Mohon tunggu...
Tamita Wibisono
Tamita Wibisono Mohon Tunggu... Freelancer - Creativepreuner

Penulis Kumpulan Cerita Separuh Purnama, Creativepreuner, Tim Humas dan Kemitraan Cendekiawan Nusantara

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Isu PKI Digaungkan, HTI yang Meradang

30 September 2018   04:30 Diperbarui: 30 September 2018   06:07 530
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok.pri screenshoot Media Official web HT

Radikalisme, Politik Kebencian, hingga mengklaim aksi bom bunuh diri sebagai bagian dari aksi strategis mereka memerangi kondisi diluar sistem yang mereka kehendaki menjadikan HTI sebagai cikal bakal sarang pemberontak. Apa yang selama ini dilakukan HTI bukanlah sekedar Dakwah agama, melainkan siasat mencapai tujuan membangun negara Khilafah versi mereka dengan cara-cara biadab sekalipun.

Guntur Romli melalui blog Pribadinya menguraikan banyak hal tentang negara khilafah versi HTI.  salah satu yang menarik perhatian adalah manakala istilah yangdigunakan HTI justru sama dengan yang digunakan oleh PKI, berikut kutipannya :

"Manifesto Hizbut Tahrir Indonesia tahun 2009, penggunaan istilah Manufesto oleh Hizbut Tahrir ini menarik, mengingatkan kita pada Manifesto Komunis yang ditulis oleh Karl Marx dan Friedrich Engels (1848). Saya sebagai saksi fakta yang dihadirkan di Pengadilan 8 Maret 2018 sebenarnya ingin menyinggung hal ini, tapi karena saya tidak boleh berpendapat, saya hanya boleh bersaksi atas apa yang saya lihat, dengar, ketahui dan alami, kalau pendapat merupakan wewenang saksi ahli, namun dalam kesempatan ini izinkan saya memfokuskan bahwa 

Hizbut Tahrir memiliki persamaan yang jelas dengan bentuk, struktur dan jaringan Komunis Internasional yang biasa disingkat Komintern.

Penggunaan kata Manifesto adalah bukti yang utama, Manifesto Hizbut Tahrir Indonesia dan Manifesto Komunis, seperti halnya Komunisme Internasional, Hizbut Tahrir adalah partai politik internasional, sama-sama memperjuangkan satu asas, satu bentuk negara, dan tunduk pada kepemimpinan internasional."

Tak tanggung tanggung GunRomli juga  menyebut dalam salah satu tulisannya bahwa bendara yang digunakan oleh HTI bukanlah bendera Rasulllah, karena baru dikenal tahun 2005. 

dok.pri screenshot Web Media Official Hizb Ut Tahrir
dok.pri screenshot Web Media Official Hizb Ut Tahrir
Penasaran dengan wujud HTI bak arwah gentayangan,  Saya pun menelusur jejak digital Hizb ut Tahrir. Terhenyak  ketika saya memenukan situs kantor media Hiz ut Tahrir (HT) yang berpusat di Beirut - Lebanon.  Website Hizbut Tahrir Indonesia memang sudah tidak aktif lagi. Ada Kalangan yang menyebut, portal organisasi tersebut di blokir Menkominfo. Namun tidak demikian halnya dengan website Hizb Ut Tahrir dunia.

dok.pri screenshoot Media Official web HT
dok.pri screenshoot Media Official web HT
Edan..., Indonesia menjadi salah satu dari 33 negara tempat mereka membuka kantor media dan melakukan ekspansi besar-besaran atas gerakannya. Website yang menampilkan seluk beluk gerakan HT dengan up date berita dari seluruh penjuru dunia ini ditampilkan dengan versi bahasa Inggris dengan 6 pillihan sulih bahasa antara lain bahasa Belanda dan Turki. Beberapa video yang membakar semangat heroik para pengikut HT sengaja ditampilkan dalam web. Termasuk link TV Alwaqiyah dibawah naungan Hizb ut Tahrir media office.

Tidak tanggung-tanggung, web HT juga memuat berita dari Indonesia menyangkut putusan pembubaran HTI. Bahkan tragedi bom Surabaya 13 Mey lalu, menjadi berita yang mereka tampilkan paling atas di sub laman web site menyangkut Indonesia. Inikah wajah baru laten HTI yang mengintai pemerintahan Indonesia. Meski HTI kini telah dibubarkan, waspada akan gerakan radikal mereka tentu menjadi kewajiban kita semua. Terlebih manakala gerakan itu sudah menjelma menjadi terorisme yang menakar  nyawa manusia tak ubahnya nyawa kecoa, melalui mimpi buruk tawaran masuk surga atau neraka.

sumber bacaan : 

1, 2, 3, 4

 dsb terkait tema tulisan 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun