Mohon tunggu...
Tamita Wibisono
Tamita Wibisono Mohon Tunggu... Freelancer - Creativepreuner

Penulis Kumpulan Cerita Separuh Purnama, Creativepreuner, Tim Humas dan Kemitraan Cendekiawan Nusantara

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Visit Kompasiana- Pertamina, Lebih Dari #SaveOwaJawa

21 November 2017   23:56 Diperbarui: 22 November 2017   00:22 980
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok.Pri. akses masuk ke PPAKAB. Bersebelahan dengan Jalan Menuju ke Java Gibbon centre

Siapa yang bisa menyebutkan ciri-ciri khusus Owa Jawa? Di daerah mana sajakah Habitat  Owa Jawa dapat ditemukan?Apa nama latin dari Owa Jawa? ! Pertanyaan-pertanyaan diatas merupakan pertanyaan kuis yang ramai diikuti oleh peserta Visit Kompasiana-Pertamina. Perjalanan menuju akses awal Pusat Penyelamatan dan Rehabilitasi Owa Jawa yang berada di kawasan danau Lido , Cigombong - Bogor.

Hanya berbekal kecintaan terhadap binatang, sejatinya saya tidak memiliki gambaran tentang apa dan bagaimana Owa Jawa itu. Praktis, saya menyimak jawaban demi jawaban yang dilontarkan peserta. Ternyata Owa Jawa itu jenis primata (kera/Apes) yang tidak memiliki ekor. Secara fisik, tangan owa Jawa lebih panjang dibandingkan dengan ukuran tubuhnya. Warna bulunya hitam keabu-abuan. Hal yang membuat saya tercengang adalah ketika ada jawaban yang menyebut bahwa Owa Jawa dalam berkembang biak menganut Monogami.Sungguh dilematis, ternyata  ada binatang yang memiliki sifat setia terhadap pasangan.

Owa Jawa, atau (Hylobates Moloch) tersebar secara endemik /terbatas di beberapa hutan dataran rendah di Pulau Jawa. Antara lain : Pegunungan Dieng - Jawa tengah, Gunung Slamet, dan kawasan hutan Gunung Gede Pangrango - Jawa Barat. Habitat Owa Jawa terancam punah. Untuk menyelamatkan Owa Jawa dari kepunahan, tak sedikit pihak yang perlu dilibatkan. Salah satunya adalah Yayasan Owa Jawa yang menjadi mitra strategis Pt. Pertamina EP Asset 3 Subang Field dalam melaksanakan program CSR Hayati yang sudah berlangsung selama lebih dari 3 tahun ini.

dok.Pri. akses masuk ke PPAKAB. Bersebelahan dengan Jalan Menuju ke Java Gibbon centre
dok.Pri. akses masuk ke PPAKAB. Bersebelahan dengan Jalan Menuju ke Java Gibbon centre
Bak mimpi ketiban bulan, saya bersama 4 kompasianer terpilih dari total peserta 20 orang berkesempatan untuk melihat secara langsung proses rehabilitasi Owa Jawa di Java Gibbon Centre (JGC). Mengendarai Jeep, jenis kendaan khusus yang biasa digunakan untuk off road, rombongan berangkat dari kawasan Danau Lido- Bogor. Sungguh beruntung, empat kompasianer terpilih didampingi oleh drh. Pristiani, selaku koordinator rehabilitasi dan reintroduksi pusat penyelamatan dan relabilitasi owa Jawa di JGC. 

Lebih Dekat Dengan Owa Jawa di Java Gibbon Centre : Ssssttttt Jangan Berisik!

dok.pri foto areal JGC di Gazebo utama
dok.pri foto areal JGC di Gazebo utama

Javan Gibbon Centre, memang bukanlah tempat terbuka yang bisa diakses oleh khalayak ramai. hal tersebut diakibatkan Owa Jawa merupakan hewan yang sensitif dengan kehadiran makhluk lain disekitarnya. Sedari dalam kendaraan kami pun diwanti-wanti bahwa selama berada di kawasan JGC dilarang mengeluarkan suara keras/ berisik. Ada beberapa aturan lain yang harus diikuti setibanya kami dilokasi Java Gibbon Centre. Wajib mengenakan masker dan dilarang membuka masker selama berada di kawasan JGC. mencelupkan alas kaki ke dalam larutan desinfektan juga merupakan bentuk proteksi tersendiri bagi kedua belah pihak, baik Owa Jawa maupun kita selaku pengunjung terbatas.

Setibanya di Gasebo utama yang juga merupakan ruang staff, tampak aneka poster menempel di dinding yang terbuat dari anyaman bambu. Maskerpun kami kenakan. Dua orang keeper yang sehari-hari bertugas melakukan monitoring terhadap perilaku owa Jawa, menjaga kebersihan dan ketersediaan pakan, turut bergabung. Satu persatu kami, mencelupkan alas kaki pada bak sederhana yang terbuat dari semen di pojok bangunan yang merupakan ruang karantina, dan ruang pakan. Berulang kami suara Sssssttttt terdengar untuk saling mengingatkan , bahwa dilarang berisik agar owa Jawa yang menjalani masa rehabilitasi tidak terganggu.

Saat ini terdapat 1 individu owa yang sedang mengalami karantina. Kami pun tidak bisa memasuki ruang karantina tersebut demi pemulihan kondisi Owa Jawa secara medis. Menurut Drh Pristiani, Owa Jawa yang menjalani rehabilitasi dan Re-Introduksi habitat alami berasal dari hasil sitaan dari proses perdagangan owa." Selain dijual di pasar hewan , Owa Jawa juga diperdagangkan secara Online" . Namun ada juga yang diserahkan oleh keluarga yang sudah menjadikan Owa Jawa Sebagai binatang peliharaan di rumah mereka.Begitu dokter hewan jebolan Institute pertanian Bogor menambahkan.

bersama drh Pristiani dan 4 Kompasianer di areal Java Gibbon centre (dok. Asita Dk)
bersama drh Pristiani dan 4 Kompasianer di areal Java Gibbon centre (dok. Asita Dk)
Setelah melewati Ruang karantina, tampak kandang-kandang kosong berada tak jauh dari ruang tertutup itu. kndang kandang itu diperuntukkan bagi individu yang sudah melewati masa karantina sebagai upaya dari pengenalan pertama. Kandang individu ini berukuran sedang. 1 kandang diperuntukkan untuk 1 individu owa. Terdapat 4 kandang individu. Sayangnya, saat kami datang ke JGC, tidak ada Owa Jawa yang sedang berada dialam kandang individu. Disamping kandang individu, terdapat kandang introduksi dan kandang pasangan.

Melangkah lebih dalam ke area kandang JGC, kamipun kembali diingatkan sebaiknya tidak berjalan bergerombol, terlalu dekat dengan kandang dan berlama-lama berada di dekat kandang. Boleh mengambil foto tapi tidak diperkenankan menggunakan lampu blitz. Harus menjaga jarak agar tidak terlalu dekat dengan kandang yang terbuat dari jeruji besi berukuran besar. 

dok.pri 2 individu Owa Jawa di Kandang Pasangan
dok.pri 2 individu Owa Jawa di Kandang Pasangan
Berbeda dengan kandang invidu, kandang yang disiapkan untuk proses rehabilitasi disebut dengan kandang introduksi. Kandang ini berukurans angat besar dan terkesan luas. terdapat beberapa asesories yang terbuat dari ban karet untuk melatih Owa Jawa kembali bergelantungan. di Kandang ini lah proses observasi ketertarikan owa jantan dan owa betina berlangsung. Owa Jawa yang semasa menjadi peliharaan manusia nyaris tidak mengeluarkan suara dan mengkonsumsi aneka jenis manakan dan minuman layaknya manusia, akan mengalami rehabilititasi dan pengenalan habitat awal mereka Mulai dari dipancing agar mengeluarkan suara yang sepintas menyerupai suara raungan sirine yang menggema, hingga mengkonsumi buah dan beberapa jenis tumbuhan. Di Kandang Introduksi inilah Owa Jawa setahap demi setahap dikembalikan pada sifat liarnya. 

Punahnya Owa Jawa terbilang Ironis,  sebagai individu yang menganut monogami, owa Jawa membutuhkan waktu yang cukup lama untuk melakukan reproduksi. Selama berada dalam  proses rehabilitasi, setidaknya butuh waktu berbulan-bulan  untuk menemukan kecocokan satu sama lain. Setelah terdapat tanda-tanda ketertarikan antara 2 individu Owa JAwa yang berbeda jenis kelamin, maka proses selanjutnya dipindahkan ke Kandang Pasangan. Dari kandang pasangan inilah lahir harapan baru bahwa Owa Jawa akan terselamatkan dari kepunahan yang mengancam.

Seperti kisah Ukong (jantan) dan gomey (betina), 2 individu yang berasal dari 2 kota berbeda ini datang di Javan Gibbon Centre pada bulan Januari. 7 Bulan berikutnya, di bulan Agustus Ukong yang datang dari Bogor dan Gomey yang berasla dari Bandung ini pun resmi dipasangkan. Tidak banyak cerita tentang proses pasangan Owa Jawa yang kemudian melahirkan di JGC, namun ada pula yang setelah berpasangan , 2 individu owa siap di Rehabituasi , yakni kembali ke habitatnya dilepas ke hutan luas.Proses Rehabituasi sendiri salah satunya dengan dilepas liarkan dikawasan hutan lindung Gunung Malabar, Gunung Puntang Bandung Selatan, JAwa Barat. Disinilah salah satu pusat yang menjadi sentral kepedulian Pertamina EP asset 3 Subang Field demi kelangsungan ekosistem hayati. 

Owa Jawa dan Lestarinya Vegetasi Hutan Sebagai Paru-paru Dunia

dok.pri pemandu kami memperlihatkan jenis vegetasi yang bisa dimakan
dok.pri pemandu kami memperlihatkan jenis vegetasi yang bisa dimakan
Selesai melihat lebih dekat area Javan Gibbon Centre sebagai tempat rehabilitasi dan reintroduksi Owa JAwa, kamipun bergabung dengan kompasianer lain yang sudah berada di Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol kawasan  hutan tropis gunung Gede Pangrango. Tracking atau berjalan kaki menjadi satu tantangan tersendiri ditengah rimba belantara. Jalur yang licin dan sedikit terjal kami lewati dengan berjalan perlahan sembari menyimak pemandu yang menerangkan aneka jenis vegetasi yang beraneka ragam jenis dan manfaat.Sebaiknya selama berada dikawasan hutan tropis, jangan menyentuh tumbuhan sembarangan. Salah sentuh bisa gatal-gatal. Salah satunya berasal dari tanaman daun Fulus. Namun ada juga penawar gatalnya dari jenis tumbuhan lain. 

Kawasan hutan ini pulalah yang menjadi endemik Owa JAwa alami selama ini. Benar saja, dari kejauhan terdengar suara yang awalnya saya kira bunyi sirine meraung-raung. Ternyata bunyi owa Jawa sedemikian dasyatnya menggema di tengah hutan belantara. Owa Jawa selama ini menjadi mitra penyebaran vegetasi secara alami. Owa yang merupakan individu Fruitafora (pemakan buah-buahan) secara tiddak langsung menyebarkan biji dari buah yang mereka makan sehingga populasi beberapa jenis buah langka dalam hutan tetap terjaga keberadaannya. 

Menapak jejak kurang lebih sepanjang 1 Km di kawasan hutan Gunung Gede Pangrango membuat kami mengerti jenis-jenis vegetasi yang selama ini jarang kami temui. Dibalik tumbuh liarnya vegetasi hutan terdapat manfaat yang terkandung baik itu sebagai bahan kosmetika yang beramnfaat untuk menghaluskan kulit, ataupun dapat dikonsumsi selama masa survival bagi para pecinta alam. Ada juga tanaman yang memiliki khasiat obat, obat batuk , gatal-gatal misalnya

Dari sinilah, keberadaan Owa Jawa sebagai habitat endemik perlu dijaga dari kepunahan. Secara tidak langsung Owa Jawa turut menjaga hutan sebagai paru-paru dunia. Nah bagi yang ingin berpartisipasi dalam pelestarian OWa Jawa, bersiap gabung yuks di EVENING RUN # PERTAMINAECORUN2017 yang akan dilangsungkan pada tengah Desember nanti.  Dengan menjadi Peserta kegiatan ini, maka itu artinya turut serta dalam melestarikan owa JAwa dan  Tuntong laut. Sila kunjungi www.imroadrunner.com/pertaminaecorun2017 ya...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun