Mohon tunggu...
Tamita Wibisono
Tamita Wibisono Mohon Tunggu... Freelancer - Creativepreuner

Penulis Kumpulan Cerita Separuh Purnama, Creativepreuner, Tim Humas dan Kemitraan Cendekiawan Nusantara

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Bertemu Sang Dewi Fortuna di Malang Sejuta Kopi

6 Mei 2018   05:04 Diperbarui: 6 Mei 2018   05:29 611
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok.pri. The signature Kopi di National Cofee Suhat (jl. Sukarno hatta ) Malang

Malang Sejuta Kopi yang dihelat selama sebulan penuh selama 1-30 April 2018 sudah  berlalu. Namun rasa Klangenan itu tidak lantas hilang begitu saja.  Hajat tahunan ini bertujuan untuk mengenalkan the signature/ kopi lokal andalan yang berasal dari perkebunan di kawasan Malang Raya dan sekitarnya. Tahun ini adalah kali kedua Malang sejuta kopi diadakan. Konon, event tahunan memiliki target menjadikan Malang Raya sebagai salah satu destinasi wisata Kopi di Indonesia.

Berbeda halnya dengan Banyuwangi yang memiliki gelaran Kopi sewu bahkan Kopi sepuluh ewu tiap tahunnya, konsep Malang Sejuta Kopi melibatkan lebih dari 35 kedai/coffee shop yang tersebar di kawasan Malang Raya. Tentu, masing-masing kedai/coffee shop memiliki cara yang berbeda dalam menghadirkan citarasa kopi bagi para pelanggan yang datang. Aneka menu racikan kopi, kenyamanan pelayanan dan suasana yang dihadirkan lewat desain ruang menjadi hal menambah cerita dalam menikmati secangkir kopi. Selain menawarkan kopi gratis dengan ketentuan tertentu selama sebulan penuh. Malang sejuta kopi juga menghadirkan edukasi penyajian kopi. 

Sejatinya saya bukanlah "coffee addicted" yang menjadikan meminum kopi sebagai sebuah keharusan setiap hari. Kecintaan saya terhadap kopi berawal dari aktifitas kecil menyuguhkan kopi tiap pagi dan malam hari untuk suami. Harum yang berasal dari uap kopi yang saya seduh sehari hari itulah yang kadang membuat saya merasa ada yang kurang manakala saat dirumah belum menyeduh kopi. Khususnya di pagi hari.

Dan saya pun berkesempatan menikmati sensasi cita rasa kopi yang berbeda melalui gelaran Malang sejuta kopi. Setelah menempuh perjalanan Kediri-Blitar- Malang,  Malam itu sampailah saya di sebuah kedai/coffee shop yang diberi label "National Coffee" di kawasan Suhat (Jalan Sukarno Hatta) Kota Malang. Brand Kedai kopi lokal ini menjadi salah satu kopi shop yang membuka pintu gerainya untuk menawarkan 20 pax  kopi gratis setiap hari selama sebulan penuh di bulan April lalu. 

Sedikit "nyempil", begitu kesan yang saya tangkap terkait keberadaan kedai kopi yang berada di lantai dua dan seatap dengan distro pakaian . Beruntung, ada stannding banner "Malang Sejuta Kopi" yang terpasang persis di mulut tangga yang menjadi akses masuk menuju "National Coffee". Sejuknya udara Kota Malang di waktu malam kian terasa mana kala "single barista" menyambut hangat kedatangan saya. 

Hanya ada Meja kayu memanjang dengan bangku-bangku yang ditata secara linear yang disiapkan sekitar untuk belasan pengunjung saja. Berbeda dengan kebanyakan kedai kopi yang memiliki tata letak satu meja dengan 2-4 kursi yang menjadi space khusus bagi pengunjung. Belakangan di jelaskan oleh sang Barista bahwa National Coffee shop memiliki tagline"kenal gag kenal duduk bareng". Dimana pengunjung yang datang duduk dengan 1 meja yang menghubungkan satu sama lain.

Sejurus kemudian, Lelaki muda yang bernama lengkap Ongky Yudha Wicaksono itu pun akrab dalam obrolan seputar kopi. Sembari memandang lalu lalang kendaraan yang melintas Jalan Sukarno Hatta dari sudut lantai dua, saya menikmati kedai kopi dengan space ruang yang  tidak begitu lebar namun tertata apik. Tiap sudut ruang saya lirik. Tak hanya etalase terbuka yang memajang biji kopi dan beberapa perangkat penyeduh kopi saja. Melainkan juga wastafel, kompor tempat memasak air , hingga susunan gelas saji saya longok. Tak lupa saya menatap papan yang bertuliskan menu yang tersedia berikut harganya.

etalase terbuka National Coffee Suhat . dok.pri
etalase terbuka National Coffee Suhat . dok.pri
Tak seberapa mahal jika dibanding dengan harga yang dibandrol di coffee shop yang berjejaring global. Begitu kesan yang saya tangkap. Bahkan jika harus dibandingkan, harga 1 pax menu kopi brand global bisa untuk 3-4 kali ngopi disini. Dengan uang sebesar Rp. 12.000 -15.000 an saja. Kita sudah bisa menyeruput kopi nikmat ala National Coffee. Hal lain yang membedakan manakala kita ngopi di sini adalah, kita bisa lebih leluasa untuk ngobrol dengan Barista, khususnya yang menyangkut dunia per-kopian dari hulu hingga hilir.

Dalam Malang sejuta kopi tahun ini, National Coffee menyiapkan the signature coffee yang berasal dari perkebunan kopi lokal. Biji kopi Arabica yang mereka siapkan untuk pelayanan kopi cuma-cuma selama 30 hari itu memiliki nama yang sarat makna. Menurut Sang Barista, penamaan biji kopi diberikan oleh  mas Bejo selaku pemilik National Coffee. 

Ketika saya disodorkan pilihan 2 jenis biji kopi arabica yang sudah di sangrai/ roasted. yang diberi label nama Lembayung Senja dengan Dewi Fortuna, pilihan saya pun jatuh pada Dewi Fortuna. Mas Ongky menambahkan cerita, bahwa pemilik national coffee menamakan biji kopi yang berasal dari lereng gunung Arjuna itu sebagai harapan sekaligus doa bahwa biji kopi tersebut mampu membawa keberuntungan.

Tak seberapa lama, Barista mengolah biji kopi Dewi Fortuna melalui serangkaian proses yang tak sekilat saat kita menyeduh kopi sachet. Dimulai dengan menimbang biji kopi sesuai takaran dalam tiap porsi yang tersaji. Kemudian menggilingnya dalam alat yang disebut grinder sesuai dengan tekstur bubuk kopi yang diinginkan. Semakin lembut bubuk kopi hasil seduhan semakin pekat. Namun sebaliknya jika proses gilingan biji kopi menghasilkan bubuk kopi yang kasar,maka seduhan kopi menjadi berkurang kepekatannya.

Lagi-lagi setelah bubuk kopi dihasilkan, sebelum diseduh, bubuk kopi di timbang untuk sebuah takaran yang pas dalam tiap penyajian. Semua cara penyajian dapat dilihat di depan mata. Hingga saat terpenting peneeduhan dengan dripper V60 ( baca Vi- Sixty) pun saya amati sedemikian rupa. Alat berbentuk corong itu dilapisi dengan kertas penyaring. Bahkan ada aneka jenis bentuk kertas penyaring. Dari yang polos hingga yang bergelombang. dari yang berwarna putih hingga yang sedikit kecoklatan.

Mas Ongky selaku barista detail menjabarkan aneka teknik penyajian kopi. Khususnya yang manual Brewing. Cekatan tangan barista itu memegang tiap alat yang digunakan. Tak terkecuali saat harus menyiapkan air yang terlebih dahulu harus dididihkan dengan suhu tertentu. Ketel yang digunakanpun berbentuk unik dengan alat penunjuk suhu yang melekat di bagian atas tutup ketel. Seolah sudah diatur waktu yang sedemikian pas. Saat bubuk kopi arabica siap untuk di seduh, air pun mendidih.

Proses brewing pun menjadi atraksi tersendiri bagi Barista dengan disaksikan oleh pengunjung kedai kopinya. V -60 hanyalah salah satu teknik penyeduhan manual ( tanpa mesin) dengan mengandalkan kemampuan tangan penyeduhnya. Ada teknik lain yang tentunya menggunakan alat yang berbeda dalam menyeduh kopi. Diantaranya Aero press, French hingga Kalita Flate/ Wave.

W-O-W...sejurus mulut saja bergumam saat saya bisa mencuri ilmu penyeduhan kopi. Meski itu baru sebatas teori. Selain teknik penyeduhan kopi. Hal lain yang membuat cita rasa kopi menjadi Istimewanya berasal dari jenis kopi yang disajikan. Dewi Fortuna yang saya pilih merupakan biji kopi arabica. Berbeda dengan biji kopi yang kerap kali dijual di pasaran dan menjadi bahan baku hampir sebagian kopi sachet yang berasal dari kopi robusta. Konon, kopi arabica secara harga lebih mahal dibandingkan dengan kopi Robusta. Seduhan kopi Arabica pun berwara coklat terang, dibandingkan dengan kopi robusta yang ketika diseduh cenderung berwarna coklat pekat (kehitam-hitaman).

Seduhan biji kopi Dewi Fortuna Arabica dari lereng arjuna dengan teknik seduh V60 dok.pri
Seduhan biji kopi Dewi Fortuna Arabica dari lereng arjuna dengan teknik seduh V60 dok.pri
Untuk urusan rasa, Arabica oleh sebagian orang dinilai lebih soft karena kadar kafein lebih rendah dibanding Robusta. Hal itu berpengaruh pada rasa. Kopi Arabica. Nyata ketika saya mencecap sajian Arabica Dewi Fortuna ala National Coffee, rasa asam sangat dominan, nyaris tanpa pahit. Padahal kopi arabica ini disajikan tanpa gula. Lantas, saya pun menghirup aroma kopi yang disajian dalam botol medium dan ketika hendak meminum kita bisa tuang sedikit demi sedikit dalam gelas bening berukuran kecil.

Wangi kopi Arabica memang berbeda. Ada aroma harum buah bahkan bungga. Misalnya saja harum apel merah bahkan harum melati lembut. Sensasi yang dirasakan pun tidak sekedar menenangkan, namun juga menyegarkan. Malam pun kian larut. National Coffee Suhat yang beroperasi dari jam 09.00 pagi hingga 21.00 telah memberikan pengalaman baru dalam mencecap the signature kopi yang berkesan. Sang Dewi Fortuna yang tersaji melalui citarasa kopi coklat bening dengan rasa asam nyata mengusir kantuk saya sepanjang malam. . Praktis, malam itu mata saya tidak mampu terpejam barang semenit hingga pagi menjelang.

Ada yang ingin merasakan sensasi Kopi Arabica Sang Dewi Fortuna? Jangan tunggu terlalu lama hingga Malang sejuta kopi tahun depan ya... Lekas bergegas sebab biji kopi murni itu diolah dan disajikan dengan harga yang pantas. Terjangkau namun tetap membuat kita terpukau. wowww

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun