Tn Polan   : Setiap caleg harus menandatangani fakta integritas, klo tdk berarti tdk siap
Saya       :mungkin ada poin pakta integritas yang mereka pikir merugikan posisi mereka di kelak kemudian hari, sehingga mereka tidak mau                      tanda tangan  pak
Tn Polan   : Salah satunya siap di paw.Â
            Makanya sekarang kan FH seharusnya sdh tdk WK  DPR, ngotot gak mau turun
            Berdalih dipilih konstituen, Caleg kan mandatori partai, maka sakarang baru merasakan klo partai tidak mencantumkan,  ya tidak masuk.
Saya       :makasih banyak atas pencrahannya pak
Tn Polan  : Sama-sama Bu.
Sekelumit percakapan atau lebih tepatnya rasan-rasan perilaku elit PKS diatas menjadi rujukan bagi saya untuk melakukan analisa tipis-tipis. Â Sudah duduk, lupa berdiri. begitu mungkin kata sederhana yang mengungkap betapa empuk kursi kekuasaan. Salah satunya kursi parlemen yang diperebutkan dalam tempo 5 tahunan.
Menyoal masayarakat Madani yang ditawarkan PKS ternyata kini sebagian merubah haluan menjadi Gerakan Arah Baru Indonesia. Sayangnya Arah baru Indonesia besutan FH dan AM ini pun tidak jelas menyebut arah mana dan kemana Indonesia baru tersebut akan dibawa? Timur - Barat? Selatan-Utara? tentu bukan sesederhana itu menjadikan sebuah gerakan politik memiliki nilai tawar di mata pendukungnya.Â
Mampukah GARBI menggembosi roda-roda politik PKS yang ternyata tak memasak target muluk-muluk pada pilpres 2019 nanti? Angka 12 % bukanlah angka maksimal kemenangan bagi sebuah partai. Bahkan bisa dibilang ini ambang batas survival politik. Dengan nomor urut 8, bukan tidka mungkin perolehan suara nasional PKS tidak jauh bergeser dari angka tersebut kurang lebihnya. Apalagi jika kemudian, banyak kader daerah yang kembali memilih jalan profesional diantara cita-cita Masyarakat Madani dan Ambisi politik para tokoh Garbi. Siapa masih peduli?