Mohon tunggu...
Tamita Wibisono
Tamita Wibisono Mohon Tunggu... Freelancer - Creativepreuner

Penulis Kumpulan Cerita Separuh Purnama, Creativepreuner, Tim Humas dan Kemitraan Cendekiawan Nusantara

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kang Thamrin Sonata Telah Berpulang dengan Tenang

4 September 2019   00:01 Diperbarui: 4 September 2019   08:37 695
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"dirumah sakit"  jawabnya

aku bingung, lidahku kelu harus berkata apa lagi saat mendengar kabar duka yang begitu mendadak ini

"rumah sakit mana mbak?"

"Mbak ke rumah saja ya" begitu pintanya sembari tetap dalam isak kepedihan.

Dada ini bergemuruh, betapa aku pun ingin meluapkan tangisan sejadi-jadinya

Aku mencoba menghubungi Bang Isson Khairul,  kompasianer yang selama ini menjadi partner kemana pun Kang Thamrin pergi. Nihil, panggilan WA tak terjawab. Begitupun saat aku mencoba menghubungi Mas Yon Bayu. Mereka bak Tiga sekawan dalam gurat kepenulisan dengan gaya dan talenta masing-masing. Zonk, tetap tak terangkat.

Akhirnya aku memutuskan menulis kabar duka itu di beranda Facebook dengan mentag beberapa nama diantaranya Pak Tjiptadinata Effendi, dan Koh NUrul Uyuy sembari bergegas. Belum lama berselang, bermunculanlah pesan melalui WA untuk memastikan kabar yang aku unggah di laman Facebook. Sempat pula menuliskan pesan WA ke bang isson , mas Yon dan Grup Admin Kompasiana serta grup K250+.

Begitu aku melihat centang biru di WA bang Isson, lekas aku telpon dia. Dan tangisku pecah sembari memintanya untuk bersama-sama kerumah duka. Tak berapa lama, muncul pesan dari Syifa Annisa, Mas Yon, Mas Rahab Ganendra, Pak Sutiono Gunadi, Mas Zulfikar Alala dan banyak lagi.Tak anyal kami bersama menuju ke kediaman duka di kawasan Jati Asih, Komplek Angkasa Puri.

Setibanya di rumah duka, Mas Rahab dan Rifki Kompasianers Tangerang  Selatan telah tiba terlebih dahulu. Ambulans yang baru saja membawa almarhum masih parkir didepan rumah. Tenda terpasang dengan beberapa kursi untuk mereka yang hadir memberi doa dan penghormatan terakhir. Aku lekas meringsek masuk ke dalam rumah menggandeng Syifa. 

Ruang tamu sederhana itu menjadi tempat dimana Kang Thamrin kini tak lagi menyapa dengan seringai senyumnya yang berkumis. Aku hanya ingin memeluk Mbak Nani. Itu saja. Dan persis di samping Jenasah, aku melihat mbak Nani dalam simpuh tangisan penuh kehilangan. Aku menghambur mendekapnya sembari mengguguk dan kembali tangisku pecah.

"Maafkan kesalahan Pak Thamrin ya mbak" pinta mbak Nani tulus penuh linangan air mata

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun