Mohon tunggu...
Tamita Wibisono
Tamita Wibisono Mohon Tunggu... Freelancer - Creativepreuner

Penulis Kumpulan Cerita Separuh Purnama, Creativepreuner, Tim Humas dan Kemitraan Cendekiawan Nusantara

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Mencicipi Kentang Ngadas dengan Rasa dan Suasana yang Berkelas

11 April 2019   06:27 Diperbarui: 11 April 2019   21:25 503
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapa yang tidak kenal dengan kentang? Jenis umbi yang kerap disebut juga dalam kelompok sayuran. Lebih tepatnya jenis umbi yang kerap dimasak bersama sayur lainnya. Sebut saja sayur sop.

Sop tanpa potongan kentang bagi saya serasa ada yang kurang. Kentang dapat juga dibuat aneka lauk pendamping meski butuh tambahan protein. Sejatinya kentang masuk dalam bahan makanan yang mengandung karbohidrat. 

Yakin saya, hampir semua dari kita pernah bahkan kerap mengkonsumsi kentang dalam bentuk aneka olahan. Di zaman kekinian, kentang menjadi bahan olahan yang kerap ditawarkan oleh resto modern sebagai menu camilan. 

Fried fries, potongan kentang berbentuk stik memanjang, rasanya pasti sudah tidak asing. Ya, jajanan yang terbuat dari kentang bisa dinikmati oleh segala usia. Bahkan segala strata.

Sebuah pengalaman berharga bagi saya singgah di lereng Gunung Bromo. Bersama rekan kompasianer juga tentunya. Saya diajak mengunjungi Ngadas yang menjadi salah satu desa adat suku Tengger di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. 

Desa Ngadas masuk dalam wilayah Kabupaten Malang lebih spesifiknya di Kecamatan Ponco Kusumo.  Desa yang kerap diselimuti kabut ini berada di ketinggian lebih dari 2000 mdpl (di atas permukaan air laut). 

Suhu udara di sana relatif dingin, namun jangan khawatir, sebab tidak akan membuat kita menggigil. Hal itu diakibatkan oleh hangatnya sambutan warga Tengger kepada setiap pendatang yang singgah di desa mereka.

Seperti halnya saat siang itu kami tiba. Sebagian warga Ngadas yang tengah melakukan ibadah di Vihara Paramitha bersuka cita menyambut kami dengan hidangan khas mereka. Kentang kukus salah satunya.

Kentang Ngadas dihidangkan utuh dengan kulitnya. Terlihat bersih meski tidak dikupas. Kami menikmati sajian Kentang Ngadas sembari bercengkerama dengan warga dan pemuka agama selepas mereka selesai Ibadah.

Saya pun tak ragu untuk menyantap Kentang Ngadas beserta kulitnya, tanpa dikupas. Gigitan pertama begitu menggoda, karena kulit kentang tak begitu menyatu dengan dagingnya saat saya kunyah. 

Entah saya harus menyebut Kentang Ngadas dengan sebutan kentang apa. Rasa kentang ini begitu menggoda hingga gigitan berikutnya. Bahkan tanpa malu, saya mengambil kentang berikutnya setelah satu kentang habis saya lahap.

Dok.pri Kentang Ngadas, rasanya selalu membekas
Dok.pri Kentang Ngadas, rasanya selalu membekas

Bukan karena lapar saya begitu kegirangan menyantap Kentang Ngadas. Namun rasa kentangnya memang istimewa. Ditambah pemandangan alam dan keramahtamahan warga  begitu  memukau. Hal inilah yang membuat saya menikmati cita rasa Kentang Ngadas dengan suasana berkelas. 

Jika boleh saya menamakan kentang Ngadas dengen sebutan kentang mentega, begitulah cara saya ingin menggambarkan betapa enak Kentang Ngadas untuk disantap. Bahkan ketika hanya dikukus, dan dinikmati sekaligus dengan kulitnya yang mulus. Dagingnya lembut, dengan aroma yang khas. Pure, alias murni.

Sejauh mata memandang hamparan sawah di lereng Gunung Bromo yang berada di kawasan Desa Ngadas, sejauh itu pula tanaman kentang tumbuh dengan suburnya. Kondisi tanah, suhu udara di kawasan Ngadas sangat cocok bagi tumbuh kembang sayuran dan kentang khususnya. Hampir sebagian besar warga suku Tengger di Kawasan Ngadas, memiliki tanaman kentang sebagai hasil bumi yang menjadi berkah selama ini.

dok.Pri
dok.Pri

Menurut Mbah Ukik, kompasianer yang selama ini akrab dengan kawasan Tenger, saat harga murah, Kentang Ngadas dijual dari tangan petani dengan harga Rp 3000/kilo. Jika kentang dijual dalam partai besar berjumlah sekian ton, maka harga per kilonya bisa kurang dari Rp 3000. Namun saat harga kentang sedang meroket naik, Kentang Ngadas pun dengan sendirinya ikut terangkat menyesuaikan dengan harga pasar. 

Hasil panen kentang warga Desa Ngadas selain untuk mencukupi kebutuhan warga Tengger, juga menjadi sektor andalan pemenuhan kebutuhan kentang bagi masyarakat Malang, Lumajang, Probolinggo. Bahkan Kentang Ngadas pun dikirim hingga ke daerah lain se-Jawa Timur.

Begitulah. Tak cukup satu, dua, tiga buah Kentang Ngadas saya santap. Rasa Kentang Ngadas sedemikian membekas. Terlebih ketika warga Tengger memperlihatkan kami membawa serta kentang kukus sebagai bekal perjalanan di kawasan Kaldera hingga pasir berbisik Bromo pada hari berikutnya. Kentang Ngadas kukus yang kami bawa relatif awet. Dihangatkan kembali dan kami pun bisa tetap menikmati. 

Menikmati Kentang Ngadas memberi kami stamina yang berbeda. Pasokan kalori kentang jauh lebih rendah dari kalori karbohidrat yang bersumber dari nasi. Cocok bagi yang ingin melakukan diet bahkan sangat disarankan mengkonsumsi kentang sebagai pengganti nasi bagai para penderita diabetes.

Melihat begitu besar potensi Kentang Ngadas, banyak ide dan gagasan yang sempat kami bicarakan. Kenapa tidak kentang Ngadas menjadi bahan yang diolah menjadi makanan kreatif seperti keripik, stik, bahkan bakso kentang?

Tentu akan menjadi sebentuk ekonomi kreatif bagi warga Desa Ngadas. Sekaligus memanjakan penikmat Kentang Ngadas untuk bisa membawanya sebagai buah tangan yang berkelas. So, bagi yang berencana travelling ke Bromo, sempatkan singgah di Desa Adat Ngadas. Ciciplah Kentang Ngadas yang bagi saya rasanya senantiasa membekas.

###

Note : Abaikan Kentang sebagai Umbi-Umbian Unsich
Yakinkan Kentang sebagai sayur jenis Umbi yang menyehatkan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun