Mohon tunggu...
Tamita Wibisono
Tamita Wibisono Mohon Tunggu... Freelancer - Creativepreuner

Penulis Kumpulan Cerita Separuh Purnama, Creativepreuner, Tim Humas dan Kemitraan Cendekiawan Nusantara

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Wawasan Kebangsaan Bukan Alat Mengejar Ketenaran dan Arogansi Kelompok Kepentingan [1]

22 Maret 2016   03:52 Diperbarui: 22 Maret 2016   04:25 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="sumber : patriot garuda.com"][/caption]"Pada tanggal berapakah proklamasi Indonesia dikumandangkan?" suara deni cagur melempar pertanyaan kepada 3 perempuan yang salah satunya Zaskia Gotik.Kini pemilik goyang itik itu menjadi bulan-bulan karena dinilai telah melecehkan Lambang Negara.

Berulang kali saya menyergit. Susunan kalimat pertanyaan diatas terkesan janggal jika diucapkan. Saya pun berasumsi,mungkin tidak ada konsep yang matang yang menyiapkan teks narasi sebagai panduan dari pembawa acara, dalam hal ini Denny Cagur. Atau mungkin itu bagian dari improvisasi yang kurang tepat. Ada nuansa berisik yang terkesan sengaja diciptakan. Semua yang terlibat di acara tersebut masing-masing mengeluarkan suara yang sekilas dimaksudkan agar terkesan menghidupkan suasana.

selang beberapa waktu tampak Zaskia Gotik menuliskan sesuatu di Papan yang ia pegang. Dari mulutnya hanya terdengar suara

"ini Jawabannya"

kemudian Denny diikuti Dede membaca : Setelah Adzan Subuh

Dinilai kurang tepat, Zaskia pun diminta oleh Deni untuk melengkapi dengan menuliskan tanggalnya. Tak lama papan yang dipegang pedangdut itu dibalik. Kembali Deny membaca tulisan yang dituliskan Zaskia dengan diikuti seloroh

"32 Agustus, mana ada"

sementara Jupe dan Ayu ting-ting menjawab masing-masing 17 Agustus 1945

Selanjutnya beberapa pertanyaan lelucon dilontarkan, pun dijawab dalam suasana selengekan. Lagi-lagi Zaskia harus dicibir karena jawaban yang salah. Hingga tiba saatnya Deny melontarkan pertanyaan kelima :

"Apa lambang dari Pancasila sila kelima?"

2 diantara perempuan terdengar menjawab padi dan kapas

sementara dengan gaya oon, dan sedikit kemayu, perempuan dengan balutan busana hijau lumut itu membalikkan sebuah papan dan terbaca tulisan :Bebek Nungging diikuti gelak tawa yang berasal dari beberapa orang yang ada diatas panggung.

Demikian kira-kira kronologis peristiwa yang dapat dilihat dalam rekaman berikut ini.

Miris, saya akui iya. Tapi untuk menjadikan lelucon para pegiat di dunia hiburan ini sebagai sesuatu yang seolah-olah mengancam masa depan bangsa atau mungkin menggerogoti nilai-nilai kebangsaan sedemikian rupa, hingga aspek pelecehan yang terkandung didalamnya, jujur saya saya hanya bisa menarik nafas panjang.

Dari 2 pertanyaan yang diajukan disertai dengan 2 jawaban konyol ala Zaskia Gotik, saya menyimpulkan ada aspek yang lebih dari sekedar Lambang Negara. Melainkan juga momentum terpenting, tonggak kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Itulah kenapa dalam judul saya sebut sebagai Wawasan Kebangsaan.

Cukupkah hanya dengan mengadukan tindak pelecehan terhadap lambang negara lantas ini menjadi sensasi kebangsaan? Alangkah naifnya semangat kebangsaan yang demikian adanya. Bukankah Pancasila sebagai dasar Negara sekaligus juga merupakan kepribadian bangsa. Tidak kalah pentingnya lagi, Pancasila sebagai cita-cita dan tujuan bangsa Indonesia memuat beberapa pokok -pokok pikiran yang memiliki korelasi dengan UUD 1945. Pada Alinea ke-IV Pembukaan UUD 1945 inilah , terdapat 4 hal yang akan sangat kontroversial dengan sensasi kebangsaan yang muncul akibat ucapan seronoh seorang Zaskia Gotik.

Adapun 4 hal tersebut adalah :

1.Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia

2.Memajukan kesejahteraan Umum

3.Mencerdaskan kehidupan bangsa

4.Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial

Bukan saya ingin berteori, sebab siapalah saya ini. Tapi mari sejenak kita renungkan dalam kaitannya dengan kasus yang ramai disebut sebagai pelecehan Lambang Negara. Itu berarti telah melanggar UU no. 24 tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, lambang Negara dan Lagu Kebangsaan. Lebih Khusus lagi dijabarkan dalam pasal per pasal dari mulai pasal 46 -pasal 57.

Dalam Kasus Zaskia Gotik, ada hal yang menggelitik. Perempuan yang cantik dalam tampilan ini hanyalah lulusan SD (sekolah Dasar). Itu berarti dia belum mengenyam pendidikan dasar wajib 9 tahun 9 (SD+SMP) untuk memperoleh bekal pengetahuan terkait dengan paham kebangsaan. Apalagi yang bersifat pendidikan karakter. Lihat saja karakter yang dia tunjukkan diatas pentas hiburan.

Nah, berbeda dengan kita mungkin atau bahkan mereka yang sudah memiliki jabatan negara yang pastinya harus dan wajib mengenyam pendidikan Kebangsaan. Sejauh ini salah satu lembaga yang menjadi acuan pendidikan kebangsaan antara lain adalah Lemhanas (Lembaga Ketahanan Nasional).

Saya pun mencoba membandingkan meski dalam konteks yang berbeda. Jika seorang pemakai Narkoba saja bisa mendapatkan rehabilitasi. Kenapa seorang Zaskia Gotik yang jauh akan bekal pengetahuan dan pendidikan kebangsaan harus dicecar sedemikian rupa layaknya seorang Teroris yang membahayakan Bangsa dan Negara? Meskipun baru oleh sebagian kalangan saja.

Dimana letak cinta tanah air kita?. Jika kita merasa cinta tanai air, mengaku memiliki semangat nasionalisme, patokannya sederhana saja kok. Jangan karena 1 orang Zaskia Gotik, maka hebohlah seluruh nusantara dan menimbulkan arogansi kelompok kepentingan. Jangan pula lantas muncul pihak-pihak yang mendadak dangdut tampil heroik layaknya para pahlawan yang telah mengorbankan nyawanya untuk kemerdekaan Negara kita. Ini bukan ajang kontes siapa paling merasa merah putih.

Jelas ini tamparan bagi kita semua, tanpa kecuali. Memajukan kesejahteraan umum mungkin masih menjadi jalan panjang bagi bangsa ini kedepan. Tapi tidak bisakah kita sedikit mencerdaskan kehidupan bangsa? Satu diantara anak bangsa itu adalah seorang Zaskia Gotik. Perempuan cantik yang karena goyang itiknya dia telah lupa sejarah kemerdekaan negaranya sendiri. karena ketidakmampuannya berfikir dia bahkan mungkin tidak hafal Pancasila, jangankan lambang yang ada di masing-masing sila.Saya yakin, bukan beasiswa menjadi Sarjana bahkan belajar hingga S2 yang dia butuhkan. Dia hanya butuh diingatkan, bahwa dia lahir, hidup dan mungkin akan mati di tanah Indonesia.

Maka, tidak ada salahnya pihak-pihak yang sudah memiliki semangat kebangsaan dan nasionalisme yang lebih, sedikit memberi perhatian padanya. Tegur dia baik-baik. Beri dia buku-buku bacaan kebangsaan. Ajak dia dalam forum-forum sosialisasi kebangsaan yang ada. Seimbangkan antara goyang itik dengan semangat kebangsaan yang memercik.

Bukankah Pancasila tidak mengajarkan kita menjadi manusia-manusia arogan yang hanya mengejar ketenaran hingga lupa jatidiri kebangsaan yang sebenarnya?

ini sih hanya pendapat saya...saya hargai perbedaan pendapat. Sepanjang itu tidak menimbulkan pertentangan yang memecah belah persatuan bangsa. Apalagi hanya untuk sekedar mengambil keuntungan pribadi terlebih sekelompok golongan

 

Salam Damai Penuh Kasih,

TMT

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun