Debat calon Presiden putaran kedua Minggu malam tak ubahnya forum diakuinya sederet prestasi kinerja Pemerintahan Jokowi secara de facto maupun de jure. Bahkan oleh lawannya, Prabowo Subianto yang tidak sungkan untuk memuji kinerja Jokowi yang tidak sekedar janji. Lebih dari 3 kali, Prabowo dengan tegas dan mengulang pujiannya untuk bidang Insfrastruktur, lingkungan hidup dan yang tidak kalah penting adalah bidang energi.
Meskipun ajang debat sejatinya bukan berujung pada sebuah tolak ukur menang kalah dalam paparan argumen, sanggahan ataupun menjawab pertanyaan lawan. Namun dengan memuji lawannya  dan mengakui sederet prestasi kerja Jokowi, mau tidak mau itulah realitas bahwa cawapres 02 harus rela menyandang "kekalahan" prestasi kerja selama ini.
"Di bidang energi ke depan kita ingin sebanyak-banyaknya mengurangi energi fosil," kata Jokowi  seperti yang banyak dilansir oleh media massa salah satunya dalam finance.detik.com. Kalimat itu bukan lagi janji-janji. Selama 4 tahun 6 bulan masa pemerintahannya Jokowi dan tim kabinet di bidang sumber daya energi terus mengupayakan energi baru terbarukan dari berbagai sumber daya.
Dibidang migas, bukan lagi batubara atau cadangan minyak bumi yang terkandung di kedalaman tanah Indonesia yang akan terus digali untuk diolah menjadi Bahan Bakar minyak. Keberadaan biodiesel dan biofuel baik itu yang bersifat B20 hingga B100 akan terus diupayakan sebagai kearifan kebijakan bidang energi. Apa yang disampaikan Jokowi dalam debat calon presiden bukanlah angan-angan apalagi isapan jempol belaka.Â
Sebagai Presiden, Jokowi tengah gencar mengupayakan beralihnya bahan bakar minyak ke biodiesel 20 % (B20). Terhitung sejak 1 September 2018, langkah penyelamatan masa depan energi Indonesia masif dilakukan. Langkah penyelamatan masa depan Indonesia tidak saja sebatas itu, melainkan juga dengan menekan import BBM.
Bahan bakar minyak bukan satu-satunya energi yang terselamatkan dengan langkah komprehensif pemerintahan Jokowi. Tercatat beberapa sumber daya mineral dan tambang yang menjadi kekayaan alam yang terkandung di dalamnya turut juga terselamatkan. Sebut saja Divestasi saham Freport oleh pemerintaha RI menjadi 51 %. Hingga cibiran miring terkait saham Freeport dari kalangan sebelah tak memuat Jokowi berhenti memperjuangkan terwujudnya kedaulatan energi.Â
Satu tahun lebih, tepatnya 1 januari 2018 Â Blok Mahakam 100% kembali ke pangkuan pertiwi. Penghasil Migas terbesar di Indonesia yang kurang lebih selama 30 tahun dikuasai pengelolaannya oleh dua negara. Total E&P dari perancis dan Inpek Corporation dari Jepang pun mengakhiri beroperasinya pengelolaan Blok Mahakam dan digantikan oleh Pertamina.
Penyelamatan aset energi bagi pembangunan kemandirian energi  berkelanjutan terus menorehkan prestasi. Orang boleh saja menyepelekan latar belakang Jokowi yang hanya seorang meubeler alias tukang kayu. Namun tangan besinya mampu mengembalikan aset vital bangsa dibidang energi.Â
Bertambah lagi daftar pengambil alihan ladang subur sumber energi Blok Rokan. Nama besar Chevron perusahaan asal Amerika Serikatpun mampu tunduk pada tim yang selama ini dipimpin Jokowi dalam memperjuangkan optmalisasi energi bagi Indonesia yang lebih baik lagi.
Jokowi tidaklah sendiri dalam mewujudkan kedaulatan energi. Prinsip super team begitu kentara selama Jokowi mempimpin. Jokowi bukalah super man. Seorang super hero dengan segala atribut politik yang membuatnya mampu mengeluarkan janji-janji politik.Â
Jokowi seorang pekerja yang sedikit beretorika namun memaksimalkan kinerja untuk kepentingan masyarakat luas. Alhasil harga BBM di akhir dan awal tahun mengalami penurunan harga berturut-turut. Kongkret, langkah nyata seorang Jokowi dengan kebijakan paripurna dari hulu ke hilir.
Dan ketika Prabowo tak segan-segan mengakui bahkan memuji kinerja Jokowi untuk mewujudkan kemandirian energi, Maka Indonesia pun  akan kian benderang kedepan. Kinerja bidang energi yang berkelanjutan jelas tetap membutuhkan kepemimpinan Jokowi 1 periode lagi. Maka nikmat kemimpinan yang mana lagi yang mampu kami dustakan?
Berharap pendukung Capres 02 senantiasa penuh kesabaran dalam mendukung Prabowo yang telah mengakui kinerja Jokowi selama ini. Tidak ada salahnya untuk bertabayyun, benar katakan benar, salah katakan salah. Bukankah apa yang sudah dikatakan Prabowo atas prestasi Jokowi sesungguhnya sebuah kebenaran yang senantiasa dilihat salah?
Bahan bacaan ;
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H