Mohon tunggu...
Tamita Wibisono
Tamita Wibisono Mohon Tunggu... Freelancer - Creativepreuner

Penulis Kumpulan Cerita Separuh Purnama, Creativepreuner, Tim Humas dan Kemitraan Cendekiawan Nusantara

Selanjutnya

Tutup

Segar Pilihan

Ketika Plastik Kalahkan Takir, Tum, Tempelang, dan Pincuk Saat Ramadan, Perlukah Sebuah Peraturan?

10 Mei 2019   23:04 Diperbarui: 10 Mei 2019   23:24 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber Kupang TribunNews.com

Anak-anak  yang tinggi badannya belum mencapai 1 meter, terkadang harus berjinjit atau minta digendong agar bisa melihat isi panci-panci besar tersebut. Tak jarang pembeli membawa wadah dari rumah berupa rantang alumunium, ataupun rantang plastik atau mangkok/piring. 

Bagi pembeli yang tidak membawa wadah dari rumah, penjual dengan setia menggunakan daun pisang yang sudah dipotong lebar sebagai pembungkus.  Sebagain daun pisang sudah dibentuk menjadi Takir.

Tempat berbentuk segi empat dari daun pisang dengan sematan lidi di kanan kiri bisa digunakan untuk membungkus makana berkuah seperti kolak. Ada pula yang dibentuk tempelang, semacam kerucut anti bocor yang mebih budah dibuat. Sementara Tum dan pincuk daun pisang, digunakan untuk membungkus makanan tanpa kuah.

sumber deskgram Spektakel.id
sumber deskgram Spektakel.id
Ah, zaman sekarang kemana gerangan takir, tempelang, tum dan pincuk daun pisang? Oleh karena lahan yang berkurang  maka daun pisang menjadi jarang? Atau geliat zaman yang menjadikan plastik sebagai pemenang yang menawan bagi penikmat aneka panganan ramadan?. Jadi bagaimana kita harus mensikapi?. Bijak menempatkan diri dalam membeli, kurangi sampah plastik sekali pakai dengan membawa wadah sendiri, atau membuatnya sendiri dirumah. 

Perlukah ada aturan yang mengatur penjual agar membatasi kemasan plastik? atau memberikan edukasi eco lifestyle dengan kembali mengenalakan daun sebagai pembungkus tradisional? Ah keduanya butuh proses dan waktu yang tidak sebentar. Sementara bagi pembeli yang sudah seharian menahan lapar, tak sedikit yang mau peduli akan dampak sampah plastik dikemudian hari

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Segar Selengkapnya
Lihat Segar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun