Mohon tunggu...
Tamita Wibisono
Tamita Wibisono Mohon Tunggu... Freelancer - Creativepreuner

Penulis Kumpulan Cerita Separuh Purnama, Creativepreuner, Tim Humas dan Kemitraan Cendekiawan Nusantara

Selanjutnya

Tutup

Politik

Grand Mangku Putra Cilegon, Saksi Bisu Politik Kultural ala Kongres Rakyat Banten

15 Agustus 2016   10:11 Diperbarui: 15 Agustus 2016   10:23 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Grand Mangku Putra dengan bangunan ber-arsitektur Klasik menguatkan kesan Aristokrasi yang kokoh (dok.pri)

Hampir sepekan sudah hajat Kota Cilegon sebagai tuan rumah sekaligus pemrakarsa Kongres Rakyat Cilegon itu Terselenggara. Tentu ini bukanlah ceremonial yang sesaat kemudian berlalu. Melihat essensi dari kegiatannya sendiri, Kongres Rakyat Cilegon (KRB) haruslah menjadi gaung yang menyebar dan menjadi perbincangan tak sekedar di lingkar pegiat media/jurnalis ataupun tokoh politik semata. Melainkan menyebar dari mulut ke mulut, menjadi topik hangat perbincangan masyarakat di berbagai kalangan.

Menjadi cerita di warung kopi pinggir jalan. Menjadi bahan diskusi di kalangan intelektual muda Banten bahkan bila perlu menjadi bahan petanyaan yang sesaat kemudian disusul dengan jawaban panjang lebar oleh para kaum biasa, baik yang ada di pasar tradisional, di balai warga di tiap kelurahan/kantor desa di seantero Banten. Inilah bentuk viral konvensional yang harus dipertahankan.

Pagi itu  Rabu 10 Agustus 2016, pelataran dan convention hall Grand Mangku Putera Hotel Cilegon ramai dipadati 1000-an orang lebih yang akan menghadiri KRB. Suasana meriah dengan aneka musik, tarian hingga atraksi tradisional Banten menambah semarak perhelatan yang sebelumnya sudah diawali dengan kegiatan pra kongres akhir Juli lalu. Aneka spanduk bergambar beberapa tokoh Banten yang konon akan maju dalam perhelatan politik di level propinsi tersebut menghiasi beberapa sudut strategis. Jelas, ini bukan ajang kampanye. Lalu apa kira-kira?. Politik kultural, lebih mengarah kesana .Ini  istilah saya yang kiranya dapat mewakili apa dan bagaimana Kongres Rakyat Banten itu sebenarnya.

Kongres Rakyat Banten tentu tidaklah sama dengan istilah kongres yang digunakan oleh organisasi atau bahkan partai politik tertentu yang bertujuan untuk memilih pimpinan. Seperti yang kita ketahui bersama, tahun 2017 mendatang akan digelar hajat politik 5 tahunan, pemilihan Gubernur dan wakil Gubernur serentak, banten salah satunya.Nah sebelum para calon Gubernur berebut suara dlm pilgub 2017,  mereka saling bertemu, bertatap muka, berjabat tangan, dan berembug bareng dalam Kongres Rakyat Banten ini.

KRB memang bukan ajang konvensi karena KRB tidak melahirkan rekomendasi partai sebagai tiket awal sebelum melaju ke final. Yang menarik, di KRB nanti akan dipaparkan visi-misi kandidat dihadapan perwakilan warga Banten yang hadir dari perwakilan 4 kabupaten dan 4 Kota wilayah propinsi Banten. Hampir 1000 lebih perwakilan warga banten dari berkumpul di convention hall hotel Grand Mangku Putra. mereka menyambut nama- nama dan wajah asli dari para kandidat Gubernur, Wakil Gubernur Banten.

Bukan rahasia umum, kadang wajah asli kandidat daerah berbeda darir yang terpampang pada spanduk atau baliho. Sengaja ini saya tuliskan agar para kandidat memperbarui foto yang akan digunakan. Jangan membuat rakyat pangling dengan wajah pimpinan daerahnya.  Ini sungguh pendidikan sekaligus partisipasi politik yg luar biasa. Seperti yg dikatakan walikota cilegon,Dr.H Tb Iman Ariyadi saat memberi sambutan pada pembukaan KRB. Bahwa pilkada bukan milik partai politik seutuhnya. Saatnya pilkada jd hajat bersama yg melibatkan langsung rakyat untuk mengenal siapa calon pimpinan daerahnya.

Walikota Cilegon ini juga menegaskan bahwa dirinya tidak akan maju dalam pemilihan Gubernur Banten, sebab telah diamanati oleh Bapak Tb Aat Syafaat selaku orang tuanya untuk menuntaskan masa jabatan walikota Cilegon. Inilah hajat besar politik yg sesungguhnya. Bahwa politik harus tetap mengedepankan kearifan lokal. Turut hadir sekaligus membuka acara , ketua DPR RI Bapak. Ade Komarudin yang  menjadikan KRB ini wujud nyata penyampaian aspirasi rakyat Banten. Sekaligus melihat bahwa KRB ini bisa menjadi role model yang dapat dicontoh oleh daerah-daerah lain guna meningkatkan partisipasi politik masyarakat.

Dr. H. Tb Iman Ariyadi memberikan sambutan sekaligus menegaskan bahwa dirinya tidak Maju dalam Pilgub Banten (dok.pri)
Dr. H. Tb Iman Ariyadi memberikan sambutan sekaligus menegaskan bahwa dirinya tidak Maju dalam Pilgub Banten (dok.pri)
Gubernur Banten H. Rano Karno juga turut memberikan sambutan dan mengabarkan berita gembira bahwa Banten menjadi Juara umum MTQ di NTB. Sayangnya, Rano Karno tampak meninggalkan lokasi kegiatan sesaat setelah rangkaian acara pembukaan. Berbeda halnya dengan beberapa kandidat yang sejak awal hadir seperti Wahidin Halim, Dimyati Natakusumah, Andika Hazrumy, Ahmad Taufik Nuriman, dan Eden Gunawan. Ada kesan kebersamaan yang timbul. Mereka duduk berdampingan belum sebagai lawan, melainkan sebagai sesama wong Banten yang bercita-cita mensejahterakan rakyat Banten melalui tampuk kepemimpinan yang akan mereka perebutkan.

Hingga siang menjelang, lepas waktu istirahat sholat dan makan, nyatanya mereka tetap bertahan. Selepas penyampaian visi misi, tidak kalah menarik sessi dialog yang dipandu oleh Kang Nasir. Hadir pula kalangan cendekiawan, salah satunya Dr. Lili Romli  yang memberikan pandangan normatif tentang konsep pembangunan Banten ke depan. Ya, Kongres rakyat Banten memang hanya berlangsung dalam kisaran 7-8 jam, namun apa yang menjadi bahasan  selama KRB berlangsung harus dicatat lekat-lekat dalam benak.

Inilah buku baru tentang politik kultural kita yang bisa dibaca kapan saj, dimana saja dan oleh siapa saja. Ide, gagasan, Konsep dan tawaran program dari para Kandidat calon Gubernur dan wakilnya tidak sekedar menjadi momentum yang melegenda. Namun itu semua akan menjadi pengingat massa siapapun Pimpinan daerah yang terpilih nanti, bahwa KRB sebagai ajang silaturahmi politik kultural tetap menjadi bagian yang tak terpisahkan dari jejak sejarah politik Banten.

Grand Mangku Putra dengan bangunan ber-arsitektur Klasik menguatkan kesan Aristokrasi yang kokoh (dok.pri)
Grand Mangku Putra dengan bangunan ber-arsitektur Klasik menguatkan kesan Aristokrasi yang kokoh (dok.pri)
Biarlah untuk sementara perhelatan KRB usai adanya. Namun dinding-dinding bangunan itu menjadi saksi bisu. Riuh tepukan menyambut para calon Gubernur dan wakilnya kala itu. Grand Mangku Putra, tempat yang kelak akan menjadi bangunan bersejarah di Kota Cilegon. Sehari sebelumnya, menjadi sebuah sinergi yang dinamis, 4 Kompasianer : kang Thamrin Sonata. Bang Isson, mbak Arum Sato dan tentunya saya,  lagi lagi diundang oleh Kompasianer dari Cilegon, Kang Nasir Cs.

Disela-sela kesibukannya, Kang Nasir memang selalu membukakan kami pintu masuk sebagai sarana untuk mengabarkan "sesuatu" yang terkait dengan Cilegon pada khususnya dan Banten pada umumnya. Sore sebelum digelarnya KRB, kami tiba di hotel Grand Mangku Putra. Kesan pertama begitu menggoda. Mata saya disuguhkan wujud arsitektur bangunan hotel yang jarang dijumpai, terlebih di kota-kota besar. Bangunan 4 lantai itu langsung membawa saya berimajinasi seolah tengah berada di kampus-kampus ternama di kawasan Eropa atau Amerika sana. 

salah satu sudut lobby yang nyaman lagi luas (dok.arum sato)
salah satu sudut lobby yang nyaman lagi luas (dok.arum sato)
Suasana begitu tenang dan lengang meski Hotel ini terletak di bentang jalan yang dilalui banyak kendaraan. Persisnya berada di Jl Akses Tol Cilegon Timur Kelurahan Kedaleman- Kecamatan Cibeber, Cilegon. Halaman yang teramat luas dan mampu menampung ratusan kendaraan itu menjadi salah satu keunggulan yang jarang di miliki hotel sejenis. Wajar saja begitu masuk tak terdengar bunyi berisik lalu lalang kendaraan. Desain arsitertur yang tampak dari luar bergaya klasik yang memberi kesan aristokrat.

Sepintas tampak sederhana namun megah dan gagah. Patung kuda dengan air yang mengucur dari bawah menambah kesan kokoh pada bangunan ini. Sementara itu interior dalam hotel menjadi kian menarik dengan adanya beberapa patung yang terbuat dari kayu. Sekeliling bangunan masih banyak pepohonan rindang yang menambah nyaman suasana 

Grand Mangku Putra memberi kesan luas pada tiap ruangannya. Tak sebatas di halaman depan saja, lobby hotel memiliki ukuran yang luas juga. Kamar-kamarnya pun memiliki ukuran yang  Jauh dari kata minimalis. Begitu membuka jendela kamar tanpa balkon yang terletak di lantai 2, tersuguh pemandangan areal kolam renang , dan taman-taman sederhana yang juga lumayan luas. Grand Mangku Putra selama ini memang menjadi jujugan para keluarga yang ingin bersantai dan menikmati nyamannya suasana yang jauh dari kesan hiruk pikuk. Convention hall yang terletak di sebelah kanan bangunan utama hotel berkapasitas maksimal 1500 orang. Menjadi langganan bagi para pemilik hajat pernikahan dan acara yang melibatkan banyak massa.

Convention Hall Grand Mangku Putra Hotel, tempat dilaksanakannya KRB berkapasitas 1500 orang (dok.pri)
Convention Hall Grand Mangku Putra Hotel, tempat dilaksanakannya KRB berkapasitas 1500 orang (dok.pri)
Disinilah, Grand Mangku Putra menjadi saksi bisu politik kultural ala KRB sekaligus menandai bahwa Cilegon menjadi tuan rumah yang luar biasa. Bukan biasa di luar seperti celetuk yang pernah di lontarkan oleh Kang Nasir Cs.

Sayonara Kota Baja

Jakarta, 15 Agustus 2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun