Mohon tunggu...
Tamita Wibisono
Tamita Wibisono Mohon Tunggu... Freelancer - Creativepreuner

Penulis Kumpulan Cerita Separuh Purnama, Creativepreuner, Tim Humas dan Kemitraan Cendekiawan Nusantara

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

[CLICK] Celoteh Ibu Pembuat Kue Lebaran dalam Commuter Line Malam

15 September 2016   23:21 Diperbarui: 16 September 2016   00:21 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mendengar Celoteh Ibu Pembuat Kue Lebaran dalam Commuterline (dok.Pri)

Tidak apa-apa ibu banting tulang buat kue asal anak-anak bisa hidup lebih baik dari Ibunya. Begitu dia berulang kali menyebut dalam kalimat yang seakan ingin dia garis bawahi sebagai bentuk perjuangan seorang ibu atas masa depan anak-anaknya. Wajahnya begitu berbinar ketika ia berceloteh tentang anak-anaknya yang telah bisa mandiri. Konon ada anaknya yang sudah melanglang buana hingga Amerika sana. 

Ada kesan bangga sekaligus kegigihan dalam diri sang Ibu. hal itu tersirat ketika ia melanjutkan celotehnya bahwa anak-anaknya memintanya berhenti bekerja membuat kue. Namun Sang Ibu justru memiliki alasan, bahwa bekerja itu justru menjadi hiburan baginya. Dalam celotehnya ia menyebut jika badannya justru akan pegal-pegal ketika menganggur alias tidak melakukan apa-apa.

Membuat kue-kue kering ibarat sudah mendarah daging baginya. Terlebih menjelang lebaran begini. Banyak pesanan yang harus disiapkan jauh hari sebelum memasuki bulan puasa. Si Ibu pun rela tiap hari harus bolak balik Pasar Minggu - Bojong Gede. Mengingat tempat pembuatan kue lebaran berada di Bojong Gede. Sementara dia tinggal di perkampungan yang berada tak jauh dari Stasiun Pasar Minggu. Untungnya naik kereta, jadi cepat dan tidak berat di ongkos. Demikian celotehnya seakan menegaskan bahwa sang ibu pun pengguna setia commuter lina

Tidak terasa, kereta membawa serta Sang Ibu dari Bojong Gede- menuju pemberhentianya di Stasiun Pasar Minggu. Melewati rute  Citayam- Depok - Depok Baru - Pondok Cina- Depok UI -Universitas Pancasila - Lenteng Agung- Tanjung Barat. Sang Ibu pun mengakhiri celotehnya dengan tawaran mampir kerumahnya kapada kami berdua. Dengan saling berpandangan terlebih dahulu, saya dan adik sepupu pun kompak mengucap terimakasih dan pesan untuk berhati- hati saat melangkah dari pintu commuter line.

Ah, celoteh ibu pembuat kue lebaran itu memberi arti bagi saya. Mata saya masih menatap bungkusan kue pemberian darinya sembari berharap lekas  sampai di Tanah Abang, stasiun pemberhentian akhir kereta. Saat kami tiba di Tanah Abang, Mungkin Ibu pembuat kue lebaran tadi sudah tiba di rumahnyanya. Sesekali kembali terngiang penggalan celoteh Sang Ibu pembuat kue lebaran. Perjalanan kami pun masih harus berlanjut dengan berganti jalur. Sebab Stasiun Kebayoran adalah stasiun tujuan kami sebelum kami melanjutkan perjalanan menuju kawasan Ciledug raya.

stasiun Kebayoran (dok.pri)
stasiun Kebayoran (dok.pri)
Dan menggunakan Commuter Line malam itu, memberi kami sebuah kisah tentang celoteh seorang Ibu pembuat kue lebaran. Darinya kami mendapat pelajaran tentang  hidup dan kehidupan. 

####

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun