Mohon tunggu...
Tamita Wibisono
Tamita Wibisono Mohon Tunggu... Freelancer - Creativepreuner

Penulis Kumpulan Cerita Separuh Purnama, Creativepreuner, Tim Humas dan Kemitraan Cendekiawan Nusantara

Selanjutnya

Tutup

Kurma

"Blendrang" Datang Sahur Pun Tenang

18 Mei 2018   23:47 Diperbarui: 19 Mei 2018   00:27 644
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok.pri Blendrang, sayur jaman old


Memiliki aktifitas seru disaat sahur bukan sekedar dimaknai sebagai sebuah happening art layaknya sekumpulan anak-anak kampung memainkan "tong tong plek", musik pengantar sahur dengan ciri khas bunyi-bunyian dengan alat seadanya. Atau belakangan ramai-ramai orang melakukan sahur on the road sebagai sarana sosial untuk berbagi kepada sesama.

Bagi kalangan ibu rumah tangga seperti saya, menyiapkan sahur dengan memasak di dapur pun menjadi aktifitas seru tersendiri. Apalagi jika disertai dengan insiden terlambat bangun. Segala jurus memasak kilatpun keluar agar santap sahur tetap dapat dilakukan tanpa harus melewati batas waktu imsak.

Adalah "blendrang", sebutan untuk sayur kekunoan yang banyak dimasak oleh kalangan warga pedesaan. Blendrang dapat dibuat dari beberapa jenis sayur yang pada umumnya sedikit bersantan. 

Pada dasarnya blendrang merupakan sayur yang dihangatkan berulang kali hingga kuahnya berkurang bahkan mengering sama sekali. Saya mengenal blendrang sewaktu tinggal di sebuah desa yang terletak di tepi sungai Brantas Kabupaten Kediri. umumnya warga sana menjadikan "blendrang" sebagai menu sarapan pagi.

Sisa sayur yang tidak habis dimasak hari sebelumnya, dipanaskan 2-3 kali hingga dapat tetap dikonsumsi esok harinya. Hemat lagi terhindar dari kebiasaan membuang sisa makanan bukan?.

Awalnya saya sedikit antipati dengan blendrang. Tidak bisa dibayangkan sebelumnya rasa blendrang itu sendiri seperti apa. Kuatir sakit perut dengan rasa sayur yang sedikit kecut, pastilah ada. Namun ketika mengetahui beberapa prinsip dasar membuat blendrang, barulah saya berani mencicipinya.

Memang tidak semua jenis masakan sayur/berkuah bisa dibuat menjadi blendrang. Hanya sayur/masakan berkuah dengan bahan tertentu saja yang layak dijadikan blendrang. Misalnya saja, sayur tewel (nangka muda ) dengan kuah santan. Jenis sayur ini menghasilkan cita rasa blendrang yang sempurna. Semakin lama daya simpannya (2-3 hari) rasa blendrang tewel semakin sempurna. Tentu dengan melewati proses dihangatkan hingga berulang kali ya. Bahkan tampilannya pun bisa menyerupai Gudeg, saat kuah sayur sudah tidak lagi di jumpai akibat meresap ke dalam nangka muda.

Blendrang Tholo atau lotho, juga dapat diandalkan daya tahannya. Tholo/lotho merupakan jenis kacang merah yang berukuran kecil. Tambahan irisan cabe hijau besar pada blendrang Tholo ini semakin menambah sedapnya rasa. 

Jenis blendrang lain yang umumnya dijumpai bisa juga berbahan tempe /tahu. Lagi-lagi kuahnya harus yang mengandung santan. Jenis blendrang tahu, sedikit kurang awet. Terkadang ada rasa masam yang berasal dari tahu yang kualitasnya kurang bagus. 

Pada mulanya saya sempat ragu menghadirkan blendrang sebagai menu santap sahur. Biar bagaimana pun, berpuasa sebisa mungkin mengkonsumsi makanan sehat yang tidak  berpeluang menciptakan sakit perut dan sakit lain akibat efek salah  menu makanan.

Ibarat the power of kepepet waktu, blendrang pun datang layaknya pahlawan saat dianggap kesiangan untuk menyiapkan menu sahur lainnya. Tentu hanya jenis blendrang sayur tewel/nangka muda yang saya rekomendasikan. Sebab, hasil akhir blendrang tewel ini hampir mirip dengan gudeg. Alhasil aman dan tetap enak disantap. Apalagi saya tambahkan telur ayam kampung yang direbus dan dikupas kulitnya ke dalam blendrang. Standar minimal gizi tak perlu lagi dipertanyakan.

Begitulah saat blendrang datang, sahur pun tenang.  Seru bukan aktifitas dapur ibu rumahtangga dengan menghadirkan menu makan sayur kekunoan ala saya? 

Monggo silahkan dicoba blendrangnya...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun