Setiap keluarga pastinya memiliki cerita berbeda terkait apa dan bagaimana kehangatan keluarga yang tercipta di dalamnya. Bagi saya, keluarga tak ubahnya menjadi tempat dimana kita menemukan dua sisi mata uang kehidupan yang berbeda, namun tetap berada dalam zona yang sama. Sebut saja : suka-duka, menangis-tertawa, hingga cekcok yang akhirnya kembali membawa mesra. Justru disitulah seni dalam menjalani bahtera keluarga.
Saya memiliki keluarga kecil yang istimewa, bahkan bisa dibilang "antimainstream" .Kenapa? karena keluarga tersebut dibangun dari sebuah pernikahan beda usia. Tidak semua perempuan siap menyandang status ibu tiri yang menurut mitos dan legenda ,kejam adanya. Berbeda halnya saya. Ketika menikah dengan lelaki berstatus duda dengan anak yang sudah menginjak remaja, sungguh harus memiliki mental baja.Â
Hal sederhana yang pertama saya lakukan adalah berupaya mendekatkan diri dengan sang anak. Anak suami, toh anak saya juga. Tidak pernah memaksa anak untuk memanggil saya dengan sebutan ibu, menjadi jurus ampuh yang merubah pemikiran bahwa saya adalah sosok ibu tiri. Inisiatif dari sang anak untuk memanggil saya dengan sebutan tante justru menghapus jarak dan sekat emosional. Kami pun akrab bersahabat. Tiada lagi stigma ibu tiri, yang ada Tante yang sudah seperti kawan sendiri.Â
Dua tahun kami menjalani Long Distance Family Relationship.Saat itu anak menempuh studi pendidikan tinggi di Kota Surabaya. Sementara suami bekerja di Kota Madiun. Dan saya sendiri masih aktif bekerja penuh waktu di Jakarta. Masing-masing dari kami memiliki kesibukan tersendiri demi masa depan keluarga yang lebih baik segala sesuatunya.
Quality times,menjadi kunci bagi keluarga yang sibuk dan terpisah jarak sehingga tidak memungkinkan untuk berkumpul tiap saat tiap waktu. Begitulah, quality times kami ciptakan. Saat salah satu dari anggota keluarga berada di sebuah kota yang sama dengan anggota keluarga yang lain, disitulah kami memaksimalkan quality times.Â
Hari kasih sayang, merupakan salah satu momentum quality times yang tidak boleh dilewatkan. Pada umumnya orang mengungkapkan bentuk kasih sayang dengan simbol bunga atau cokelat pada hari tertentu. Bagi keluarga anti mainstream seperti kami, sesungguhnya  tiada hari tanpa kasih sayang meski hanya berupa hal-hal ringan . Kata-kata sederhana seperti love you atau miss you kerap kami selipkan sebagai kata penutup diakhir sambungan telepon selular atau pun tulisan pesan singkat. Menciptakan momentum kasih sayang melalui ungkapan ini nyatanya mampu menjaga kehangatan keluarga.
Makanan kesukaan menjadi salah satu yang tidak boleh terlewatkan manakala kami sedang berkumpul untuk sebuah quality times.Tidak selalu berupa makanan mewah lho. Cukup tau selera masing-masing, dan siapkan masakan yang menjadi kegemaran mereka. Apalagi jika makanan / masakan itu jarang bisa didapat ditempat lain. Pastinya kehangatan keluarga akan semakin sempurna dengan penuh cinta.
Ternyata selera anak kami begitu sederhana. Pare, terong goreng,telor bulat dibumbu apa saja, sambel tomat tidak lupa kerupuk. Benar-benar masakan rumahan yang sederhana. Namun jika diolah dengan penuh cinta pastinya akan berbeda rasanya. Menurutnya, selama menjadi anak kos, menu masakan yang seperti ini jarang bisa ditemui. Rata-rata mahasiswa mengkonsumsi makanan siap saji atau bahkan makanan instan.
Misalnya saja Pare. Sayur yang memiliki rasa pahit ini justru mampu menggugah selera makan saat kami berkumpul bersama. Siapa yang menyangka sebelumnya jika Anak dan Bapak , terlihat kompak menyantap pare yang menjadi salah satu item siomay yang kami beli pada suatu ketika. Alhasil, tanpa ragu saya pun mengolah pare menjadi salah satu menu masakan saat kami menikmati quality times di rumah. Ya, menyuguhkan masakan kegemaran menjadi cara hemat lagi nikmat untuk menjaga kehangatan keluarga. Ini juga merupakan ungkapan kasih sayang dalam bentuk yang berbeda.
Pada umumnya pare diambil dagingnya tanpa perlu dikupas kulit luarnya. cukup bersihkan bijinya saja. Kemudian potong sesuai selera. Maka pare bisa menjadi alternatif sayur dengan rasa "anti mainstream". Rasa pahit dari pare tentu tidaklah seberapa jika sudah dibumbui. Apalagi konon pare memiliki beragam manfaat untuk kesehatan, sepanjang tidak dikonsumsi secara berlebih dan terus menerus. Banyak sumber menyebut, khasiat pare antara lain : Menangkal radikal bebas dalam tubuh, mencegah berkembangnya sel kanker, mengontrol kadar gula darah, serta membersihkan sdarah. Terbukti tidaknya khasiat tersebut, sila untuk dicoba.
pertama, potong pare menjadi beberapa bagian. Belah menjadi dua bagian simetris agar biji di dalamnya bisa kita buang dan bersihkan. Iris tipis-tipis jika hendak memasak tumis pare atau sayur santan pare. Jika hendak dibuat siomay maka cukup dengan potongan yang dibelah dua saja. Pare yang sudah diiris tipis kemudian ditaburi dengan garam 1-1 1/2 sendok teh (untuk 1 biji pare ukuran sedang). Ratakan garam dengan meremas irisan pare dengan tangan hingga layu. Diamkan selama 10-15 menit. Lalu cuci dibawah hingga bersih (3-4 kali bilas) agar garam kembali netral,Pare pun siap untuk dimasak.
Untuk mengolah pare menjadi masalah istimewa cukup tambahkan beberapa bahan lain yang akan membuat rasa semakin sempurna. Misalnya saja ebi/rebon (udang kecil kering), Sosis (potong serong) atau tempe (potong dadu). Adapun untuk membuat oseng pare, cukup siapkan bumbu dihaluskan yang terdiri dari : 2 butir kemiri, bawang merah, bawang putih, daun salam, lengkuas, garam, dan penyedap rasa/gula pasir. tambahkan potongan cabe hijau atau cabai merah besar untuk rasa pedas sesuai selera.Bagi penyuka masakan berkuah gurih santan, pare juga bisa menjadi bahan alternatif yang bisa dicampur dengan tahu atau tempe. Gurihnya santan akan membuat rasa pahit pare semakin samar.
Ah ternyata pare pun bisa menjadi masakan istimewa selama memasaknya penuh cinta. Terlebih dihidangkan ditengah kehangatan keluarga. Sungguh pahitnya tidak terasa. Yang ada hanya bahagia berkumpul bersama  keluarga. Apalagi jika si Pinky, Bright Gas sudah menghias sudut dapur kita. Sungguh hati menjadi lega, sebab tidak lagi menjadi tanggungan subsidi negara.
Sungguh, dalam keluarga tiada hari tanpa kasih sayang. Dari ucapan hingga olah rasa melalui masakan yang disajikan. Masakan istimewa diolah sepenuh cinta untuk menjaga kehangatan keluarga. Dari Pare yang rasanya pahit nyatanya mampu hadirkan kehangatan keluarga kami.Â
Sempurna!!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H