3 orang memilih jahe merah, 1 orang jahe susu, dan tiba-tiba mata saya tertuju pada tulisan yang menyebut Beer Jawa. Spontan saya berkelakar, ini beer-nya tanpa alkohol kan? Kang nasir diikuti oleh pengelola garai menyakinkan bahwa minuman ini aman sekaligus halal. Penasaran dengan rasa Beer Jawa, akhirnya saya dan Bang Isson memesan Beer Jawa. Untuk makananya tersedia pilihan roti bakar dan pisang bakar dengan varian keju dan coklat sebagai toping diatasnya.
Sebelumnya saya pernah mendengar nama minuman tradisional betawi yang dikenal dengan bir plethok. Di Yogyakarta sendiri, ada minuman sejenis yang memang diracik dari rempah-rempah berkhasiat bernama bir jawi. Dua nama minuman tradisional diatas dibuat dengan unsur jahe. Pada umumnya dua minuman bernama depan Bir ini disajian hangat untuk menambah khasiat.
Saya melambaikan tangan kepada salah satu penjaga gerai yang tadi tampak meracik minuman ini. Saya pun bertanya, ini terbuat dari apa mas? Dengan ramah dia menyebut bahwa bir jawa ini merupakan campuran dari sari apel dan Jahe. di kocok-kocok bersama beberapa butir es batu  dengan alat shaker ala bartender.
Wow, saya melongo. Jahe merah bertemu dengan sari apel modern kemasan diolah dengan sentuhan modern ternyata menghasilan minuman bercitarasa eksotis, dingin, melagakan tenggorokan. Belum plong alias lega hati saya mengagumi inovasi rasa minuman satu ini. Meski sudah mendapat penjelasan, tapi saya masih saja penasaran.Â
Beruntung, rupanya Kang Nasir mengenal pemilik gerai ini. Terhubung lewat ponsel, kami pun terlibat obrolan seru seputar asal muasal beer Jawa dari Kota Cilegon dari empunya gerai kaki lima yang buka dari jam 5 sore hingga jam 12 malam ini.
Entah ini wawancara tidak langsung atau bukan, yang pasti rasa penasaran saya mengakibatkan ponsel Kang Nasir sempat saya kooptasi dalam hitungan  menit untuk berbincang dengan suara pemilik Gerai Wedang Jahe Nom-Ji yang bernama Pak Bambang. Ramah pak Bambang menerangkan awal mula di temuannya Beer Jawa.Â
Dia pun menuturkan, sebagai pekerja proyek yang pada waktu tertentu jauh dari keluarga, mencoba mengolah rasa dari makanan dan minuman adalah hobinya. Waktu itu Pak Bambang yang gemar minum wedang jahe sengaja mencampur beberapa jenis minuman kemasan untuk mendapatkan rasa yang berbeda. Hingga terciptalah kreasi rasa antara Jahe dengan Sari Apel.
Pak Bambang menyadari bahwa usaha kuliner merupakan peluang usaha sepanjang masa. Akhirnya racikan minuman itulah yang menjadi awal idenya untuk membuka usaha ala kaki lima. Dia pun mendaulat istrinya sebagai pengelola usaha minuman Jahe merah ini. Awalnya gerai wedang jahe merah ini bernama "Moro Rene", dibuka sekitar 4 tahun yang lalu.Â
Namun Gerai kaki lima ini kemudian berubah nama menjadi Nom-Ji setelah ada karyawannya yang diam-diam membuka usaha sejenis dengan nama yang sama di lokasi yang berbeda. Pak Bambang dengan besar hati merelakan nama Moro rene untuk usaha  baru karyawannya tersebut.Â
Kini Nama Nom-Ji (Nomor Siji), sudah melekat di hati pelanggan. Sebagian besar pelanggan adalah generasi muda dan kalangan dinamis Kota Cilegon. Nom-Ji sering dijadikan tempat berkumpul, diskusi atau pun perhelatan sederhana ala pinggir jalan. Pak Bambang sendiri selain masih aktif bekerja, dia yang gemar bermain voli itu ternyata menjadi ketua PBVSI Kota Cilegon.Â