Mohon tunggu...
Tamita Wibisono
Tamita Wibisono Mohon Tunggu... Freelancer - Creativepreuner

Penulis Kumpulan Cerita Separuh Purnama, Creativepreuner, Tim Humas dan Kemitraan Cendekiawan Nusantara

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mbak Icha, Tak Banyak Kata Selain Luar Biasa

28 Mei 2016   01:48 Diperbarui: 28 Mei 2016   02:36 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bersama Mbak Icha di Seminar Publik Waspada Gangguan Tiroid (sumber : dok. Elisa Koraag)

Tak kenal maka tak sayang. Pepatah lama itu sepertinya tidak berlaku bagi ladiesianer satu ini. Entah dari mana ceritanya, kesempatan itu beliau berikan kepada saya pada kisaran akhir Maret 2016 lalu. Saya sendiri belum begitu kenal banyak tentang sosoknya. Hanya melalui kontak media sosial, tiba-tiba saya mendapat kesempatan bisa bergabung di acara peringatan hari Tuberkulosis sedunia. Itulah kali pertama saya bertemu dengan pegiat media sosial ataupun para blogger yang sebagian  tergabung di Kompasiana. Terlebih saya ini merupakan imigran yang datang dari daerah ke Ibukota.

Sosoknya ramah, energik dan kekinian. Dilihat dari namanya sih, perempuan satu ini jelas bukan orang Jawa. Meski begitu, falsafah pergaulannya terlihat njawani banget.  Mbak Icha menciptakan suasana kebersamaan penuh kekeluargaan. Orang Jawa bilang "guyub rukun". Sosok keibuannya kian kentara dari cara dia ngemong orang-orang disekitarnya. Tidak ada kesan instruksi atau komando ketika dia membagi informasi atau agenda yang harus diikuti. hmmm meski sebagian kawan memberi anugerah sebutan bunda, ijinkan saya memanggilnya mbak. Biar terlihat lebih dekat dan akrab. Meski ada juga yang memanggil dengan sebutan Emak.

 Siapakah gerangan mbak Icha?, Ya, Ellisa Koraag. Dalam profil akun Kompasiana disebutkan bahwa beliau adalah ibu rumah tangga dengan dua anak. gemar memasak, menulis, membaca dan traveling. Ingin mengenal sepak terjangnya di dunia tulis menulis, itulah kenapa saya memilihnya menjadi profil yang layak saya tulis. Bahkan dari salah seorang kawan menceritakan, bahwa mbak Icha ini memiliki kelebihan yang masih jarang dimiliki orang lain, yakni membimbing mereka yang ingin mendalami dunia per-blogger-an. Ada beberapa blogger pemula yang sekarang meraih predikat blogger aktif, semua itu tak lepas dari tangan terbuka, sharing informasi dan kesempatan yang selalu dibagikan oleh mbak Icha. 

Bersama Mbak Icha di Seminar Publik Waspada Gangguan Tiroid (sumber : dok. Elisa Koraag)
Bersama Mbak Icha di Seminar Publik Waspada Gangguan Tiroid (sumber : dok. Elisa Koraag)
Tulisan pertama mbak Icha yang saya baca di laman Kompasiana pada akhir September tahun lalu mengulas tentang sosok ladiesianer juga. Mbak Icha menuturkan dengan sangat apik tentang sosok Okti Li. Serta merta saya pun meninggalkan jejak komentar bahwa sungguh saya berharap dapat mengenal kompasianer yang ditulis mbak Icha. Tulisan mbak Icha ini juga mengungkap sepenggal kisah perjuangan perempuan yang bekerja di luar negeri. Bahasa yang dituliskan mengundang haru. Ketulusan dalam mengenal dan berkawan terlihat benar dari cerita semalam di Ciledug yang dituliskan. Semoga kapan-kapan saya juga dapat bertandang kerumah mbak Icha. Tentunya dapat mengenal dan bertemu dengan teh Okti Li. Dari tulisan ini saya mengenal sosok perempuan yang luar biasa dengan segenap wacara keperempuanan yang terkait di dalamnya.

Sebetulnya sosok pertama yang mengenalkan saya akan komunitas perempuan Kompasiana adalah mbak Wardah Fajri (mbak Wawa). Waktu itu saya bertemu mbak Wawa di Solo, selepas acara nangkring BKKBN. Saya memang tergolong Kompasianer baru, itulah kenapa saya selalu ingin tahu banyak tentang seluk beluk Kompasiana dengan berbagai komunitas yang ada didalamnya. Anggap saja ini bagian dari kepo ala saya. Lagi-lagi Mbak Icha, melalui tulisannya yang  mengangkat tentang komunitas Ladiesiana  menjadikan saya semakin mengenal lebih apa itu ladiesiana. Respon yang saya berikan di artikel itu tentu saja seruan untuk bergabung di dalamnya.

Nah, tulisan ketiga mbak icha yang saya baca adalah tentang komunitas Pedasnya. Berulang kali saya Kepo. Kok disebut pedas kenapa ya? Apa doyan makan cabe level 5-10? hihihi..ternyata pedas itu singkatan dari Penulis dan Sastra. Wah ternyata mama dua anak ini aktif menggeliatkan dunia sastra dan tulis menulis. Cukup banyak aktifitas yang dilakukan oleh komunitas pedas ini. Hal itu dapat saya ketahui dari apa yang ditulis dalam artikel yang saya sebutkan tadi.

Belakangan saya juga mengenal sebagian dari mereka yang tergabung di komunitas pedas lhoo. Rata-rata mereka juga aktif menulis di Kompasiana. Sebuat saja Jun Joe Winanto, Lita Chan Lai, Uli hape dan banyak lagi. Akhir pekan lalu saya bahkan menjadi saksi mata komunitas pedas ini mengapresiasikan puisi bertema kuliner. Wahhh luar biasa.

mbak Icha dan Komunitas Pedas saat tampil berpuisi (dok.pri)
mbak Icha dan Komunitas Pedas saat tampil berpuisi (dok.pri)
Melalui tulisan ini saya juga menyampaikan permintaan maaf kepada mbak Wawa karena waktu itu membatalkan janji untuk bisa bertemu untuk sharing tentang ladiesiana. Kalau diperkenankan, berikut ini sekedar urun saran sederhana untuk ladiesiana ke depan :
  • Lebih intens menyapa Ladiesianer melalui Media Sosial Facebook ataupun Grup WA (sudah ada belum ya Grup WA nya? )
  • Share and Care- dengan informasi seputar event bertema perempuan
  • Pendekatan Hobby dan kemanfaatan terkait perempuan (misal memasak-manfaat tips/resep dsb)
  • Kolaborasi dan Kerjasama dengan lintas komunitas, karena perempuan memiliki kompleksitas bidang yang saling terkait (kuliner, ekonomi, dsb)

Tulisan ini saya dedikasikan sebagai bentuk ucapan terimakasih kepada semua ladiesianer. Saya pernah memenangkan lomba pose Batik. Sungguh bukan semata karena nilai hadiah yang ditawarkan. Melainkan ini bagian dari upaya terkecil yang saya berikan. Wujud komitmen dan sumbangsih tak seberapa untuk menjadi bagian dari komunitas perempuan Unggul, Ladiesiana. Semoga pada lain kesempatan, saya bisa share hadiah untuk event Ladiesiana selanjutanya. Seperti yang pernah saya sampaikan ke mbak Primasari Mirati. Ada buku seputar perempuan (meski bukan karangan saya) atau souvenir batik sekiranya kedepan ladiesiana mengadakan event dan berkenan menerima niat kecil saya untuk berbagi apa yang saya miliki. Semoga bisa saling berbagi manfaat. . Sukses selalu buat Ladiesiana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun