Hingga Presiden Jokowi yang ditanya anak bernama Izrael apakah bisa diajak serta ke Jakarta saat berada di lokasi bencana. Anak-anak tidak mungkin berbohong. Kejujuran dan kepolosan mereka itulah yang menjadi  bukti bahwa pemerintah sudah sedemikian tanggap atasi bencana. Menyentuh tidak hanya menyangkut hal-hal yang bersifat fisik-materil semata, melainkan pula mengedapankan keagungan jiwa-jiwa pasca trauma.
Tidak bisa penanggulangan korban tsunami yang disertai likuifaksi dilakukan dengan Grasa Grusu. Pendekatan kemanusiaan tentu berbeda dengan pendekatan kekuasaan. Penanganan bencana tidak bisa diskenario sedemikian rupa dalam batas waktu tertentu. Kesabaran, keseriusan dan kekompakan untuk kerja bersama itulah menjadi sisi lain penanggulangan bencana.
Pemerintah tidak berdiri sendiri dalam hal ini. Segenap jajaran yang menyertainya turut serta mengambil tupoksi sesuai dengan bidang yang dikelola selama ini. Perlahan, pembenahan sarana penerangan, transportasi khususnya ketersediaan BBM, beserta dibukanya akses komunikasi diupayakan semaksimal mungkin.
Belum lagi tingginya nilai gotong royong antar daerah. Inilah wujud nyata bahwa duka Palu, Donggala, Sigi adalah duka Indonesia. Hampir semua pemerintah daerah mengirimkan dukungan bantuan baik itu relawan hingga bantuan untuk pemenuhan kebutuhan korban.
Lapar, haus, dan segala kondisi yang menyertai ketidakstabilan emosi jelas akan dapat diredam tidak saja dengan pasokan bahan makanan. Jaminan bahwa wilayah bencana akan terpulihkan menjadi sebuah optisme yang harus disematkan pada warga yang telah menjadi korban. Pemulihan mental menjadi hal yang harus dikedepankan. Menghapus pesimisme ditengah kesedihan yang mendalam.Â
Tidak lagi berfikir tentang berapa besar kerugian akibat gempa. Pemerintah mengoptimalkan kinerjanya melalui sigapnya Kementrian untuk hadir di lapangan, jejaring BUMN, hingga sektor swasta untuk terus meringankan kondisi pasca bencana di beberapa lokasi sentral.Â
Ketersediaan BBM di lokasi bencana menjadi sangat vital. BBM berperan penting untuk menggerakkan laju sarana transportasi hingga mendukung sarana penerangan di lokasi fasilitas umum seperti rumah sakit dan tempat-tempat penampungan sementara tentunya.
Bahu Membahu Lintas Daerah
Seperti halnya syair lagu yang menyebut "sambung menyambung menjadi satu itulah Indonesia", Bencana yang kerap melanda menguatkan gotong royong. Ya, bukan hanya pemerintah pusat yang mengupayakan pulihnya Palu, Sigi dan Donggala pasca bencana.
Satu persatu pemerintah daerah baik itu setingkat Gubernur atau Bupati atau Walikota menunjukkan wujud nyata empati mereka dengan mengirimkan Bantuan. Sebut saja Pemerintah Provinsi Jawa Timur yang mengirim bantuan berupa uang dan dokter ortopedi ke lokasi bencana. Demikian pun dengan Provinsi Jawa tengah, DIY. Merata, bukan hanya pemerinta daerah di Pulau Jawa saja yang turut meringankan korban bencana Palu, Donggala dan Sigi. Pemerintah Provinsi Maluku misalnya memberikan bantuan uang melalui transfer.