Waktu menunjukkan pukul 18.45 saat saya memasuki kawasan Pancoran barat Kamis malam 17 Januari 2019 yang telah lewat. Penjagaan aparat sedemikian ketat. Berjaga dari mulut jalan, akses masuk menuju Hotel Bidakara yang menjadi tempat dihelatnya debat pilpres 2019 putaran pertama.
Ringan saya langkahkan kaki menyeruak di antara kerumunan massa berseragam kaos suksesi capres-cawapres baik dari 01 maupun 02.
Barikade aparat keamanan lengkap menutup akses masuk utama Hotel Bidakara. Hanya mereka yang resmi memegang undangan dari KPU saja yang dipersilahkan masuk. Sementara kerumunan massa pendukung kian bertambah dengan aneka atribut dan yel-yel meneriakkan nama kandidat presiden yang mereka dukung.
Saya terus melipir ke kawasan parkir yang di antara dua sisinya terdapat tempat ngopi dengan brand internasional yang sudah tidak asing lagi.Â
Niat hati ingin masuk, sekedar mencecap kopi yang biasanya dijual pada kisaran harga Rp. 38.000 - 48.000 cup, apa daya ruang tempat ngopi yang tidak seberapa luas itu tampak dipenuhi mereka yang mengenakan atribut suksesi.
Pandangan mata terus saya layangkan pada tiap sudut ruang yang dipadati oleh massa pendukung. Sisi kanan di dominasi oleh pendukung capres 01, sementara sisi kiri dipadati oleh massa pendukung capres 02. Beberapa tampak membawa atribut relawan khususnya untuk capres 01.Â
Jika ditanya tentang jumlah, saya tidak bisa memastikan. Yang jelas ratusan orang memadati lokasi yang menjadi akses masuk beberapa tamu undangan dari kalangan pejabat dan tokoh masyarakat melalui akses pintu yang terhubung ke kawasan pertokoan di dalam kompleks hotel bidakara.
Atraksi dari masing-masing pendukung beraneka macam jenisnya. Dari mulai nyanyian koor yang membawakan lagu-lagu daerah, khususnya dari luar Jawa, hingga gema shalawat bahkan memekikkan nama kandidat.
"Jokowi! Amin!", "Prabowo, Menang!" itu di antaranya yang kerap diteriakkan pendukung. Mereka tidak peduli bahwa malam itu KPU selaku penyelenggara debat tidak memperbolehkan masuk massa pendukung.
Mereka cukup puas bisa mengekspresikan dukungan mereka dengan nyanyian, puji-pujian, hingga teriakan dukungan. Malam debat kandidat bagi mereka tak ubahnya malam happening art di sekitaran Bidakara.Â
Kira-kira 1 jam menjelang debat berlangsung, arena yang sedari tadi digunakan untuk konsentrasi massa kemudian menjadi tempat parkir kendaraan pengawal kandidat dari aparat keamaan. Massa yang sempat berhadap-hadapan dan hanya berjarak sejengkal antara pendukung capres 01 dengan capres 02 pun akhirnya berkurang kemasifannya.
Jika dilihat Massa pendukung Jokowi lebih beragam atributnya. Tidak hanya mereka yang berseragam relawan, namun ada juga sekelompok massa dengan kaos berwarna  hijau bertuliskan PETIGA, mereka merupakan generasi milenials yang wajahnya masih fresh dari partai yang dipimpin oleh Romahurmuziy.
Demikian halnya dengan Golkar yang mengerahkan massa berkaos kuning bertuliskan GOJO. Sementara pendukung Prabowo-Sandi sebagian menggunakan atribut berwarna putih dan sebagian lagi berwarna biru muda nyaris menyerupai warna biru langit.
Gegap gempita massa dari dua belah kubu sedemikian membuat kawasan Bidakara "membara" di luarnya. Sementara di dalam sana, dua pasang kandidat Presiden bersiap dengan segala konsep pemikiran yang akan dipaparkan.
Beberapa kali saya melihat ke arah jam tangan. Bidakara menjadi lokasi debat kandidat pilpres putaran pertama. Tentu tidak akan saya lewatkan begitu saja. Saya tidak ingin larut dalam luapan ekspresi dukugan massa begitu saja.
Benar saja, dua layar lebar tampak di dua sisi lapangan. Debat masih belum dimulai. Sebagian massa memilih tempat di pinggiran lapangan. melihat dari jauh layar lebar. Maklum saja tidak disediakan tempat duduk ataupun alas duduk lesehan.
Sementara kondisi sebagian lapangan becek dan tidak kondusif untuk nonton debat dengan nyaman. Alhasil sebagian yang memaknai debat itu penting untuk disimak memilih tetap berdiri di depan layar. meski jumlahnya tak seberapa. Aparat tampak mondar-mandir di antara kerumuman penonton.
Ada sekat yang dipasang di tengah lapangan. Sengaja dibuat demikian agar masing-masing pendukung mengambil posisi layar yang saling membelakangi. Namun siapa sangka, antisipasi yang demikian tidaklah efektif. Massa pendukung yang menonton debat di layar lebar Lapangan Bidakara tidak seberapa banyak dibanding massa yang berkerumun di sekitaran akses masuk Hotel Bidakara.
Semangat mereka tersulut dengan berbalas yel-yel hingga mengiringi kandidat capres-cawapres meninggalkan lokasi debat. Dan lagi-lagi hanya pendukung kandidat cawapres 01 yang lengkap meneriakkan kedua pasang nama baik capres-cawapres.
Jokowi...Amin!!! Jokowi...Amin!!!
Dengan nada yang sedemikian berirama layaknya doa yang dipanjatkan ribuan massa pendukungnya, Jokowi Amin menjadi baik-bait pengiring smenagat debat malam itu. Hingga Jokowi tampil prima meski harus lebih mengurangi serangan ke pihak lawan. Sementara Ma'ruf Amin berhasil tampil meyakinkan dengan kalimat-kalimat kaffah nan dalam maknanya saat menjawab pertanyaan.
Sementara di pihak Capres-Cawapres 02, massa pendukung hanya bisa memekik nama "Prabowo, Menang!!" tanpa menyebut nama Sandi yang turut serta sebagai satu kesatuan. Alhasil ketika Prabowo tampil  "Nyeleneh" dengan aksi joget kocaknya, Sandi Uno malah muncul sebagai juru pijat. Sunguh itu tak lazim dilakukan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H