Mohon tunggu...
Tamita Wibisono
Tamita Wibisono Mohon Tunggu... Freelancer - Creativepreuner

Penulis Kumpulan Cerita Separuh Purnama, Creativepreuner, Tim Humas dan Kemitraan Cendekiawan Nusantara

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Indonesia dalam Petak Monopoli Internasional

26 Januari 2016   23:38 Diperbarui: 27 Januari 2016   12:27 920
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Sumber: store.print.kompas.com dari Shutterstock.com"][/caption]Suatu sore sekerumun anak-anak tengah asik bermain monopoli. Siapa menyangka, mainan ini tetap bisa saya jumpai di sudut Kota Madiun.  Kini usia saya bukan usia yang cocok untuk bermain-main seperti mereka. Lama saya memperhatikan mereka yang duduk bergerombol. Kebetulan saya sedang memiliki waktu senggang sambil menanti suami pulang kerja.

"Siapa yang punya monopolinya?" tanyaku.

"Putriiii," jawab dua orang anak kompak, sementara yang bernama Putri ikut menjawab cukup dengan menunjukkan tangannya sembari senyum memperlihatkan giginya yang tumbuh tak beraturan.

Sayapun terkenang dengan monopoli yang dulu saya mainkan seperti yang pernah saya tuliskan sebelumnya di sini. Ingin saya bergabung bersama mereka bermain monopoli. Tapi...ah, masih pantaskah bermain bersama anak-anak? Tapi bukan soal itu yang utama. Agaknya mereka sudah bermain sedari tadi. Rasanya tidak mungkin bergabung di tengah permainan. Saya pun mengamati tak seberapa jauh dari tempat mereka bermain. Tiba saat pion milik Ita berhenti berjalan entah pada petak yang mana. Riuh dua pemain lain saling melempar kata-kata

"Ndang dituku lho..."1

"Emoh, murah... Aku tuku liyane wae," jawab Ita.2 

Saya pun menyergit, penasaran.. dan beranjak mendekat.

"Apa tho?" selidikku sambil melihat.

"Ita gag gelem tuku Indonesia," jawab Putri tersungut-sungut.3

"lho..kenapa?" Indonesia kan negara kita?" tanyaku sedikit menyelidik.

"Iya tapi murah sewane...mending tuku liyane"4

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun