Mohon tunggu...
Tamita Wibisono
Tamita Wibisono Mohon Tunggu... Freelancer - Creativepreuner

Penulis Kumpulan Cerita Separuh Purnama, Creativepreuner, Tim Humas dan Kemitraan Cendekiawan Nusantara

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kuartet-Trio Hingga Duet Pentolan #2019GP Mungkinkah Sedang "Kepepet"?

5 September 2018   07:40 Diperbarui: 5 September 2018   08:53 667
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber kumparan.com : trio #2019GP

Menjelang suksesi kepemimpinan nasional lima tahunan, akrobatik politik kian masif terlihat. Tak sekedar like and dislike yang berujung pada pindahnya pilihan politik sebagai sebuah mutasi. Konon, beredar pula di beberapa kalangan semacam para pemilik kekuatan "mutan". 

X-Men dan manusia super yang memiliki kekuatan mutan sumber : CNN Indonesia
X-Men dan manusia super yang memiliki kekuatan mutan sumber : CNN Indonesia
Lets Imagine...Seseorang yang tampak kalem, penuh bakat keartisan dari lahir, tiba-tiba berubah!!!! (saat membaca kata berubah, silahkan ingat nada ucapan ala satria baja hitam). Mungkinkah ada injeksi tertentu sehingga dirinya menjadi manusia -manusia super power?

Aksi Massa dan Massa aksi yang marak mengusung #2019GP patut diacungi jempol dalam hal pengepulan massa. Namun, cukupkah mereka puas  hanya dengan acungan jempol saja? Tentu tidak. Mimpi siang bolong mereka untuk mengganti tampuk kepemimpinan negeri ini bisa saja menjadi sebuah ironi. 

Malu-malu kucing, dengan bias kepentingan yang ada dalam gerakan itu menjadikan arah gerakan kian absurd. Siapa sebenarnya presiden yang mereka kehendaki untuk mengganti sosok Jokowi? Atau diam-diam ada sinyal fundamentalism yang mereka bungkus sedemikian rupa sembari mengukur kekuatan. 

Kuarter Jaya..menghibur tanpa provokasi (sumber: Historia.id)
Kuarter Jaya..menghibur tanpa provokasi (sumber: Historia.id)
Kuartet #2019GP Bukanlah Kuartet Jaya

Dari sekian banyak inisiator hingga penggerak #2019GP, tersebutlah empat sekawan eh empat orang yang namanya mencuat. Wajahnya kerap mengias layar kaca hingga media massa lainnya. 

Berbagai Foto, Video, komentar ala mereka terkemas dan menjadi konsumsi publik melalui jejaring yang mereka maksimalkan. Siapakah Kwartet yang mencoba menjadi jaya itu?

Sumber kumparan.com : trio #2019GP
Sumber kumparan.com : trio #2019GP
Mardani Ali Sera, Politikus Partai Keadilan Sejahtera ini menjadi  salah satu inisiator gerakan #GP2017. Meski Fadli Zon hingga Fahri Hamzah turut mensupport gerakan ini. Nama Mardani Ali lah yang justru moncer ditengah pergerakan massa yang mengusung konsep deklarasi di berbagai kota lintas Propinsi itu. 

Putra betawi ini sejatinya adalah seorang akademisi yang menjadi dosen di sebuah perguruan tinggi swasta di bilangan Jakarta Barat sana. Kursi legislatif di DPR RI dia peroleh melalui mekanisme pergantian antar waktu (PAW) pada Februari  2107.  

Gagal maju dalam Pilgub DKI, Mardani masih legowo menjadi Ketua tim pemenangan Anies-Sandi. Dan terbukti sukses.  Belakangan, beredar bisik-bisik tetangga bahwa nama Mardani Ali muncul sebagai salah satu kandidat pengganti Sandiaga Uno menggantikan posisi Wakil Gubernur DKI. Meski kelihatannya, harus mengalami pasang surut proses lobby dengan petinggi Gerindra.

Itulah sekelumit kiprah personil kwartet #2019GP yang tengah mencoba peruntungan politiknya menjelang 2019. Berbekal nama tenar layaknya artis, Mardani Ali kembali maju sebagai caleg DPR RI periode 2019-2024. Dari Daftar Calon Sementara yang dirilis KPU Nama Mardani tercatat sebagai penghuni dapil panas DKI Jakarta 1. Wajar dia menjadi salah satu sosok "mutan" di arena sedari sekarang.

Melihat lawan politiknya sekelas Imam Nahrowi, Putra Nababan, Wanda Hamid, Eko Hendro Purnomo, dll, bukan tidak mungkin Mardani Ali Sera menjadi penganut paham "the power of Kepepet". Dan #2109GP pun dia jadikan panggung dengan harapan namanya kian dikenal sebagai modalnya untuk kembali meraih kursi DPR RI.

Lain Mardani lain lagi Ahmad Dhani. Musisi yang santer dengan kontroversi kehidupan pribadinya gencar bermanuver politik. Gagal menjadi wakil bupati pada Pilbup Bekasi 2017, Dhani tidak kapok untuk melanjutkan ambisi politiknya. Ia pun mencoba peruntungan politik dengan menjadi Caleg DPR RI periode 2019-2024.  

Dipasang sebagai vote getter oleh partai Gerindra, musisi ini dilempar ke dapil panas Jawa Timur 1 meliputi wilayah Surabaya- Sidoarjo.  Mungkinkah Dhani mampu meraup suara di kampung halamanya? Kita Tunggu saja.

Nyentrik dan Sedikit Pongah, menjadikan Ahmad Dhani secara naluriah memiliki kecocokan dengan gerakan #GP2019. Sosoknya muncul sebagai orator yang belum dianggap piawai sebagai provokator. Nyata,  kehadiran Dhani pada deklarasi #2019GP di Surabaya ditolak mentah-mentah.

 Padahal Dhani adalah musisi bertangan dingin yang bukan tanpa penggemar. Tanpa menjadi sosok penggerak aksi massa pun, aura bintangnya masih mampu menggaet penggemar untuk memberikan suara pada pileg nanti. Jadi kenapa Ahmad Dhani harus repot turun ke jalan dan terkesan turun kelas?

Mungkin juga Dhani sudah dalam kondisi kepepet. Ajang Pilkada Bekasi 2017 tentu menguras pundi-pundi rupiahnya sebagai modal. Melihat lawan Calegnya di Dapil Panas Jatim 1 sekelas Puti Guntur Soekarno, Priyo Budi Santoso Hingga Arzeti Bilbina,Bisa jadi  Ahmad Dhani menilai #2019GP menjadi  kuda troya. 

Sangat disesalkan, bahwa para Caleg diatas hanya bisa memperlihatkan kemampuan menggalang massa tanpa dilandasi konsep kebangsaan yang jelas. Mustinya Caleg model Mardani dan Ahmad Dhani bisa muncul sebagai sosok yang kharismatik ditengah masyarakat. Membawa visi misi jika menjabat di senayan nanti. Tak lupa program kerja yang tak masuk angin begitu sudah masuk areal gedung Nusantara sana. 

Agaknya pembekalan Caleg oleh pihak internal partai dan eksternal (Lemhanas,  Kesbangpol Kemendagri) sebagai upaya pemantapan nilai kebangsaan harus lekas dilakukan. 

Jangan sampai para Caleg ini terlanjur menjadi mutan yang mengerikan.  Ingat bro..syarat menjadi Caleg DPR RI salah satu poinnya adalah setia kepada Pancasila, UUD 45 dan NKRI. Tentu duo mas Dani lebih paham dengan pengejawantahan kesetiaan itu. No Makar, No Provokator, No Pecah belah, Yes Persatuan dan kesatuan. Pisss lah!

Ratna Sarumpaet (sumber: Tribun-Medan wes.com)
Ratna Sarumpaet (sumber: Tribun-Medan wes.com)
Beralih ke Ratna Sarumpaet. Aktivis perempuan yang bisa dibilang kawakan ini wajahnya jelas-jelas garang melawan. Apapun konsidi dan peristiwa yang memiliki peluang aksi simpati pada warga, dia "mak bedunduk", ujug-ujung muncul dan tampil sedemikian heroik. Tentu ingat donk video viral saat dia berteriak kalap ditengah suasana duka tenggelamnya KM Sinar Bangun di Danau Toba. Bocah ngapa ya?!.

Banyak hal yang bisa ditarik benang merah antara jiwa heroik Ratna Sarumpaet dengan #2019GP. Sedari awal kemunculannya di dunia persilatan politik, Kadar keaktifisan perempuan Tapanuli yang menggeluti panggung teater itu seolah betah dengan lakon antagonisnya. 

Ratna yang butuh panggung dan jam terbang lebih pun singgah dalam Gerakan ganti presiden bak lumut yang melekat di tanah lembab. Begitupun  Sebaliknya. Ya..mungkin menjadi nasib Ratna Sarumpaet harus selalu berada pada posisi kepepet.

Cover album Neno Warisman (sumber wikipedia.com)
Cover album Neno Warisman (sumber wikipedia.com)
Tak kalah menarik lagi adalah Neno Warisman.The Warrior Princes  dalam #2019GP. "Bunda" ,demikian banyak kalangan menyebutnya. Sebuah sebutan istimewa bagi kebanyakan perempuan dengan segala kesempurnaan yang melekat dalam dirinya. 

Dengan tidak mengurangi rasa hormat, sebagai sesama perempuan, saya kagum sekaligus menyayangkan perubahan orbit sang bintang era tahun 80-an. Sosok cantik, cerdas, energik dan belakangan tampil kaffah dalam balutan image sebagai ustadzah, harus tergerus  dalam pusaran peran politik yang tidak jelas arah pencapaiannya. 

Kenapa harus menjadi bagian dari parlemen jalanan jika sosok Neno Warisman mampu menjadi sosok anggota parlemen beneran? Tidak adakah partai politik yang melirik dan menjadikan Neno Warisman sebagai Caleg potensial dari dapil Banyuwangi misalnya?. Peran sentral Neno dalam #GP2109 seolah menjadi totalitas Neno dalam besutan album Nyanyian politiknya di era milenial. 

Drama yang dia perankan dalam tiap episode bertajuk  deklarasi #2019GP pun laris manis ditonton masyakarat kebanyakan. Lokasi shootingnya pun konon akan dibuat merata hampir disetiap Kota se _Indonesia.

Duh mbak Neno..kenapa tidak duet saja dengan Ahmad Dhani. Industri kreatif sedang banyak digandrungi. Pentas puisi, teater atau konser lagu lawasnya mbak Neno justru akan membuka kembali ruang rindu penggemar. 

Sebagai sesama perempuan, saya turut berempati dan salut karena mbak Neno menjadi single mom yang luar biasa. Besar harapan saya, mbak Neno bisa tampil sebagai sosok "charming" dan membuka Kompas sebagai penunjuk arah. 

Jangan sampai ketika sudah berjalan jauh kemudian hilang arah, bukan sekedar tersesat di jalan yang benar bagi mbak Neno. Melainkan justru mbak Neno terlihat sebagai orang yang sedang kepepet.

Ya, dari empat tokoh diatas, kuartet #2019GP belumlah menjadi kuartet jaya yang bisa menghibur banyak penontonnya. Dua diantaranya yakni Ahmad Dhani dan Neno Warisman berpeluang muncul sebagai duet musisi dan vokalis yang cukup punya potensi. 

Amat disayangkan potensi mereka tertutup emosi dan ambisi sehingga hanya menjadi pelakon #2019GantiPresiden yang penuh sensasi. Siapa dalang yang menggerakkan mereka sebagai wayang? Ahh..mungkin juga sosok yang kepepetnya bertubi-tubi. 

salam Damai Penuh Kasih

love an Peace

#####

Diolah dari berbagai sumber Referensi bacaan yang memuat profil dan berita seputar #2019GP dan 4 tokoh terkait

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun