Menarik nafas dalam-dalam adalah hal yang saya lakukan untuk memulai menuliskan tentang impian saya kali ini. Berulang kali saya memiliki impian dan berusaha mewujudkannya. Berulang kali itu pula saya harus mengalami kandas yang mendera. Banyak orang bilang saya ini tidak fokus dengan satu hal, Bisa Iya bisa juga tidak. Ada beberapa penggalan hidup saya yang belum bisa saya ungkap sekarang , yang mungkin saja menjadi sebab musabab dari ketidakfokusan saya.Â
Itulah kenapa akhirnya banyak impian hanya bisa saya pendam. Ah, rasanya sudah terlalu banyak impian saya berujung pada sebuah kegagalan. Hingga kini, hanya tersisa impian kecil yang memiliki makna besar dalam hidup saya dimasa yang akan datang. Dan semoga bisa Masa Kecil Itu...
Dulu saya tidak begini. Dibesarkan ditengah keluarga sederhana tak jauh dari lingkungan kodim 0712 Tegal. saya dibesarkan sebagai anak yang cukup dengan kasih sayang dan Perhatian. Hal itu menjadikan saya tumbuh dalam prestasi tersendiri. Hobbi dan bakat saya tersalurkan sedari kecil. Saya dibesarkan sebagai anak tunggal dalam keluarga, meski kemudian saya memiliki beberapa saudara angkat yang sudah seperti kakak kandung sendiri.Â
Banyak hal istimewa yang saya rasakan sebagai anugerah dari Sang Pencipta, Tuhan semesta alam. Sejak Sekolah Dasar saya aktif di kegiatan Pramuka, sanggar tari hingga Porseni (Pekan Olahraga dan Seni). Saya beberapa kali berkesempatan untuk mewakili sekolah di lomba baca puisi dan lomba mengarang. Dari situlah awal saya merasa dekat dengan dunia tulis menulis. Saya masih ingat persis waktu itu saya menggunakan kertas polio bergaris untuk menuliskan ide pemikiran saya sesuai dengan tema yang diberikan. Waktu itu tema yang dilombakan seputar olahraga dan makanan sehat.
Masa kecil saya juga tidak jauh dari dunia baca. Majalah anak-anak Bobo, Donald bebek dan serial empat sekawan adalah bacaan yang membawa saya pada dunia imajinasi. Hal itu berlanjut hingga masa sekolah menengah pertama. Dunia tulis menulis saya pun beralih dalam buku Diary. Hingga saat ini Buku Diary itu masih tersimpan di kamar rumah orang tua di Tegal. Tulisan-tulisan isi hati tentang kisah cinta pertama mendominasi isi diari yang berjumlah sekitar 5 buku. Tulisan itu saya simpan rapi bahkan merasa takut jika dibaca oleh orang lain.Sayang, saya belum sempat mengabadikan diary tersebut dalam foto untuk dijadikan salah satu caption foto tulisan ini.
Kebiasaan menulis di buku dairy terus saya pupuk hingga bangku SMU. Selain tulisan tentang perasaan terhadap lawan jenis, saya juga menuliskan cita-cita yang ingin bisa saya raih, khususnya selepas lulus SMU. Dan benar saja, apa yang saya tulis sebagian dalam bentuk doa yang terpanjatkan melalui tulisan dibuku diary tersebut seolah teramini.Â
Sepertinya sebuah kebiasaan tulisan Amin yang saya cantumkan tiap kali saya selesai menulis harapan dan cita-cita. Sempat mengikuti seleksi ujian masuk perguruan tinggi negeri (UMPTN) di Yogyakarta dan berharap bisa kuliah disana. Namun Tuhan memberikan yang terbaik sesuai kehendakNya. Pilihan kedua, jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto. Justru disanalah saya mengenal banyak hal tentang apa itu tulis menulis jurnalistik.
Kawah Candra Dimuka di Kaki Gunung Slamet
Purwokerto, Kota Mendoan dengan dialek ngapak itu semakin mendekatkan saya dengan arti menulis yang sebenarnya. Pada semester awal, saya masih melanjutkan kebiasaan menulis diary. Namun seiring waktu dan pengenalan materi kuliah tentang teknik jurnalistik dsb, saya pun jarang lagi menjadikan diary sebagai media tempat saya mengungkapkan isi hati dan pemikiran. Terlebih saya sempat bergabung dalam Pers Kampus tingkat universitas "Sketsa". Di sanalah  ruang saya lebih mengenal dunia tulis menulis yang tidak sekedar untuk disimpan, melainkan untuk dibaca orang lain dan disebarluaskan.Â
Tulisan pertama saya yang dimuat dalam Tabloid sketsa itu berbentuk Cerpen yang berjudul Anggara Wasesa. Cerpen tersebut terinspirasi oleh peristiwa hilangnya mahasiswa pecinta alam yang tengah mendaki Gunung Slamet. Jalan ceritanya sedikit horor. Selain cerpen, saya juga sempat menulis liputan konser Iwan Falss di Gor Satria Purwokerto era tahun 2001-2002.