Siapa yang bisa menyebutkan ciri-ciri khusus Owa Jawa? Di daerah mana sajakah Habitat  Owa Jawa dapat ditemukan?Apa nama latin dari Owa Jawa? ! Pertanyaan-pertanyaan diatas merupakan pertanyaan kuis yang ramai diikuti oleh peserta Visit Kompasiana-Pertamina. Perjalanan menuju akses awal Pusat Penyelamatan dan Rehabilitasi Owa Jawa yang berada di kawasan danau Lido , Cigombong - Bogor.
Hanya berbekal kecintaan terhadap binatang, sejatinya saya tidak memiliki gambaran tentang apa dan bagaimana Owa Jawa itu. Praktis, saya menyimak jawaban demi jawaban yang dilontarkan peserta. Ternyata Owa Jawa itu jenis primata (kera/Apes) yang tidak memiliki ekor. Secara fisik, tangan owa Jawa lebih panjang dibandingkan dengan ukuran tubuhnya. Warna bulunya hitam keabu-abuan. Hal yang membuat saya tercengang adalah ketika ada jawaban yang menyebut bahwa Owa Jawa dalam berkembang biak menganut Monogami.Sungguh dilematis, ternyata  ada binatang yang memiliki sifat setia terhadap pasangan.
Owa Jawa, atau (Hylobates Moloch) tersebar secara endemik /terbatas di beberapa hutan dataran rendah di Pulau Jawa. Antara lain : Pegunungan Dieng - Jawa tengah, Gunung Slamet, dan kawasan hutan Gunung Gede Pangrango - Jawa Barat. Habitat Owa Jawa terancam punah. Untuk menyelamatkan Owa Jawa dari kepunahan, tak sedikit pihak yang perlu dilibatkan. Salah satunya adalah Yayasan Owa Jawa yang menjadi mitra strategis Pt. Pertamina EP Asset 3 Subang Field dalam melaksanakan program CSR Hayati yang sudah berlangsung selama lebih dari 3 tahun ini.
Lebih Dekat Dengan Owa Jawa di Java Gibbon Centre : Ssssttttt Jangan Berisik!
Javan Gibbon Centre, memang bukanlah tempat terbuka yang bisa diakses oleh khalayak ramai. hal tersebut diakibatkan Owa Jawa merupakan hewan yang sensitif dengan kehadiran makhluk lain disekitarnya. Sedari dalam kendaraan kami pun diwanti-wanti bahwa selama berada di kawasan JGC dilarang mengeluarkan suara keras/ berisik. Ada beberapa aturan lain yang harus diikuti setibanya kami dilokasi Java Gibbon Centre. Wajib mengenakan masker dan dilarang membuka masker selama berada di kawasan JGC. mencelupkan alas kaki ke dalam larutan desinfektan juga merupakan bentuk proteksi tersendiri bagi kedua belah pihak, baik Owa Jawa maupun kita selaku pengunjung terbatas.
Setibanya di Gasebo utama yang juga merupakan ruang staff, tampak aneka poster menempel di dinding yang terbuat dari anyaman bambu. Maskerpun kami kenakan. Dua orang keeper yang sehari-hari bertugas melakukan monitoring terhadap perilaku owa Jawa, menjaga kebersihan dan ketersediaan pakan, turut bergabung. Satu persatu kami, mencelupkan alas kaki pada bak sederhana yang terbuat dari semen di pojok bangunan yang merupakan ruang karantina, dan ruang pakan. Berulang kami suara Sssssttttt terdengar untuk saling mengingatkan , bahwa dilarang berisik agar owa Jawa yang menjalani masa rehabilitasi tidak terganggu.
Saat ini terdapat 1 individu owa yang sedang mengalami karantina. Kami pun tidak bisa memasuki ruang karantina tersebut demi pemulihan kondisi Owa Jawa secara medis. Menurut Drh Pristiani, Owa Jawa yang menjalani rehabilitasi dan Re-Introduksi habitat alami berasal dari hasil sitaan dari proses perdagangan owa." Selain dijual di pasar hewan , Owa Jawa juga diperdagangkan secara Online" . Namun ada juga yang diserahkan oleh keluarga yang sudah menjadikan Owa Jawa Sebagai binatang peliharaan di rumah mereka.Begitu dokter hewan jebolan Institute pertanian Bogor menambahkan.
Melangkah lebih dalam ke area kandang JGC, kamipun kembali diingatkan sebaiknya tidak berjalan bergerombol, terlalu dekat dengan kandang dan berlama-lama berada di dekat kandang. Boleh mengambil foto tapi tidak diperkenankan menggunakan lampu blitz. Harus menjaga jarak agar tidak terlalu dekat dengan kandang yang terbuat dari jeruji besi berukuran besar.Â