Mohon tunggu...
Tamita Wibisono
Tamita Wibisono Mohon Tunggu... Freelancer - Creativepreuner

Penulis Kumpulan Cerita Separuh Purnama, Creativepreuner, Tim Humas dan Kemitraan Cendekiawan Nusantara

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Mendoan, Sroto, dan Getuk Goreng, Kuliner Andalan Purwokerto yang Wajib Dicoba

10 November 2018   23:37 Diperbarui: 12 November 2018   09:55 1005
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Akhir bulan lalu, saya menikmati liburan tipis-tipis di Purwokerto , Kota Ngapak. Sedari pagi mendung bergelanyut di langit kota yang memiliki nama Resmi kabupaten Banyumas. Ya Purwokerto sejatinya hanyalah nama secuil wilayah di Kabupaten Banyumas. Kota ini terkenal dengan tempat wisata Baturaden yang berada di kaki Gunung Slamet. 

Beruntung,  Hostel kapsul yang saya pesan melalui Pegipegi membuat istirahat malam selepas perjalanan terasa begitu nyaman. Meski sudah menikmati sarapan yang disediakan pihak hostel berupa nasi rames berbungkus daun pisang, niat untuk melanjutkan eskpedisi kuliner Kota ngapak tak surut sedikit pun.  Bahkan oleh kondisi cuaca yang kurang bersahabat. 

Mendoan salah satu kuliner yang wajib dinikmati. Makanan berbahan dasar tempe ini sepintas tampak biasa. Mendoan sendiri memiliki arti tempe setengah matang. Uniknya, bahan baku tempe mendoan dibuat dalam ukuran dan dikemas secara khusus. Tempe mendoan identik dengan ukurannya yang lebar dan tipis. Dengan  tepung bumbu  yang kenyal, sedikit tebal dan  cacahan daun bawang yang menyembul di beberapa sudut balutan tepung, mendoan digoreng setengah matang.

Mendoan dengan bumbu kecap.dok pri
Mendoan dengan bumbu kecap.dok pri
Bisa dipastikan mendoan hangat,  sangat nikmat untuk di santap. Ada seni tersediri dalam memegang mendoan. Oleh sebab wujudnya yang lembek, bahasa ngapak menyebutnya kepleh-kepleh, pegang mendoan dengan kedua tangan. Masing-masing sudut tempe mendoan yang berukuran lebar pun siap disantap dari bagian tengah , sembari sesekali disebul ( ditiup) untuk mengurasi panasnya. Ini jika ingin menikmati mendoan dengan rasa original. Sebab sejatinya mendoan dilengkapi dengan sejenis saus. Terbuat dari kecap dan irisan cabai.

Cara lain, sajikan mendoan dalam piring, tuang saus kecapnya. Santap mendoan dengan sendok dan garpu layaknya kita sedang menikmati hidangan ala-ala eropa sana. Atau bisa juga meletakkan mendoan dengan saus di wadah terpisah, potong mendoan dengan tangan alias dipotek. Cocolkan dengan saus kecapnya. 

Dijamin tak cukup 1, 2, 3 mendoan lebar itu dikunyah begitu saja. Ada joke yang mengidentikkan mendoan dengan penguasaan bahasa ngapak. Konon, jika sudah makan mendoan ,maka lidah akan lebih mudah mengucapkan dialek  ngapak ala Purokerto - Banyumas dan sekitarnya. Semakin sering makan medoan, secara otomatis lidah ngapak terupgrade dengan sendirinya. Itu sih katanya..

Herannya lagi, awalnya ada rasa sungkan untuk makan mendoan, tapi begitu lidah sudah merasakan, mendoan itu membuat kita menjadi "Klangengan", ingin makan lagi dan lagi. seperti keterusan.

dok.pri mendoan pun digoreng dadakan
dok.pri mendoan pun digoreng dadakan
bahan dasar tempe mendoan, tipis dan lebar . Dok.pri
bahan dasar tempe mendoan, tipis dan lebar . Dok.pri
adonan tepung dan irisan daun bawang membalur tempa mendoan sebelum digoreng
adonan tepung dan irisan daun bawang membalur tempa mendoan sebelum digoreng
Bergegas saya pun menuju ke Sawangan. Kawasan yang menjadi salah satu pusat mendoan di kota Purwokerto. Letaknya tidak jauh dari Alun-alun dan pusat keramaian Purwokerto. 

Bisa ditempuh dengan angkutan kota berwarna Orange, Trans Jateng, ataupun layanan transportasi online. Deret toko penjual mendoan di Sawangan akan menggoreng mendoan hanya saat ada pembeli. Tak hanya tahu bulat yang digoreng dadakan saja bukan? di Sawangan - Purwokerto, tempat asal mendoan pun melakukan hal yang sama untuk memberikan kualitas rasa terbaiknya.

Penggorengan besar dengan minyak melimpah didalamnya setia menanti pembeli yang datang. Tak hanya mendoan, Sawangan yang juga merupakan salah satu pusat oleh-oleh khas Purwokerto juga menyajikan aneka jenis makanan khas yang bisa dibawa pulang sebagai oleh-oleh. Getuk Goreng misalnya. 

Saya pun memesan mendoan tidak dalam jumlah banyak. Hal yang akan ditanyakan adalah, dibungkus atau makan sini?. Saya memilih membungkus mendoan sebab akan saya santap bersama kuliner khas purwokerto lain yang tidak kalah nikmatnya.

Tiga lembar mendoan saya pesan. Atraksi membumbui, menggoreng mendoan pun menjadi pemandangan yang bisa disaksikan secara langsung. Tempe tipis itu dicelup dalam adonan tepung berbumbu. Sreng....sesaat masuk dalam minyak panas. Aroma daun bawang yang melekat dalam tepung mendoan sedemikian harum tercium. 1 keping mendoan Sawangan berukuran lebar dijual dengan harga Rp 3500 saja. 

Itu Sudah termasuk sambal kecap yang disertakan saat kita membeli mendoan. Bagi pelancong dari jauh,membeli mendoan mentah lengkap dengan tepung bumbunya menjadi alternatif mencicip mendoan yang bisa digoreng dadakan sesampainya di tempat tujuan.

Sroto tampilan Gado-gado
Sroto tampilan Gado-gado
Soto legendaris jalan bank. dok pri
Soto legendaris jalan bank. dok pri
dok.pri Racikan Sroto
dok.pri Racikan Sroto
Usai membayar mendoan saya membawa bungkusan mendoan panas ke kawasan Jalan Bank. Sejatinya jalan itu bernama Jl Wirya Atmaja, namun orang lebih mengenalnya dengan Jalan Bank. Disanalah kawasan kuliner soto legendaris berada. Di Kota ngapak Purwokerto, sebutan soto pun sedikit berbeda. Penambahan huruf R setelah huruf S, membuat Sroto menjadi sebutan antimaensteamnya soto ala Purwokerto. 

Sroto menjadi kuliner antimainstream dalam khasanah kuliner kita. Tak seperti soto kebanyakan, Sroto disajikan dengan bumbu kacang tanah yang dihaluskan menyerupai bumbu pecel. Belum lagi taburan kerupuk mie berwana kuning dan kerupuk merah yang lengkap bertengger diantara bahan-bahan lain dalam semangkok sroto. 

Rasanya jelas nano-nano. Gurih kacang becampur segar kuah dan krenyes-krenyes kerupuk yang menyertai. Ada Sensasi  rasa tersendiri saat menikmati Sroto yang banyak dijumpai juga di kawasan Sokaraja. 

Penikmat sroto bisa memilih dua varian, yakni daging atau ayam. Harga Sroto ayam lebih ekonomis dibanding dengan Sroto daging yang dibandrol pada kisaran Rp.12.000 hingga Rp. 15.000. Semangkok Sroto dipadu dengan Beberapa Lembar mendoan? porsi cocok bagi seorang pejalan. Pantang pulang sebelum kenyang.

Tak lengkap rasanya wisata kuliner tanpa membawa pulang sesuatu yang dibungkus. Saya pun beringsut ke kawasan pasar manis Purwokerto. Disana, Mendoan mentah dijual seharga Rp 1500 per bungkus. Tiap bungkus berisi 3 keping tempe mendoan yang dilapis daun pisang. Direkomendasikan, membeli mendoan yang masih "bakal", alias belum jadi. Daya simpannya lebih lama, bisa lebih dari 3 hari. 

Tak terasa sedari pagi hingga siang hari saya habiskan untuk memanjakan diri menikmati kuliner Purwokerto, saatnya chek out dari penginapan pun tiba. Tak lupa saya singgah di kawasan Sokaraja, ditempuh dalam waktu 15-20 menit perjalanan dari kota Purwokerto. Di sepanjang jalan Jenderal Sudirman - Sokaraja, banyak toko-toko yang menjual camilan manis legit dengan warna hitam kecoklatan yang khas.

Seperti getuk pada kebanyakan, bahan dasar pembuatannya terbuat dari singkong. Dicampur dengan gula merah dan dibentuk bulatan yang tak sempurna. Kemudian di goreng. Itulah yang membuat getuk goreng sokaraja ini awet dan bisa dibawa sebagai oleh-oleh lintas daerah bahkan lintas negara. Getuk Goreng dijual kiloan. Dibungkus dalam "besek", yang terbuat dari anyaman serat bambu.

getuk goreng sokaraja. dok .pri
getuk goreng sokaraja. dok .pri
getuk goreng siap dikemas untuk oleh-oleh. dok.pri
getuk goreng siap dikemas untuk oleh-oleh. dok.pri
 Getuk Goreng sokaraja memiliki beberapa varian rasa. Original, nangka, Durian, Karamel, Kacang Hijau dan sebagainya. 1 kg getuk dijual seharga Rp, 32.000 - 36.000. Jika dirasa terlalu banyak membeli 1 kg, pelancongpun bisa membeli 1/4 atau 1/2 kg tergantung kebutuhan. Nah siapa yang pernah menenteng buah tangan dari Purwokerto? Getuk goreng salah satunya.

Sore pun tiba, saya bergegas menuju stasiun. Menunggu datangnya kereta Purwokerto - Madiun yang saya pesan melalui aplikasi pegi-pegi. Sungguh ini bukanlah sebentuk liburan. Hanya singgah untuk wisata kuliner. Sambil menunggu datangnya kereta, diam-diam saya pun merencanakan liburan yang sesungguhnya. Tak sabar untuk menikmati Liburan akhir tahun atau Liburan Tahun Baru nanti

Apalagi  melihat laman aplikasi Pegipegi yang menawarkan kemudahan liburan dengan budget nyaman. Diskon penginapan dan keperluan transportasi liburan ke destinasi impian hingga 50 persen menanti. Ah berlibur hemat kian nikmat dengan Pegipegiyuk. Cuzzzz intip promo Gempita (Gemerlap Promo Akhir Tahun di laman Pegipegi) dijamin mupeng bulir (muka pengen butuh liburraann).

Waduh efek santap mendoan mulai saya rasakan nih. Lidah ngapak saya pun ingin mengucap logat ngapak sebagai penutup cerita wisata kuliner.

inyonge wareg. Arep bali disit. Mengko toli adang kencot madang mendoan maning mendoan maning. Ora bosen mbok?!

hmmmm kira-kira adakah yang bisa menterjemahkan kalimat ngapak diatas. Jangan lupa makan dulu mendoan saat singgah dan berkunjung ke Purwokerto agar lidah tidak kelu saat menjajal bahasa ngapak

salam dari republik Ngapak, ora ngapak ora kepenak

sudut kota purwokerto. dok.pri
sudut kota purwokerto. dok.pri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun