers Tangerang Selatan telah tiba terlebih dahulu. Ambulans yang baru saja membawa almarhum masih parkir didepan rumah. Tenda terpasang dengan beberapa kursi untuk mereka yang hadir memberi doa dan penghormatan terakhir. Aku lekas meringsek masuk ke dalam rumah menggandeng Syifa.Â
Ruang tamu sederhana itu menjadi tempat dimana Kang Thamrin kini tak lagi menyapa dengan seringai senyumnya yang berkumis. Aku hanya ingin memeluk Mbak Nani. Itu saja. Dan persis di samping Jenasah, aku melihat mbak Nani dalam simpuh tangisan penuh kehilangan. Aku menghambur mendekapnya sembari mengguguk dan kembali tangisku pecah.
"Maafkan kesalahan Pak Thamrin ya mbak" pinta mbak Nani tulus penuh linangan air mata