Mohon tunggu...
Tamita Wibisono
Tamita Wibisono Mohon Tunggu... Freelancer - Creativepreuner

Penulis Kumpulan Cerita Separuh Purnama, Creativepreuner, Tim Humas dan Kemitraan Cendekiawan Nusantara

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

[My Diary] Hari-hari Bersama Ceriwis

13 April 2016   19:54 Diperbarui: 13 April 2016   23:51 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="sumber Fiksiana community"][caption caption="sumber : Fiksiana community"]

Tamita Wibisono 55

Dear Diary,

Tidak terasa waktu kian berlalu. Aku nyaris tak pernah menyentuhmu kini. Padahal dulu masa-masa itu menjadi gurat tulisan tersendiri diatas kertas berhiasmu. Ah sudahlah, tidak untuk membuka catatan-catatan lama itu. Sebab kini, nyatanya semua telah berubah. Aku ...terlebih kamu.

Oh ya, aku hanya ingin mengenalkan ceriwis kepadamu. Iwis, demikin kami sering memanggilnya. Itu lho kucing kecil yang empat bulan lalu aku pungut dari teras rumahnya tetangga. Tidak terasa, sekarang dia sudah tidak semungil dulu. Memelihara kucing bukanlah hal asing buatku. Sedari kecil aku akrab dengan hewan berbulu satu ini.

Kehadiran ceriwis membawa arti tersendiri. Tingkah lucunya membuat kami terpingkal. Lihat saja saat dia mengejar kelereng. Tak jarang dia membangunkan tidur dengan masuk ke kamar dan meloncat ke atas tempat tidur. 

Dear Diary, 

Sungguh, bukan bermaksud menduakanmu. Kehadiran Iwis memang menyita banyak perhatianku. Terlebih pada saat minggu pertama dia beradaptasi dilingkungan rumah ini. Iwis sakit, tidak mau makan, badannya tergolek lemas. Aduhhh! aku kena marah sama suami. Diminta bertanggung jawab kalau sampai kucing ini harus kehilangan nyawa.

Bingung, sedih, takut berdosa menjadi penyebab kematiannya. Niatku memelihara dia. Tidak tega membiarkan kucing kecil tanpa induk itu terus mengeong. Apalagi musim hujan begini, pastinya akan membuatnya kedinginan diluar sana. Dalam kepanikan, aku berusaha mencari informasi klinik dokter hewan lewat mesin pencari yang terkenal itu. 

Beruntung, ternyata tak jauh dari sini ada klinik hewan. Ada rasa cemas, jangan-jangan mahal. Bersyukur karena dari informasi yang ada disebutkan juga tarifnya. Harga yang masih terjangkau. Iwis pun aku bawa kesana dengan berharap penuh kesembuhannya.

Tahukah kamu Diary..?

Dokter hewan itu bilang Iwis kena suspek virus. Kebanyakan kasus yang ada, jarang yang bisa selamat. Masa kritisnya berlangsung selama 8 hari. Itu berarti nyawa Iwis terancam. Dokter itu memeriksa suhu badan Iwis, memberi Iwis makanan pasta kaleng khusus pemulihan, delapan butir kapsul dan 2 pipet yang digunakan untuk memberi makan Iwis. Dokter mengharuskan Iwis makan dengan cara disuami melalui pipet kecil yang diberikan. Belum lagi memberinya minum air yang dicampur dengan gula sesering mungkin.

Duhh, terbayang oleh ku merawat Iwis, seekor kucing yang sakit. 

Delapan hari lamanya aku menyuapi Iwis. Tak jarang aku paksa, karena dia susah untuk makan dan minum. Selama itu juga dia hanya tergolek lemah. Nyaris tanpa suara mengeong. Tak henti-hentinya aku berdoa, Iwis sehat. Sehingga tidak timbul penyesalan bagiku yang telah mencerabut dari habitatnya semula.

Dengan penuh rasa kesabaran, ketelatenan dan Kasih pada sesama mahluk-Nya aku merawat Iwis. Tampak jamur menghias di beberapa bagian tubuh iwis. Telinga, ekor dan kaki-kakinya. Tak tega aku melihatnya meringkuk lemah. Matanya tampak redup, tidak ada respon ketika disentuh.

Diary,

Akhirnya mas kritis iwis berlalu. Penantian panjang selama delapan hari tidak percuma begitu saja. Iwis masih bisa bertahan. Meski dalam kondisi yang memprihatinkan. Semua perhatian sudah aku curahkan, beberapa aktifitas luar juga aku kurangi hanya untuk menjaga iwis melewati masa krisis. 

Girang dan Senang ketika mendengar suara mengeong meski parau. Sehari setelah masa krisis lewat. Aku kembali membawa Iwis ke klinik hewan itu lagi. Belum bisa tenang dengan kondisinya yang masih begini. Dokter itu pun terkejut. Memuji Iwis dengan kata "hebat' karena bisa bertahan hidup. Aku melihat dokter menempelkan alat ukur suhu di telinga iwis, menekan bagian perut dan mengelus penuh sayang. Dokter itu memintaku untuk sabar. Karena memelihara hewan itu memang butuh kesabaran katanya.

Harus aku akui, dari kesabaran itu pulalah, sekarang Iwis tumbuh sehat menggemaskan..

Tidak terasa, hampir empat bulan Iwis berada di rumah ini

 

Dear Diary,

Doakan ya, semoga Iwis tidak sakit lagi....

 

Madiun 13/04/2015

Kunjungi postingan peserta lain di akun Kompasiana FC dengan judul: Inilah Perhelatan Festival My Diary di Kompasiana dan Karya Para Peserta Jangan lupa bergabung di grup FB:Fiksiana Community

Silakan bergabung diFiksiana Community

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun