Mohon tunggu...
Tamita Wibisono
Tamita Wibisono Mohon Tunggu... Freelancer - Creativepreuner

Penulis Kumpulan Cerita Separuh Purnama, Creativepreuner, Tim Humas dan Kemitraan Cendekiawan Nusantara

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Victory" di Antara Kinerja Pahlawan Demokrasi

22 April 2019   11:13 Diperbarui: 23 April 2019   10:38 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tentu semua tidak ingin merasa mendahului. Wajah-wajah lelah para anggota PPS masih terlihat. Penghitungan suara pada kotak Pilpres tidak lantas mengakhiri kerja-kerja mereka. 

Empat kotak suara untuk DPRD I, DPRD II, DPR RI dan DPD telah menanti untuk dihitung lagi. JIka kotak pilpres yang hanya terdiri dari 2 pasang calon membutuhkan waktu 1 jam, maka mari kita bayangkan berapa waktu yang dibutukan untuk menghitung 4 kotak suara dengan ukuran hampir 4 kali lipat surat suara pilpres.

Sadar akan hal itu, menjelang maghrib saat keempat TPS telah menyelesaikan penghitungan suara untuk Pilpres, saya pun berlalu. Lantas, saya mengikuti kinerja para petugas PPS melalui media daring. Beberapa teman yang terlibat langsung pun bercerita bahwa mereka berkerja hingga larut malam. 

Pukul 01.00 saat saya kembali ke hunian sementara kami, TPS yang terletak tak jauh dari rumah, masih menampakkan tanda-tanda aktifitas yang cukup berarti. lebih dari 24 jam mereka bekerja, hingga kelelahan mendera. 

Dan beberapa diantara mereka yang mengawal proses demokrasi di level grass root rela menghembuskan nafas terakhirnya demi berlangsungnya cita-cita demokrasi.

Ketika mereka yang hanya menjadi tim sukses kandidat kemudian memilih merayakan "kemenangan", satu pertanyaan mendasar....etiskah? Sebab pahlawan demokrasi itu masih terus bekerja hingga kini dalam lelah dan tekanan atas hasrat "kemenangan" yang didengungkan. Bukankan "Victory" itu dirayakan bukan hanya bersama sekelompok golongan yang mendukungnya saja?

Akankah ada pembiaran bagi para pahlawan demokrasi yang masih bekerja. HIngga demi "victory" itu, terbuang rasa malu akibat memaksakan kemenangan "semu"

sumber :

1, 2 dll

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun