Bagi yang hobby tampil wangi, inspirasi untuk bertandang ke sebuah masjid di Nagoya-Jepang menjadi alternatif destinasi wisata. HIngga kemudian Pengembaraan masjid di Asia ditutup dengan cerita berturut-turut tentang Ojeg sepeda di Kota Yangon - Myanmar.Beralih ke kisah Al-Quran dengan 10 bahasa di MAsjid Kapitan Keling - Malaysia Serta masjid Emas versi Manila.
Giliran Australia menjadi objek pencarian masjid oleh penulis. Tak begitu banyak ditulis dalam bab empat ini terkait keberadaan masjid di Australia. Hanya ada 3 destinasi pencarian masjid yakni Christchurch, Selandia Baru dan Canberra. Tak kalah menarik dengan benua-benua sebelumnya, bahkan dalam sub bab pembuka ditulis : Mau Shalat?, Ayo Bawa Kursi Sendiri.
Eropa dipilih menjadi Benua terakhir pencarian masjid bagi penulis.Kisah-kisah heroik mewarnai pengembaraan yang dimulai dari Amsterdam dimana masjid yang dikunjungi sempat dideklarasikan sebagai sarang "teroris". Terbayang bukan betapa situasi dan kondisi dalam pencarian masjid tak semuanya dapat berjalan dengan manis. Ada pula masjid dengan taman terluas di dunia yang berada di Brussel.
Moskwa. membaca Kata ini di halaman 224 mengingatkan saya pada sebuah syair lagu hits Scorpions : The wind of change
I follow the Moskva
Down to Gorky Park
Listening to the wind of change
An August summer night
Soldiers passing by
Listening to the wind of change
Ahhhhh serasa ingin terbang saya kesana. Dan benar saja, kalimat demi kalimat mengungkapkan betapa kota ini ramah pendatang. Hal itu terlihat darikutipan-kutipan bahasa Rusia yang ditulis. Ya jangan lupa "Navela" yang artinya belok kiri. Konon di Moskwa ini pulalah Shalat Jumat Paling lama di dunia ini ada. Bagi pengagum budaya dunia, cerita tentang "Tartar Cultural Centre"  menjadi bagian tak terpisahkan menggenapkan makna sebuah pengembaraan.