Mohon tunggu...
Tamita Wibisono
Tamita Wibisono Mohon Tunggu... Freelancer - Creativepreuner

Penulis Kumpulan Cerita Separuh Purnama, Creativepreuner, Tim Humas dan Kemitraan Cendekiawan Nusantara

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Gunakan Air Seperlunya! Air PALYJA, Air Kita, Air Indonesia #Bersama Demi Air

27 Maret 2016   23:54 Diperbarui: 28 Maret 2016   02:29 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tak hanya sebatas itu, PALYJA meneguhkan komitmen tersendiri kepada Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) dalam bentuk pengadaan 58 Kios air dan master meter untuk melayani 70.000 warga. Bahkan terdapat 245 public Hydrant  untuk melayani 73.500 warga. Tak tanggung-tanggung , PALYJA mewujudkan sistem kerja sama melalui GPOBA (global partnership on output Based Aid ) – 5000 connection.

[caption caption="dok.pri Sistem yang ada di Pusat Monitor Tersentral dan Terkomputerisasi (DMCC)"]

[/caption]Lagi-lagi saya harus menggarisbawahi, bahwa tidaklah mudah mengubah air keruh menjadi ketersediaan air bersih di Jakarta. Banyak teknologi dan inovasi yang diterapkan oleh PALYJA dalam pengolahan air. Satu diantaranya adalah  pusat monitor tersentral atau yang disebut dengan DMCC (distribution monitoring &contro centre). Sistem komputerisasi ini merupakan yang bertama di Indonesia. Berfungsi untuk memonitor air baku, air curah/olahan dari instalasi pengolahan air ataupun jaringan hingga kebutuhan  untuk perawatan dan perbaikan. Inilah satu sistem yang bekerja penuh selama 24 jam selama 7 hari yang menjadi sistem pelaporan otomatis terkait hasil produksi ataupun jaringan distribusi.

Teknologi lain yang diterapkan PALYJA  antara lain Biofiltrasi dalam rehabilitasi IPA Taman Kota dengan memanfaatkan bakteri alami dalam proses pengolahan air minum. Tak hanya itu, PALYJA menggunakan Meteor (bukan benda luar angkasa). Meteor ini hanyalah benda yang terbuat dari plastik yang memiliki banyak lubang didalamnya sebagai media tumbuh kembang bakteri alami pemakan Amonia. Teknologi ini disebut dengan Moving Bed Biofilm Reactor (MBBR) yang mampu menghilangkan 87% kandungan amonia dalam air baku yang berasal dari Kanal Banjir Barat. Bahkan teknologi ini merupakan teknologi pertama dan satu-satunya di Asia Tenggara.

Mengenal Non Revenue Water dan Kesinambungan Proyek PALYJA

Dalam melakukan pelayanan terhadap ketersediaan air bersih, tak sedikit PALYJA menemukan adanya air yang tidak mendapatkan penghasilan atau dikenal dengan Non Revenue Water (NRW). NRW ini disebabkan oleh beberapa tindakan yang dilakukan yang cenderung mengambil keuntungan ilegal ataupun akibat kebocoran di Pipa primer maupun di reservoir. Tak akan dibiarkan tetes air terbuang percuma sementara banyak warga lain membutuhkannya, PALYJA menggunakan juga teknologi deteksi kebocoran dengan metode gas helium, ataupun kamera JD7 yang dapat merekam secara audio visual jenis kebocoran.

Meski sejak tahun 1998- 2015 angka NRW dapat terus ditekan ke level 39,3 % dari yang semula 59,40 %, namun berbagai upaya terus dilakukan. Target yang harus dicapi NRW haruslah bisa berada dbawah 20,1 %. Langkah fisik ditempuh dengan rahabilitasi jaringan , perbaikan kebocoran di 32.000 titik hingga pemutusan pipa ilegal sejauh 100 km. Sementara itu investigasi Jaringan dengan gas helium mencapai 5000 km dan 40 km menggunakan metode Kamera JD7 dan suara correlator.

PALYJA juga menempuh langkah komersil dengan menggandeng jajaran Polda Metro Jaya untuk proses pencurian air dengan melakukan proses penindakan tegas. Sejauh ini sebanyak 3100 kasus penyalahgunaan dan 1900 kasus sambungan ilegal. Sementara dilakukan juga penggantian meter baik karena faktor usia sebanyak 32.000 maupun karena hal yang bersifat anomali sejumlah 40.250.

Air PALYJA menjadi salah satu sumber kehidupan yang menopang aktifitas sebagian warga Jakarta. Butuh kesinambungan proyek yang dilakukan PALYJA untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas ketersediaan air bersih. Pada tahun 2016 ini ada 3 titik krusial yang menjadi lokasi proyek pekerjaan PALYJA. Sebut saja proyek Fatmawati, proyek Muara Baru, dan Proyek Kuningan. Diketiga titik itulah akan dibangun penambahan distribusi air bersih untuk masing-masing wilayah.

Tak terasa menyelami permasalahan air di PALYJA mengantarkan kita pada harap dan tanya, akankah air bersih di Jakarta hanya menjadi kewajiban PALYJA sebagai penjaga keberadaannya? Tentu saja tidak. Itulah kenapa Bersama Demi Air menjadi sebuah gerakan penyadaran bersama yang akan melibatkan semua pihak dalam kerjasama sinergis dan strategis. Semua demi kelangsungan hidup bersama, Kita, Jakarta bahkan Indonesia

Ahh saya pun membayangkan, andai air banjir yang menggenangi Jakarta pada kurun waktu tertentu dapat menjadi Air Baku. Inikah angan-angan yang bersifat solutif? Atau setidaknya memanfaatkan air hujan untuk air baku pengolahan air bersih. Jauh lebih ekonomis dan higienis bukan?! Sttttt, hal itu juga yang sempat saya perbincangkan bersama Pak Budi Susilo. Secara pribadi saya peduli dengan air di Jakarta makanya sesaat sebelum  menutup acara Nangkring di PALYJA  dengan ditandai foto bersama, saya sempatkan menyapa dan melontarkan ide yang terlintas kepada beliau. Setidaknya butuh dukungan dari semua kalangan dengan melibatkan teknologi dan inovasi yang tiada henti wujudkan Bersama Demi Air.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun