Jakarta 3 Mei 2016
Hai mbak Gana...
saat menulis surat ini, telinga ini tengah dimanjakan dangan lagu yang penuh kenangan bersama suami saat berkendara melintasi kota demi kota.
Du...lagu itu juga yang membuatku lebih mengenalmu. Desember lalu aku berbagi kebahagiaan melalui event foto itu. Makasih ya mbak buku dan souvenir mungil dengan ormanen Ducht-nya..kenang -kenangan yang akan saya simpan sepanjang masa.
Rasanya tidak percaya ada perempuan Indonesia yang gemar menari nyatanya tinggal di Jerman sana. Duh mbak..suratku ini tidak akan mengucap selamat sebelum engkau mampu terus menerus menginspirasi dan berbagi cerita kepada kami 10-15 hingga puluhan tahun ke depan.
Mbak Gana yang baik, kerenyahan sapa mu lewat dinding media sosial yang menghubungkan kini sudah menjadikanku seperti telah mengenalmu lebih dari 5 tahun lalu. Padahal bertemu saja kita belum pernah ya.
Semoga kita berkesempatan bertemu langsung saat dirimu kembali sejenak ke Indonesia yang kita cinta. Sebab bertemu denganmu di Jerman sana masih menjadi mimpi yang bersemayam di dasar bawah sadar yang mendalam.
Tak hanya itu..ktika bisa bertemu langsung denganmu nanti...ingin aku melihatmu menari dan memintamu menyanyi lagu Du
Ahhhh semoga tidak merepotkanmu ya mbakk...
sudah jam 1.30 dini hari di sini, di German jam berapakah sekarang ini?
mungkin ini dulu surat pendek dariku
salam manis selalu buat mbak Gana yang ayu...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H