Tergelitik dengan status yang ditulis oleh teman dalam time line jejaring sosialnya:
"Lira anjlog sedih dan berdoa untuk kebaikan Turki. Â
Dolar menguat terhadap Rupiah langsung bersorak. Â
Sampeyan ini warga negara mana?" --- (timeline Fb Niken Satyawati 06092108)
Saya pun mengulik banyak informasi seputar kenaikan Dollar AS yang konon membuat heboh sebagian kecil kalangan.
Ya, hanya sebagian kecil saja, sebab nyatanya kenaikan Dollar tidak berdampak serius bagi pemenuhan kebutuhan pokok bagi masyarakat kebanyakan. Daging dan telur ayam tidak serta merta mengalami kenaikan mengekor pada naiknya dollar. Demikian pula dengan beras, gula pasir, minyak dan komoditas kebutuhan rumah tangga lainnya.
Tidak jauh berbeda kondisinya dengan tetangga kota sebelah, Ponorogo. Melalui akun media sosial Semua tentang Ponorogo sangat jelas disebutkan bahwa Naiknya kurs Dollar tidak berpengaruh pada harga komoditas lokal. Bahkan harga sayuran dan beberapa jenis dapur justru turun. Begitu pula harga sembako tetap stabil.Â
Dollar tidak mendatangkan efek yang serta Merta mengguncang harga. Dari 9 Kota dan 29 Kabupaten yang tersebar di wilayah Jawa Timur, termasuk Pulau Madura tidak satupun mengalami gejolak ekonomi.Â
Apalagi mengaitkan kondisi naiknya dollar saat ini dengan flashback tahun 1998 lalu. ah yang benar saja. Lihat sendiri data berdasarkan pantauan sikaperbapo yang coba saya tampilkan. Masih tidak percaya? Gamblang bisa dilihat dengan mata.
Tidak ada pengaruh kenaikan kurs dollar dengan naiknya harga kebutuhan pokok disana. Kurang lebih begitu jawabnya. Padahal, warung tendanya itu kerap kali disinggahi oleh wisatawan manca yang tengah pesiar di Papua. Jelas-jelas aman terkendali.