Entah saya harus menyebut Kentang Ngadas dengan sebutan kentang apa. Rasa kentang ini begitu menggoda hingga gigitan berikutnya. Bahkan tanpa malu, saya mengambil kentang berikutnya setelah satu kentang habis saya lahap.
Bukan karena lapar saya begitu kegirangan menyantap Kentang Ngadas. Namun rasa kentangnya memang istimewa. Ditambah pemandangan alam dan keramahtamahan warga  begitu  memukau. Hal inilah yang membuat saya menikmati cita rasa Kentang Ngadas dengan suasana berkelas.Â
Jika boleh saya menamakan kentang Ngadas dengen sebutan kentang mentega, begitulah cara saya ingin menggambarkan betapa enak Kentang Ngadas untuk disantap. Bahkan ketika hanya dikukus, dan dinikmati sekaligus dengan kulitnya yang mulus. Dagingnya lembut, dengan aroma yang khas. Pure, alias murni.
Sejauh mata memandang hamparan sawah di lereng Gunung Bromo yang berada di kawasan Desa Ngadas, sejauh itu pula tanaman kentang tumbuh dengan suburnya. Kondisi tanah, suhu udara di kawasan Ngadas sangat cocok bagi tumbuh kembang sayuran dan kentang khususnya. Hampir sebagian besar warga suku Tengger di Kawasan Ngadas, memiliki tanaman kentang sebagai hasil bumi yang menjadi berkah selama ini.
Menurut Mbah Ukik, kompasianer yang selama ini akrab dengan kawasan Tenger, saat harga murah, Kentang Ngadas dijual dari tangan petani dengan harga Rp 3000/kilo. Jika kentang dijual dalam partai besar berjumlah sekian ton, maka harga per kilonya bisa kurang dari Rp 3000. Namun saat harga kentang sedang meroket naik, Kentang Ngadas pun dengan sendirinya ikut terangkat menyesuaikan dengan harga pasar.Â
Hasil panen kentang warga Desa Ngadas selain untuk mencukupi kebutuhan warga Tengger, juga menjadi sektor andalan pemenuhan kebutuhan kentang bagi masyarakat Malang, Lumajang, Probolinggo. Bahkan Kentang Ngadas pun dikirim hingga ke daerah lain se-Jawa Timur.
Begitulah. Tak cukup satu, dua, tiga buah Kentang Ngadas saya santap. Rasa Kentang Ngadas sedemikian membekas. Terlebih ketika warga Tengger memperlihatkan kami membawa serta kentang kukus sebagai bekal perjalanan di kawasan Kaldera hingga pasir berbisik Bromo pada hari berikutnya. Kentang Ngadas kukus yang kami bawa relatif awet. Dihangatkan kembali dan kami pun bisa tetap menikmati.Â
Menikmati Kentang Ngadas memberi kami stamina yang berbeda. Pasokan kalori kentang jauh lebih rendah dari kalori karbohidrat yang bersumber dari nasi. Cocok bagi yang ingin melakukan diet bahkan sangat disarankan mengkonsumsi kentang sebagai pengganti nasi bagai para penderita diabetes.
Melihat begitu besar potensi Kentang Ngadas, banyak ide dan gagasan yang sempat kami bicarakan. Kenapa tidak kentang Ngadas menjadi bahan yang diolah menjadi makanan kreatif seperti keripik, stik, bahkan bakso kentang?